Chereads / Kasih Melebihi Waktu / Chapter 46 - Tidak Terlihat Memiliki Sisi Liar

Chapter 46 - Tidak Terlihat Memiliki Sisi Liar

"Basahnya banyak atau sedikit?" tanya Mo Shiqian yang masih berdiri di depan pintu kamar mandi.

"Semuanya basah dan tidak bisa dipakai lagi."

Mo Shiqian tidak membalas dendam dengan permainan kekanak-kanakan seperti ini. Ia tetap tenang dan berkata, "Baiklah. Kamu mandi saja. Aku akan menyiapkan sarapan."

Chi Huan tidak menjawab, tapi terdengar suara gemericik air di kamar mandi. Setelah itu, Mo Shiqian berbalik dan berjalan ke ruang tamu. Ia lalu mengambil ponsel yang jatuh semalam dan menelepon seseorang. "Tolong ambilkan satu set pakaianku dan antarkan ke alamat Ten Mansion nomor 709."

"Bukankah itu tempat Chi Huan?"

"Pangsit, bubur kacang merah, pangsit goreng, mie, sushi, roti bakar, pizza, telur rebus, roti isi, susu sapi, dan susu kedelai. Kirim semuanya ke sini dalam waktu setengah jam."

"Kamu tiba-tiba menghilang semalam. Apakah kamu lari untuk meniduri Chi Huan?" tanya Feng Xing.

Mo Shiqian tidak menjawab dan langsung menutup panggilan itu. Ia lalu meletakkan ponselnya di meja. Tanpa sengaja, ia melihat sebuah kotak tergeletak di lantai dan matanya menyipit.

"Bukankah besok kamu sudah tidak menjadi bodyguard-ku lagi? Kemarin saat aku pergi berbelanja, aku membelikanmu hadiah sebagai ucapan terima kasih karena selama ini telah menjagaku."

Kotak biru itu sangat halus. Dari yang Mo Shiqian tahu, itu adalah kotak jam tangan bermerk dari Jerman. Jari-jari rampingnya membuka kotak itu dan ia menemukan sebuah jam tangan pria berhias perak dengan desain bergaya minimalis.

Setelah 20 menit kemudian, bel pintu berdering dan Mo Shiqian membukakan pintu.

"Wah..." Pria muda yang membawa sarapan dengan kedua tangannya memandang Mo Shiqian yang bertelanjang dada. Dengan sedikit takut, ia berbicara dengan sederhana, "Wah, Kak. Kamu... memiliki sisi liar yang tidak terlihat."

Sejak pertama kali Feng Xing mengenal Mo Shiqian, ia merasa bahwa Mo Shiqian adalah pria yang benar-benar baik. Seseorang seperti Mo Shiqian membuatnya benar-benar percaya bahwa ada cinta yang tidak membutuhkan nafsu.

Feng Xing menyerahkan kantong kertas berisi pakaian dalam pada Mo Shiqian dan menatapnya, "Kamu... kamu benar-benar meniduri Chi Huan?"

Mo Shiqian mengambil kantong kertas itu dan melirik Xing Feng. "Lepas sepatumu dan taruh sarapannya di dapur."

Feng Xing menyipitkan mata, lalu mengambil sebatang rokok dan menyulutnya. "Benar-benar tidak terlihat," katanya. Ia benar-benar berpikir bahwa Mo Shiqian akan terus bersama Liang Manyue.

"Pergilah..." kata Mo Shiqian.

"Bukankah hari ini dia menikah?"

"Tidak."

"Jadi... kalian benar-benar berhubungan intim?"

Mo Shiqian mengerutkan kening, lalu menjawab, "Aku memperkosanya."

"Dia tidak memanggil polisi untuk menangkapmu?"

"Dia menyuruhku menjadi prianya dan bertanggung jawab kepadanya."

Feng Xing menghisap rokoknya sesaat. Wajah tampannya menatap Mo Shiqian tanpa ekspresi. Setelah tertegun beberapa saat, ia berkata, "Jadi, kamu akhirnya memutuskan akan meninggalkan Liang Manyue?"

"Aku sudah menelepon orang tuaku dan orang tuanya sudah mengirim pesan padanya."

"Jadi, kamu benar-benar ingin bersama Chi Huan?"

"Iya."

"Apakah selama itu tunanganmu akan bebas menerimanya?"

"Tidak juga."

"Kamu menyukai Chi Huan?"

"Aku tidak membencinya dan bisa menerima jika bersamanya. Aku juga punya harapan padanya."

Feng Xing hanya diam dan tidak menjawab. Ia berpikir, Jika memang Mo Shiqian benar-benar meniduri tunangan Mo Xigu, bisa saja Chi Huan melaporkannya untuk dipenjara. Tapi, ia bahkan tidak memikirkan hal itu.

Setelah selesai mengantarkan sarapan, Feng Xing diantar Mo Shiqian keluar. "Hei, Kakak. Kalian di sini diam-diam bermain atau... mau ganti kakak ipar?"

Mo Shiqian tidak menjawab Feng Xing dan langsung menutup pintu. Setelah itu, Mo Shiqian mengganti pakaiannya dan memasukkan pakaian kotor ke kantong kertas itu. Lalu, ia mengenakan jam tangan.

Setelah 40 menit mandi, Chi Huan akhirnya keluar dan mengenakan piyama tebal. Saat tiba di dapur, ia melihat berbagai makanan sudah ada di meja makan. Pria yang duduk di sana juga sudah selesai berganti pakaian.

"Cepat sarapan. Nanti dingin," kata Mo Shiqian.

"Makanannya sudah tidak hangat."

"Karena kamu mandi selama 40 menit."

"Aku ingin makan mie."

Mo Shiqian menatap wajah putih wanita yang baru saja keluar dari kamar mandi itu sambil berkata, "Jika kamu mau, aku bisa memasaknya untukmu."

"Baiklah, aku ingin makan mie."

"Baiklah. Aku akan memasak mie dan membuang ini semua."

Chi Huan diam sejenak, lalu bertanya, "Tapi, bagaimana jika kamu tidak bisa memasaknya dengan baik?"

Mo Shiqian tersenyum ringan dan menjawab, "Inilah yang aku khawatirkan. Jika nanti mie itu tidak enak, tidakkah kamu akan ribut berkepanjangan?"

Chi Huan menatap Mo Shiqian sejenak dan menatap sarapan yang ada di meja makan. Pangsit yang ada di meja itu terlihat sangat enak dan dibuat di tempat makan favoritnya. Ia pun memakan pangsit itu dengan satu tangan.

"Makanlah beberapa pangsit, setengah mangkok bubur, dan telur rebus kesukaanmu lalu minumlah segelas susu kedelai."

Sebenarnya, Chi Huan sangat lapar. Ia tidak makan apapun dari semalam dan tubuhnya begitu letih setelah disiksa oleh Mo Shiqian selama setengah malam.

Mo Shiqian mengambil roti isi dan memakannya dengan perlahan. Setelah Chi Huan makan bubur dan pangsitnya, ia melihat telur rebus yang tampak begitu indah. Ia pun mengambil piring dan garpu, lalu memakan telur rebus. Kemudian, ia tak sengaja melihat pria di seberangnya yang makan dengan sangat elegan.

Tiba-tiba, Chi Huan teringat saat Mo Shiqian membenci pangsit yang ia berikan dengan sumpit. Muncullah ide jahat di hati Chi Huan. Ia mengambil telur dengan sumpitnya, lalu meletakkannya di atas irisan roti isi Mo Shiqian sambil berkata, "Telur rebus ini sangat enak. Aku memberi sebagian untukmu."

Mo Shiqian menatap telur rebus itu, lalu beralih menatap Chi Huan. Chi Huan juga berbalik menatapnya. Tanpa sepatah katapun, Mo Shiqian menundukkan kepala dan memakan setengah telur rebus itu. "Keterampilan yang bagus, tapi telurnya tidak begitu bagus."

Chi Huan hanya diam, lalu menunduk dan lanjut memakan pangsitnya. Reaksi Mo Shiqian yang seperti ini tidak menarik baginya. Setelah kenyang, ia pelan-pelan meminum susu kedelainya.

"Kenapa kamu tidak jadi menikahinya?" tanya Mo Shiqian sambil menatap Chi Huan.