Chereads / Kasih Melebihi Waktu / Chapter 43 - Dia Tidak Pernah Melihat Chi Huan Begitu Sedih

Chapter 43 - Dia Tidak Pernah Melihat Chi Huan Begitu Sedih

Pagi harinya, Chi Huan tiba-tiba terbangun. Saat langit sudah mulai menunjukkan cahaya terik matahari, ia mendadak membuka matanya. Wajahnya menghadap tirai untuk merasakan kesejukan. Ia pun menghela napas lega setelah bangun dari mimpi buruk. Kemudian, ia mengangkat tangan dan mengusap alisnya sambil bertanya-tanya, Kenapa aku bisa bermimpi begitu konyol?

Sebelum tangan Chi Huan menyentuh alisnya, ia berhenti sejenak. Ia memakai baju hitam panjang yang hampir menutupi jari-jarinya. Jelas ini bukanlah pakaiannya sendiri. Pupil mata Chi Huan seketika melebar dan seperti ada guntur yang menyambar kepalanya. Ingatan soal kejadian semalam tiba-tiba berlarian di pikirannya dan ia pun segera duduk. Pria yang tidur di sampingnya ikut bangkit dan duduk di sebelahnya. Ia menatap pria itu dan seluruh tubuhnya seakan membeku saat itu juga.

Mo Shiqian menatap Chi Huan. Setelah beberapa saat, dengan wajah tampan dan rambut hitam pendeknya yang sedikit acak-acakan, ia berkata dengan suaranya yang serak, "Saya minta maaf."

Tiga kata ini benar-benar mematahkan saraf tegang Chi Huan. Ia tidak ragu-ragu untuk melangkah dan menampar Mo Shiqian.

Plakkk!!!

Mo Shiqian tidak menghindar dan menerima tamparan tersebut. Chi Huan menatap wajahnya yang tanpa ekspresi dengan napas yang memburu. Lalu, ia mengambil bantal yang ada di sampingnya dan memukulkannya pada wajah pria itu.

Chi Huan seperti tidak bisa melampiaskan kebenciannya saat ini. Ia sudah memukulnya berkali-kali, tapi tetap saja itu tidak membantu sama sekali. Bahkan jika ia menusuk Mo Shiqian sekalipun, ia tidak akan bisa menyalurkan kekesalannya. Sebaliknya, air matanya mengalir tak terkendali dan penglihatannya mengabur.

"Mo Shiqian, kamu..." lirih Chi Huan.

Chi Huan bahkan tidak bisa mengeluarkan sumpah serapah dan hanya bisa menggigit bibirnya sambil bergetar dan menangis terisak. Ia selalu merasa mungil dan sekarang tubuhnya tenggelam di balik kemeja yang kebesaran. Ia terlihat sangat kurus, putus asa, dan tak berdaya.

"Maafkan saya..."

Chi Huan memeluk lututnya dan menenggelamkan wajahnya di lutut. Rambutnya yang panjang seperti rumput laut terurai hingga menutupi wajahnya yang berlinangan air mata. Ia tidak ingin memarahi Mo Shiqian maupun bertanya kepadanya karena ia bahkan sudah tidak memiliki kekuatan untuk melakukan itu.

Di pagi hari dengan suasana yang begitu sepi, hanya ada seorang gadis yang sedang menangis tanpa henti.

Mo Shiqian menatap rambut Chi Huan dan tidak tahu berapa lama waktu sudah berlalu. Ia membuka selimut dan bangkit dari tempat tidur, lalu mengenakan celana yang sudah dilemparkannya ke lantai. Ia mencoba untuk mengenakan pakaiannya lagi. Namun, setelah beberapa detik, ia baru ingat bahwa pakaiannya masih dipakai gadis yang saat ini masih ada di tempat tidur.

Mo Shiqian belum pernah melihat Chi Huan begitu sedih. Ia tahu bahwa Chi Huan sedih karena terpaksa kehilangan dirinya sendiri dan juga karena hari ini adalah hari pernikahannya. Pelaku dari semua kejadian ini adalah Mo Shiqian.

Mo Shiqian tahu bahwa sejak awal ia mengenal Chi Huan, ia mulai memiliki sedikit kepercayaan kepada dunia. Bahkan, saat ia tidak mempercayai orang tuanya. Kemudian, di usianya yang masih muda, ia menghasilkan uang sendiri dan keluar dari rumah.

Dalam beberapa tahun terakhir, Mo Shiqian merasa tidak ada kendala dan ia selalu berpikir bahwa ia tidak akan pernah menyakiti Chi Huan.

Chi Huan sendiri tidak tahu sudah berapa lama ia menangis. Ia menangis sampai ia tidak punya energi lalu berhenti dengan sendirinya. Pria yang berada di dalam ruangan itu juga tidak bersuara, kecuali saat bangun dari tempat tidur dan mengambil pakaiannya. Namun, Chi Huan juga tahu bahwa pria itu tidak pergi.