Setelah hening beberapa saat, barulah Chi Huan bisa mendengar suara serak Mo Shiqian yang berkata, "Aku akan menyerahkan diri. Kamu bisa menuntutku."
Menyerahkan diri? batin Chi Huan. Ia akhirnya mengangkat kepalanya dan menatap Mo Shiqian. Sebelum Mo Shiqian mengatakan kata-kata itu, tak pernah terbesit di pikiran Chi Huan untuk mengajukan tuntutan. Tentu saja, walaupun pria ini mengatakan hal itu, ia tidak akan mudah melupakan kejadian itu.
Mo Shiqian berlutut di karpet di ujung tempat tidur dengan ekspresi datar. Suara seraknya terdengar dingin dan tenang. Chi Huan pun menatapnya sejenak. Dalam situasi seperti ini, Mo Shiqian tidak berbicara dan tidak juga berdiri. Ia tetap berlutut, seolah menunggu Chi Huan menghakiminya. Mo Shiqian merasa bahwa memberi penjelasan tidak akan ada artinya sehingga ia memilih untuk diam.
Chi Huan keluar dari selimut dan berjalan di karpet tanpa alas kaki. Lalu, ia beringsut ke ujung tempat tidur dan duduk di depan Mo Shiqian. Rambut panjangnya saat ini acak-acakan dan ia mengenakan kemeja milik pria itu dengan tidak rapi. Bulu matanya basah dan tenggorokannya serak setelah lama menangis dan berteriak minta ampun. Kondisi Chi Huan saat ini menunjukkan betapa menderitanya ia semalam. Ia mengatur napasnya dan dengan tenang bertanya, "Apa kamu bilang?"
"Maafkan aku," kata Mo Shiqian sambil menundukkan kepalanya.
"Maaf? Apakah maafmu itu berguna? Bisakah maafmu menghapus semua yang sudah terjadi semalam? Bisakah maafmu mengembalikan selaput daraku seperti semula seperti sebelum kamu memaksaku?"
Mo Shiqian terdiam beberapa detik, lalu berkata, "Tidak ada kompensasi apapun yang bisa kuberikan untukmu. Jadi, kamu harus menuntutku."
Chi Huan menatap Mo Shiqian dengan dingin. "Sekarang aku tanya padamu. Kenapa?"
Mo Shiqian berbalik menatap Chi Huan. "Apakah itu penting?"
"Ada pepatah yang mengatakan, Mati tapi tidak menutup mata. Itu berarti seseorang ingin mati, tapi ia tidak tahu bagaimana caranya untuk mati."
Setelah beberapa detik terdiam, Mo Shiqian berkata pelan, "Semalam aku meminum obat yang dicampurkan ke alkohol sehingga aku tidak benar-benar sadar."
Chi Huan mencibir dengan nada dingin, "Kamu punya masalah hingga punyamu tidak bisa berdiri?"
Mo Shiqian balas menatap Chi Huan dengan tatapan yang tak kalah dingin. "Kamu yakin ingin membahas ini?"
Wajah cantik Chi Huan menatap Mo Shiqian dengan sangat acuh tak acuh. "Memangnya, pria normal butuh meminum obat seperti itu? Oh, aku ingat. Kamu sulit bertahan lama, kan? Kamu jadi harus minum obat semacam itu. Lagipula, hanya bertahan beberapa menit. Tak heran, tunanganmu lari bersama Tang Yueze."
Chi Huan tidak peduli jika kata-katanya terdengar seperti senjata yang bisa membunuh dan melukai banyak orang. Namun, ia berkata seperti ini karena ia tidak dapat melihat penyesalan yang tulus dari Mo Shiqian. Ia merasa seperti babi mati yang tak lagi takut pada air mendidih.
"Meskipun aku meminta maaf dan melakukan kejahatan pemerkosaan, aku ingin memberitahumu. Jika kamu mungkin lupa bagaimana kamu menangis dan memohon ampun semalam untuk memintaku mengakhirinya, aku akan datang lagi dan melakukannya dalam keadaan sadar agar kamu tahu apakah itu benar-benar hanya bertahan beberapa menit saja. "
Chi Huan menggigit bibirnya dan menatap Mo Shiqian yang sedang berlutut di depannya. Ia mengepalkan jari-jarinya dan tidak bisa menahan emosinya. "Jika kamu mau minum obat, minum saja. Tapi, kenapa kamu tidak mencari tunanganmu setelah minum obat? Kenapa kamu malah mencariku?"
Mo Shiqian telah berjanji untuk datang semalam karena yang pertama, ia ingin menguji ketahanannya sendiri dan yang kedua, semalam Chi Huan meneleponnya hingga ia kehilangan kesabaran dan seperti mengancamnya dengan identitasnya.
Chi Huan sebenarnya ingat bahwa saat ia menelepon Mo Shiqian, pria itu sudah mengatakan bahwa ia sedang tidak enak badan dan ingin menyuruh orang lain saja untuk mengantarkan barang ke tempatnya. Namun, saat itu ia berpikir bahwa mungkin ia tidak akan memiliki kesempatan untuk bertemu dengan Mo Shiqian lagi. Lagipula, ia juga berniat memberikan hadiah untuk pria itu. Belum lagi, saat itu ia sedang kesal dan meminum banyak alkohol. Kejadian membingungkan seperti ini pun jadi tidak dapat dihindari.
"Kamu sudah memiliki tunangan. Kenapa tidak melakukannya dengan tunanganmu? Kenapa kamu malah memperkosaku?"
Dengan wajah tenangnya, Mo Shiqian menjawab, "Mungkin karena saat itu aku tidak sengaja melihatmu sedang berganti pakaian. Karena itu, aku akhirnya melakukan hal seperti ini."
"Mo Shiqian, apakah kamu mau mengandalkanku untuk tidak membiarkan seluruh dunia tahu bahwa kamu telah memperkosaku? Karenanya, kamu tidak takut?" tanya Chi Huan dengan nada dingin.
"Mereka yang memperkosa wanita dengan kekerasan, pemaksaan, atau cara lain akan dihukum tiga sampai sepuluh tahun. Jika kamu ingin melaksanakan pernikahanmu dengan tenang, aku tidak akan membiarkan media maupun Mo Xigu tahu tentang hal ini. Sebagai gantinya, hukumannya akan dikurangi setengahnya."
Chi Huan hampir tidak percaya mendelihatnya. Di saat seperti ini, Mo Shiqian masih bisa membicarakan masalah sepenting ini dengan begitu tenang. Ia pun berkata, "Kamu berani meminta kompensasi kepadaku? Mo Shiqian, jika aku tidak peduli, ayahku bisa saja menjebloskanmu ke penjara selama sepuluh tahun!"
Mo Shiqian terkekeh dan berkata santai, "Jika aku tidak mengaku telah melakukan kejahatan pemerkosaan, akan sulit untuk menentukan siapa yang menang gugatan. Ada bukti bahwa kamu semalam telah meneleponku. Jika kamu mengatakan bahwa aku yang memaksamu semalam, kamu memang benar. Tapi, jika aku diam saja saat di pengadilan, tak akan ada yang percaya bahwa kamu melakukan perzinahan denganku sebelum pernikahan."
Chi Huan hanya menatap Mo Shiqian dan terdiam beberapa saat. Meskipun ia sangat kesal mendengar kata-kata Mo Shiqian, ia sadar bahwa apa yang dikatakan Mo Shiqian memang masuk akal. Jika Mo Shiqian benar-benar tidak mengaku dan berkata apapun, ini semua akan percuma. Belum lagi, ayah Chi Huan adalah seorang walikota. Jika masalah ini menjadi runyam dan Mo Shiqian memenangkan gugatan itu, reputasi Chi Huan pasti akan terkena imbasnya.
Chi Huan menatap Mo Shiqian dengan tatapan tidak percaya dan berkata, "Kamu benar-benar ingin mengubur masalah ini, lalu menyuruhku tetap lanjut menikah? Sementara kamu hanya masuk penjara selama satu setengah tahun?"
Mo Shiqian menjawab dengan tenang, "Aku berjanji pada ayahmu bahwa sebelum kamu bisa menemukan seseorang yang bisa menjagamu, aku akan melindungimu dari bahaya apapun. Aku hanya berusaha mencegah hal buruk yang akan terjadi selanjutnya."
Jika Mo Shiqian menyerahkan diri dan tidak membiarkan kejadian ini bocor ke media, maka risiko hal-hal yang tidak diinginkan bisa diminimalisir. Namun, jika kasus ini harus dibawa ke pengadilan dan media mendengarnya, reputasi Chi Huan akan tetap rusak meskipun ia adalah korban.
Chi Huan hanya bisa menatapnya Mo Shiqian seakan ia baru pertama kali mengenalnya. Tepat di saat itu juga, hujan mulai turun. Angin menerbangkan tetesan hujan hingga mengenai kaca jendela.
Aku tidak akan menikah dengan Mo Xigu, pikir Chi Huan. Sebelum ini, gagasan itu tidak pernah muncul dalam benaknya. Sejak pertama kali melihat Mo Shiqian berbaring di sampingnya, ia tahu bahwa ia tidak akan mungkin menikah dengan Mo Xigu. Namun, ia tidak merasa sedih. Ia malah merasa lega, seolah masalah pernikahan ini telah menjadi sebuah beban dan bukan lagi menjadi sebuah harapan.