Ekspresi Mo Shiqian tidak berubah, namun bibir tipisnya mengeluarkan dua kata, "Apa alasannya?"
"Karena aku adalah selebriti. Jika kamu ingin menjalin hubungan dengan selebriti, kamu harus merahasiakannya. Apa masih butuh alasan lain? Di depan, aku membatalkan pernikahanku dengan Mo Shiqian. Tapi di belakang, aku punya seorang pacar, yaitu kamu. Apa kata orang lain nanti?"
Chi Huan khawatir karena ia sudah terlihat akrab dengan Mo Shiqian dalam waktu yang lama. Terlebih, Mo Shiqian begitu tampan. Jika ia mengatakan bahwa mereka punya hubungan pribadi, orang-orang akan semakin yakin dengan pikiran negatif yang mereka miliki.
Mo Shiqian tersenyum ringan. "Kedengarannya seperti akan membutuhkan pengorbanan besar."
Chi Huan mengerutkan kening dan memandang pria tampan itu. "Apa maksudmu?"
"Kamu menyuruhku untuk seperti itu di depan orang dan aku hanya bisa sembunyi-sembuyi. Sebagai pria, aku merasa dirugikan," kata Mo Shiqian, seakan-akan ia menjadi pihak yang teraniaya.
"Ingat apa yang kamu katakan padaku pagi tadi. Selama kamu bisa, kamu akan melakukan apa yang aku inginkan."
"Aku bisa berjanji untuk melanjutkan identitasku sebagai bodyguard-mu di depan orang lain."
"Apakah kamu ingin mengajukan syarat kepadaku lagi?" tanya Chi Huan jengkel.
"Setiap Senin malam, kamu harus patuh padaku di tempat tidur."
Apa yang dikatakan Mo Shiqian bukanlah hal yang biasa sehingga wajah Chi Huan memerah setelah mendengarnya. Entah, wajahnya memerah karena malu atau karena marah. Jika saat ini Mo Shiqian tidak sedang mengemudi, mungkin Chi Huan akan menamparnya dengan emosi.
"Mo Shiqian, aku tahu kalau separuh isi kepala pria berada di bawah sana. Tapi, bisakah kamu tidak terlalu blak-blakan?" kata Chi Huan dengan kesal.
Saat Chi Huan sedang marah-marah, Mo Shiqian justru sangat tenang dan tersenyum kecil. "Di depan orang, kamu adalah ratuku dan aku adalah bodyguard-mu. Tapi di belakang orang, kamu adalah wanita manja yang harus aku layani. Atau, kamu ingin menunggangiku di tempat tidur?" katanya. "Apakah aku terlihat seperti pria yang bisa dirugikan?"
Mo Shiqian menatap ke samping dan tersenyum lebar. Chi Huan hanya diam sambil berpikir, Bagaimana bisa dulu aku mengira pria ini memiliki pikiran yang bersih? Ia pun berusaha keras untuk mengatur napasnya, walaupun emosi masih terlihat jelas di wajahnya. "Aku sudah berjanji untuk memenuhi persyaratanmu sebelumnya. Apakah kamu masih punya kebiasaan atau hal menyimpang lainnya?"
"Untuk saat ini, belum."
Mata Chi Huan terbelalak. "Sebenarnya kamu ingin aku melakukan apa?"
"Aku tidak akan menyakitimu. Aku jamin kamu akan merasa nyaman," kata Mo Shiqian. Ia tersenyum ringan, seolah-olah ia baru saja mengatakan sesuatu yang serius dan tidak menjijikkan.
Chi Huan menggigit bibirnya dan menahan emosi di dadanya. Ia menatap keluar jendela dan tidak mengatakan sepatah katapun. Mo Shiqian tahu bahwa Chi Huan mau berkompromi untuk sementara waktu. Begitu sampai, Chi Huan segera berganti baju dan merias wajah dalam waktu singkat. Ia hanya membutuhkan waktu 10 menit untuk bersiap sebelum konferensi pers dimulai.
Mobil Ferrari putih berhenti di depan gereja. Mo Shiqian segera turun dari mobil dan membukakan pintu untuk Chi Huan. Wajahnya tidak lagi tampak santai seperti di dalam mobil tadi. Sekarang, wajahnya kembali tampak tenang dan dingin.
"Aku tidak akan masuk dari depan. Bawa aku langsung ke backstage," kata Chi Huan. Ia bahkan tidak bertanya apakah Mo Shiqian tahu tempat itu berada di mana atau tidak. Saat ia mengatakan itu, Mo Shiqian hanya berkata, "Baik."
Mereka berjalan tanpa hambatan. Bahkan, penjaga keamanan melindungi Chi Huan agar tidak ketahuan oleh wartawan yang bermata tajam maupun orang-orang lain. Akhirnya, mereka bisa sampai ke belakang gereja dengan mulus.
Mo Xigu yang saat itu sedang mengenakan setelan jas yang dirancang dengan bagus dan elegan berada di kerumunan dan sempat melihat Chi Huan sekilas. Orang yang pertama kali menemukan keberadaan Chi Huan adalah sekretaris yang ada di sampingnya. Saat sekretaris itu melihat Chi Huan, ia segera menarik lengan baju pria itu dengan sedikit panik.
Mo Xigu menunduk, seolah sedang berpikir. Wajahnya tampak letih dan bahkan sedikit menunjukkan kekesalan. Begitu sekretarisnya membisikkan sesuatu kepadanya, ia segera menoleh ke arah Chi Huan yang saat itu berjalan mendekat. Chi Huan telah mengenal Mo Xigu selama empat tahun. Ia tetap memahami tabiat Mo Xigu walaupun pria itu sedang memejamkan mata. Menurut pandangannya kali ini, Mo Xigu seperti mengalami keheranan yang tidak bisa dilukiskan dengan kata-kata dan terlihat begitu kaget.
Chi Huan mengenakan mantel merah di atas lutut dan sepatu but pendek bertumit tinggi dengan rambut yang terbungkus syal. Karena ia selalu berada di depan media, ia menjaga citranya sebagai perempuan bernilai tinggi. Mo Shiqian yang tampan dan bertubuh tinggi juga masih berdiri di belakangnya. Chi Huan kemudian berjalan ke depan dengan wajahnya yang cantik dan lembut. Ia berjalan sambil tersenyum dengan anggun. Ia sangat jarang menunjukkan wajah acuh tak acuh.
"Chi Huan, maaf..." kata Mo Xigu sambil menatapnya.
Kedatangan Chi Huan bukan saja tidak tercatat dalam rencana Mo Xigu, melainkan juga tidak terduga. "Membatalkan pernikahan untuk sementara waktu, bukan?" tanya Chi Huan.
Mo Xigu menatap Chi Huan dengan tatapan yang sulit dijelaskan. Namun, akhirnya ia mengangguk. "Aku akan memberitahu semua orang bahwa kesalahan atas pembatalan pernikahan ini ada padaku."
Chi Huan tertawa pelan. "Karena kamu sudah tidur dengan Su Yabing?" tebaknya.
Tak banyak orang yang mendengar kalimat Chi Huan. Mo Shiqian yang berada di belakang Chi Huan dan sekretaris yang berada di samping Mo Xigu hanya menatap wanita muda itu tanpa ekspresi. Sementara itu, orang-orang lain di belakang mereka sangat terkejut tapi tidak mengatakan apa-apa.
"Chi Huan..." panggil Mo Xigu dengan tenang dan acuh tak acuh, "Masalah ini adalah salahku dan aku minta maaf padamu. Mau bagaimanapun, jika kamu membenciku, itu boleh saja. Tapi, ini tidak ada hubungannya dengan dia. Kamu jangan membuatnya malu," terangnya. Ia menekankan kalimat terakhirnya dengan begitu dingin. "Jangan katakan apapun tentangnya di depan media."
Setelah menunggu Mo Xigu selesai berbicara, Chi Huan bertanya, "Kenapa?"
Mo Xigu membungkukkan badannya dan berniat memegang bahu Chi Huan. Namun, sebelum Mo Xigu menyentuh Chi Huan, tangannya dicegat oleh seorang pria. "Tuan Mo..." kata Mo Shiqian. Ia hanya mengucapkan dua kata. Namun, maknanya begitu jelas.
Chi Huan menatap Mo Xigu sejenak, lalu berjalan menuju staf wanita yang hendak memberikan mikrofon kepada Mo Xigu. Ia menoleh dan menatap Mo Xigu sejenak, kemudian mengerucutkan bibirnya. "Aku harus menyelesaikan masalah pernikahan ini. Pernikahan kita batal."
Setelah selesai berbicara, Chi Huan berbalik dan berjalan ke gereja. Beberapa staf saling memandang dan tidak ada yang berani menghentikan Chi Huan tanpa perintah dari Mo Xigu. Lagi pula, Chi Huan tidak memiliki karakter yang urakan.
Mo Xigu berniat mengejar Chi Huan dengan ekspresi yang sulit dijelaskan. Namun, seorang pria menahan tangannya. "Tuan Mo, hal yang kamu khawatirkan tidak akan terjadi. Jangan sampai malah Anda yang membiarkan hal itu terjadi."
Mo Xigu menatap ke arah Mo Shiqian yang sedang berbicara dan memperhatikan alisnya yang menunjukkan ekspresi acuh tak acuh. Sementara itu, Chi Huan berjalan dengan mikrofon di tangannya dan berjalan di bawah patung salib yang merupakan tempat untuk mengucap sumpah. Ia mendekatkan mikrofon yang ia pegang ke bibirnya. "Saya hanya akan mengumumkan satu hal dan tidak akan menjawab pertanyaan apapun. Jadi, untuk teman-teman wartawan, tolong dengarkan saja."
Langsung terdengar kebisingan dan diskusi dari kerumunan di bawah. Chi Huan memakai riasan yang cantik, mantel merah terang, dan memegang mikrofon sambil tersenyum. "Seperti yang kalian semua tahu, saya telah mengejar Mo Xigu selama empat tahun. Sebulan yang lalu, dia telah berjanji kepada saya. Tapi, kami tidak bahagia saat bersama. Semua berpendapat bahwa kami terlihat seperti orang biasa tanpa hubungan khusus. Jadi, kami memutuskan untuk menghentikan ini semua dan membatalkan pernikahan kami."