Pada saat ini, mereka sedang berlari sehingga Jiang Yao hampir jatuh saat Wen Xuehui menariknya. "Aku minta maaf karena pikiranku tadi melayang entah ke mana dan hatiku tiba-tiba rasa kurang nyaman, atau kita lari lebih cepat saja? " .
Wen Xuehui menganggukkan kepalanya dan memegang tangan Jiang Yao sambil lari lebih cepat. Dua kawan yang di belakang mereka juga ikut lari lebih cepat. Sekarang adalah musim paling panas, tapi malah turun hujan lebat disertai guntur yang membuat orang takut.
Di samping Jiang Yao penuh dengan suara Wen Xuehui yang sedang mengutuki cuaca buruk ini dan juga ada suara cabang pohon kecil yang terinjak hingga patah. Malam itu, desa itu tidak tersinari oleh bulan sehingga kondisinya sangat gelap; juga ada suara halilintar dan petir yang membuat suasana makin mengerikan.
Kalau bukan di bagian belakang ada dua rekan petugas yang mengikutinya, Jiang Yao juga tidak berani menjamin bahwa dia dan Wen Xuehui, dua gadis itu, berani berlari di jalan kecil ini. Tiba-tiba, ada seseorang yang berteriak dari belakang mereka, menyuruh agar mereka lari lebih cepat. Jiang Yao terkejut dan menghadap ke belakang. Dalam sekejap, ada yang mendorong dia dan Wen Xuehui. Pada saat itu, di tengah kegelapan malam, dia melihat sebuah muka yang dia kenal.
Gunung yang terkena air hujan sudah tidak dapat bertahan dan mengakibatkan tanah longsor, mengubur orang itu. "Lu…" Jiang Yao melihat tanah yang longsor di depannya dan ingin menuju ke sana.
"Jangan pergi Jiang Yao, di sana berbahaya". Wen Xuehui segera menarik Jiang Yao, hatinya sangat sedih. "Demi menyelamatkan kita, dia mendorong kita sehingga dia sendiri terkubur di dalam tanah".
"Kapten!" saat rekan mereka yang berada di samping melihat sang kapten, ia tiba-tiba menjadi seperti kerasukan dan ingin berlari ke depan. Wen Xuehui melihat gunung di depan masih bergoyang dan langsung ingin menarik rekannya yang ingin menuju ke depan. "Cepat pergi, kamu tidak boleh ke sana. Kamu lihat gunung itu, kalau kita juga terkubur di sini, maka Kaptenmu itu mengorbankan diri buat apa?".
"Omong kosong, kapten tidak mengorbankan diri. Aku akan menyelamatkan dia!"
Orang itu sudah kehilangan akal sehatnya.
"Ini semua salahku! Aku sudah mendengar teriakannya, tapi masih berbalik badan untuk melihat. Kapten sempat mendorongku, tetapi karena itu dia tidak punya waktu untuk lari, semua gara-gara aku!"
"Jiang Yao, untuk apa kamu masih berdiri di sana? Cepat ke sini, bantu aku untuk menarik bocah bodoh ini!" Wen Xuehui berteriak kepada Jiang Yao yang juga mulai menuju ke depan.
"Kamu jangan bersikap bodoh pada saat ini. Empat orang atau satu orang yang mati, kamu pilih yang mana? "
Bukan masalah pilih yang mana, tapi orang yang terkubur di bawah ini adalah suaminya, Lu Xingzhi, yang telah menikah dengannya sejak sebelas tahun yang lalu. Orang yang tidak mungkin muncul di sini malah benar muncul di sini. Walaupun ia sebenarnya menolak untuk menikah dengan orang itu, tapi melihat suaminya terkubur di bawah longsoran tanah, Jiang Yao juga tidak mampu meninggalkan dia dan lari sendiri.
"Selamatkan dia, aku harus menyelamatkannya." Sekarang di pikiran Jiang Yao hanya ada hal ini. Dia berlari menuju daerah tanah longsor tadi walau tanahnya sangat curam, dan mulai menggali tanahnya. " Seharusnya di tempat ini, seharusnya di tempat ini" .