"Aku hanya ingin melihat apakah demammu sudah sembuh, jadi kamu tidak perlu takut melihatku," jelas Lu Xingzhi dengan suara yang halus. Selanjutnya, dia meletakkan satu telapak tangannya di dahi Jiang Yao dan telapak tangannya yang satu lagi diletakkan di dahinya sendiri. Setelah beberapa detik, dia menarik tangannya kembali dan menghela nafas, "masih baik".
Jiang Yao mengetahui, bahwa sejak Lu Xingzhi mengetahui dia demam, dia pasti langsung bergegas dari stasiun kereta api menuju ke sini. Mungkin waktu dia turun dari mobil di kota, dia sampai berlari kembali ke rumahnya. Suhu dan keringat di telapak tangannya terlalu panas, seolah cukup untuk membakar dahi Jiang Yao.
Jiang Yao bertanya pada dirinya sendiri sebelumnya, apakah dia tidak punya hati ? Bagaimana dia bisa menghindari Lu Xingzhi yang seperti ini? Kenapa dia mau menyiksanya selama sebelas tahun ?
"Lu Xingzhi…" Jiang Yao memanggil namanya dengan lembut dan setelah beberapa detik yang sunyi, tiba-tiba Jiang Yao memeluk Lu Xingzhi. Seketika, Lu Xingzhi terkejut dan tidak tahu harus berbuat apa. Ia hanya dapat berdiri tegak, membiarkan Jiang Yao memeluknya. Saat itu, ia juga ingin memeluk Jiang Yao. Hanya saja, Lu Xingzhi sendiri juga tidak tahu bagaimana harus merespons situasi ini.
"Sengsara sendirian di rumah ya?" Mereka berdua sudah menikah hampir setahun, tapi Lu Xingzhi tidak pernah dipeluk oleh Jiang Yao. Dia bisa merasakan bahwa Jiang Yao selalu ingin keluar dari pernikahan ini. Jadi pada saat Jiang Yao memeluknya dengan posisi seperti ini, dia berpikir apakah Jiang Yao tidak senang di rumah? Apakah karena tidak ada yang menjaganya pada saat dia tidak ada di rumah ?
"Bertengkar dengan ibu ya?" Lu Xingzhi bertanya secara pelan. Lu Xingzhi bukan bertanya tanpa alasan karena saat dia ingin menikah dengan Jiang Yao, ibunya sering marah dan membenci Jiang Yao karena dia terlalu muda. Setelah pernikahannya, Jiang Yao sering tidak peduli kepada Lu Xingzhi sehingga Ibunya lebih membencinya.
"Mungkin kamu masih tidak cukup paham sifat ibu, dia hanya bermulut jahat, tapi sebenarnya baik hati. Kamu tidak usah mendengarkan saat dia mengomeli kamu. Nanti aku akan bilang pada ibu agar dia tidak menyusahkan kamu." Temperamen Lu Xingzhi tidak termasuk baik, hanya saja ia sudah memberikan semua kesabarannya kepada wanita di pelukannya.
Jiang Yao pun menjawab, "Tidak ada".
Meskipun ibu Lu Xingzhi, Li Guizhi tidak terlalu menyukai menantunya, tetapi dia juga tidak pernah menyusahkannya.
"Ada apa," tanya Jiang Yao.
Lu Xingzhi menjadi sedikit lebih rileks karena Jiang Yao mau berbicara dengannya, membuktikan bahwa bukan dia yang membuat Jiang Yao kesal. Saat ini, Jiang Yao baru melepaskan pelukannya dari Lu Xingzhi dan menatapnya dengan gelisah. Dia tidak tahu betapa dia baru saja membuat Lu Xingzhi tersanjung karena sebuah pelukannya, sampai Jiang Yao sendiri juga terkejut.
Jiang Yao teringat petugas yang bilang kepadanya bahwa jika Lu Xingzhi tidak ada tugas di base camp-nya, dia akan pergi ke desa untuk melihat Jing Yao. Tetapi selama dua tahun Jiang Yao tidak pernah melihat dia. Pada saat ini, orang yang dia peluk adalah Lu Xingzhi yang masih hidup dan mencintainya, tetapi tidak pernah memberitahunya serta muncul di hadapannya. Sampai di desa di mana Jiang Yao berada, dia juga hanya diam-diam melihatnya. Dia adalah orang yang walaupun berdiri di depan Jiang Yao masih tetap menundukkan kepalanya untuk menyembunyikan keberadaanya, Lu Xingzhi.