Setelah terdiam untuk waktu yang lama, Chi Huan bertanya pada Mo Shiqian, "Bagaimana dengan tunanganmu? Apa rencanamu selanjutnya?"
Mo Shiqian dengan gampang dan tidak ragu menjawab, "Perjanjian pernikahan kami akan dibatalkan."
Chi Huan menoleh ke arah Mo Shiqian dan bertanya lagi, "Bagaimana jika aku tidak mau kamu masuk penjara?"
Mendengar kalimat itu, Mo Shiqian diam beberapa detik lalu menjawab, "Sama."
Pernikahan Mo Shiqian dengan Liang Manyue akan dibatalkan. Chi Huan menatap wajah Mo Shiqian yang begitu tenang dengan rambut pendeknya. Namun, saat mengingat apa yang terjadi semalam, bibirnya mengerucut.
Perlahan-lahan, Chi Huan mendekati Mo Shiqian. Mo Shiqian hanya menyipitkan matanya dan menatap wanita itu tanpa mengatakan apapun. Kaki lembut wanita itu masuk di antara pahanya. Mo Shiqian tidak menghentikannya dan masih tidak mengatakan apa-apa. Namun, napasnya menjadi dalam.
"Aku masih berpikir, seberapa besar rayuanmu?" tanya Chi Huan.
Mo Shiqian menatap Chi Huan yang begitu kecil, putih, dan jenjang. Ia merasa bahwa ia sepertinya bisa memegang kaki itu dengan satu tangan.
"Aku akan pergi menyerahkan diri. Kamu harus bersiap-siap karena seseorang akan datang untuk meriasmu, kemudian memakaikan gaun pengantin..." kata Mo Shiqian dengan suara seraknya. Di akhir kata-kata itu, tiba-tiba Mo Shiqian terhenti saat melihat Chi Huan duduk di ujung tempat tidur. Wanita itu mengenakan kemeja hitam yang besar hingga terlihat sangat kontras dengan tubuhnya yang sangat langsing. Namun, kemeja kebesaran itu menjadikannya terlihat begitu menawan.
"Menyerahkan diri? Aku tidak butuh melihatmu masuk penjara. Aku akan memberimu dua pilihan. Yang pertama, kamu harus mengebiri dirimu sendiri untuk membalas apa yang telah kamu perbuat padaku. Atau yang kedua, jadilah priaku dan bertanggung jawablah atas apa yang telah kamu perbuat semalam."
Kamar itu hening sejenak. Kemudian, terdengarlah suara lembut Mo Shiqian yang berkata, "Semua pria normal akan memilih yang kedua."
"Lalu, kamu?"
"Tentu saja aku normal."
Chi Huan menarik kakinya dan tatapannya tidak lagi tertuju pada Mo Shiqian. Ia beralih dan menatap hujan di luar jendela. "Tentu saja. Aku lebih muda dan lebih kaya dibanding tunanganmu. Saat disuguhi kue, hanya pengecutlah yang tidak akan memakannya."
Sambil menunggu Chi Huan selesai bicara, Mo Shiqian berusaha menormalkan napasnya lalu berkata, "Aku berjanji bahwa aku bisa menjadi priamu dan bisa memperlakukanmu dengan lebih baik dari Mo Xigu. Tapi..." Suara pria itu memelan. Ia berpindah ke sisi Chi Huan, lalu merangkul Chi Huan ke dalam pelukannya. "Aku punya dua syarat."
"Syarat?" ulang Chi Huan. Ia hampir mengira bahwa ia barusan salah dengar. "Kamu masih ingin mengajukan syarat kepadaku?"
"Meskipun kamu sudah membuat keputusan, tetap saja kamu harus mengikuti aturannya. Persyaratanku sederhana saja. Yang pertama, kamu harus menjaga jarak dari pria lain selama bersamaku."
Chi Hua mendengarkan suara rendah Mo Shiqian yang hampir menempel di telinganya dengan seksama. Ia pun diam beberapa saat. "Yang kedua?"
"Yang kedua, aku adalah seorang pria."
Chi Huan sudah mengerti apa yang Mo Shiqian maksud. Namun, setelah ia sadar, matanya terbelalak dan bibirnya hampir bergetar karena marah. "Mo Shiqian, kamu..."
Mo Shiqian menipiskan bibirnya dan tersenyum. "Kamu menginginkanku. Bukankah kamu selalu menganggap bahwa dirimu tidak punya hasrat untuk berhubungan intim? Tapi, semalam..."
Pupil mata Chi Huan seketika melebar. Saat ia hendak menampar Mo Shiqian, kali ini pergelangan tangan wanita itu ditahannya. Dengan tenang, ia berkata, "Tamparan pertama, karena semalam aku memperkosamu. Tamparan kedua, karena aku memikirkan masalah masa lalu itu. Tamparan ketiga, karena aku membuatmu malu?" tebak Mo Shiqian, membuat wajah Chi Huan memucat.
Mo Shiqian kembali tersenyum. "Terlebih lagi, jika aku tidak bisa menyentuh wanita, lebih baik aku masuk penjara daripada menjadi budak. Benar, kan?"
Chi Huan menggigit bibirnya. "Lepaskan tanganku!"
Mo Shiqian menatap wajah Chi Huan, lalu melepaskan tangannya. Setelah dilepaskan, Chi Huan mengusap pergelangan tangannya meskipun Mo Shiqian tidak benar-benar menyakitinya. Ia menunduk, lalu berkata, "Kamu boleh tidur denganku. Tapi, jika aku memberikan tubuhku, apa yang akan kamu berikan padaku?"
"Selama yang kamu inginkan itu aku memilikinya dan selama yang kamu inginkan itu aku bisa memenuhinya."
Chi Huan menatap wajah Mo Shiqian sekilas. Wajahnya tampak acuh tak acuh seperti biasa. Chi Huan pun memalingkan wajah dan menjatuhkan tangannya ke kasur. "Baiklah," katanya, kemudian mendorong Mo Shiqian yang berjarak terlalu dekat dengan dirinya. "Aku lapar. Pergi dan belikan aku makanan."
Mo Shiqian menegakkan tubuhnya dan bertanya dengan suara rendah, "Kamu mau makan apa?"
"Pangsit, bubur kacang merah, pangsit goreng, mie, sushi, roti bakar, pizza, telur rebus, roti isi, susu sapi, susu kedelai."
Mo Shiqian mendengarkan Chi Huan dengan saksama sampai ia selesai bicara. "Semua?" tanyanya.
"Semalam aku belum makan dan sekarang aku ingin makan. Aku mau semuanya."
Mo Shiqian mengangguk. "Baiklah. Tapi, aku tidak ingat. Katakan sekali lagi."
Chi Huan langsung merasa emosi. Sebenarnya, ia hanya asal menyebutkan makanan-makanan itu sehingga ia sendiri tidak mungkin mengingatnya. "Aku tidak peduli dan aku tidak akan mengulang untuk yang kedua kalinya. Kamu kira-kira saja sendiri."
Mo Shiqian tidak banyak bicara dan hanya berkata, "Baiklah, aku akan pergi membelinya. Lepaskan kemeja itu dan kembalikan padaku."
Chi Huan hanya diam dan barulah ia merasa canggung. Selain kemeja itu, ia tidak memakai apapun dan bahkan tidak memakai dalaman. Tiba-tiba, Chi Huan digendong oleh pria yang hari ini tiba-tiba jatuh cinta dan dibawa ke ruang tamu. Kemudian, pria itu berjalan menuju lemari untuk mengeluarkan pakaian dalam dan pakaian yang biasa dipakai di rumah.
Chi Huan segera berjalan ke kamar mandi dan tidak lupa menutup pintu. Mo Shiqian pun mengetuk pintu kamar mandi dan bertanya, "Pakaianku?"
Dengan cepat, suara nyaring Chi Huan terdengar dari dalam, "Maaf, pakaiannya tidak sengaja basah."