NOTE: [ 19+ ]
•-----•
Percayalah, ketika kamu menyempurnakan separuh agamu dengan melangsungkan sebuah pernikahan. Akan banyak perubahan yang terjadi dalam diri kamu, termasuk akhlak, rejeki maupun sifat dan sikap. Semua terjadi begitu saja, tanpa rencana.
•-----•
Seperti siang menjelang sore ini. Biasanya Khuma hanya tinggal menikmati makan malam yang sudah disediakan oleh Bunda Fatmah, tapi kini perempuan yang sudah menjadi istri itu harus menyiapkan segalanya sendiri.
Ditambah lima hari lalu Jeffry memboyong Khuma untuk tinggal di rumah yang sudah laki-laki itu siapkan sebelum menikah. Katanya agar mandiri dan tidak selalu merepotkan kedua orang tua. Tapi, apakah Khuma bisa?
Setibanya mereka berdua di rumah barunya itu --dari kampus, Khuma langsung menyiapkan makanan kesukaan Jeffry yaitu; Sayur Sop, Kentang Balado dan Tempe Bacem.
Walau sebenarnya Khuma tak bisa membuat tempe bacem, tapi dia berusaha dengan menonton step by stepnya melalui Youtube. Maklum saja, zaman sekarang sudah canggih.
Di mana Jeffry? Laki-laki itu sedang mandi sambil menunggu Khuma selesai masak. Sebab tadi Jeffry sempat kehujanan. Padahal sebenarnya, Jeffry tengah mengintip Khuma dari balik dinding dapur.
Jeffry sangat senang menatap istrinya itu secara diam-diam. Ditambah Khuma tengah kerepotan dengan tempe bacemnya, karena sambil menonton tutorialnya melalui ponsel.
"Ya Allah sayang... pengen bilang nggak usah dipaksain kalau nggak bisa, tapi nanti dia tersinggung. Saya sangat paham, Khuma ingin membuat saya senang. Saya hargai itu. Makasih banyak sayang..." gumam Jeffry dari balik dinding sambil tersenyum lembut.
Setelah memuaskan diri mengintip sang istri, Jeffry langsung bergegas menuju kamar untuk mandi. Namun sebelum itu, dia sempat menghubungi seseorang, entah siapa.
Di dapur, Khuma bergumam sambil sedikit panik. "Ini digimanain lagi ya? Harusnya belajar sama bunda nih. Kalau sop sama kentang balado mah bisa, lah ini tempe bacem?"
Menautkan kedua alis mata. Khuma menjetikkan jari. "Oke, tlv bunda aja deh. Makanan ini biar sekalian buat sahur nanti."
Ya, besok sudah memasuki Bulan Ramadhan. Di mana untuk pertama kalinya Khuma menjalankan ibadah tersebut bersama suami tercintanya. Benar-benar membuat Khuma deg-degan sekaligus bahagia.
Bahkan perempuan itu sudah mencatat beberapa resep masakan untuk menu sahur atau pun berbuka puasa. Agar sang suami tidak bosan kalau dia masak dengan menu yang itu-itu saja.
"Assalamu'alaikum, Khuma. Apa kabar sayang?"
"Wa'alaikumsalam, alhamdulillah bun baik-baik aja. Bun tolongin Khuma..."
"Astaghfirullah, ada apa sayang?"
"Khuma nggak bisa bikin tempe bacem,"
sahut Khuma sambil terkekeh malu.
"Ya Allah, bunda kira ada apa. Kamu cukup pakein asem jawa aja dan langsung goreng seperti biasa..."
Khuma menepuk dahinya. Dia baru ingat sekarang, sebab tutorial yang ditontonnya di Youtube itu tempe bacem yang agak repot cara pembuatannya.
"Ah iya bun, Khuma lupa," jawabnya sambil tertawa.
"Kamu lagi masak untuk suamimu ya? Nanti malam jadi sholat teraweh di masjid deket rumah bunda?"
"Iya bun. Khuma mau nyoba buat mas Jeffry seneng. Jadi Khuma masak makanan kesukaannya. Semoga mas Jeffry suka."
"Jadi bun. Khuma juga kangen sama bunda. Sampe ketemu nanti malam ya bun.."
"Aamiin Allahumma aamiin, ya udah kamu lanjutin masaknya. Semangat jadi istri sholehah, sayang..."
"Siap bunda... assalamu'alaikum..."
Setelah mendengar salam dari Bunda Fatmah, Khuma kembali dengan kegiatannya yaitu memasak. Berhubung sekarang sudah jam 16.15 dan Jeffry hampir selesai mandi, Khuma harus segera menyelesaikan masakannya.
Mereka berdua sepakat akan makan malam jam setengah enam sore, setelah itu langsung menuju rumah Bunda Fatmah yang tak jauh dari perumahan yang dia tinggali. Hanya berbeda blok saja.
Di kamar utama, Jeffry baru saja selesai mandi dan salat Ashar yang sedikit terlambat. Lalu dia bergegas keluar untuk melihat sang istri yang masih berkutat di dapur.
Dengan masih memakai baju koko dan sarung, Jeffry menghampiri Khuma yang ternyata sudah selesai memasak. Khuma tengah menyiapkan meja makan.
"Hmmm.... wangi banget aromanya," ucap Jeffry dari arah belakang Khuma.
Khuma menoleh dan mendapati Jeffry yang tengah tersenyum manis ke arahnya. Mendapat pujian dan senyuman itu, membuat Khuma merasa berbunga-bunga dan juga malu-malu.
"Belum dirasain juga kan, gimana rasanya. Maaf ya mas kalau nggak sesuai sama lidah kamu," ucap Khuma sambil sedikit menundukkan kepala.
Jeffry semakin mendekatkan dirinya pada Khuma. Hingga membuat jarak yang ada terkikis. Bahkan laki-laki itu menyentuh dagu Khuma agar istrinya itu menatap matanya.
"Sayang...
... apa pun yang kamu masak, pasti mas suka. Karna mas tau, kamu masaknya pakai kasih sayang..."
Ya Allah, siapa yang tidak speechless mendapatkan perlakukan seperti itu dari suami tercinta. Begitu juga dengan Khuma, perempuan itu merasakan debaran di hatinya. Tapi, agak aneh sebab Jeffry sedikit berbeda. Pasti ada yang laki-laki itu inginkan.
"Mas apaan sih, aku tuh masaknya pakai bumbu dapur." Khuma mencoba menutupi rasa gugupnya. Entah sekarang jantungnya sudah berada di kaki, mungkin? Abaikan.
Jeffry malah semakin mendekat hingga tak ada lagi jarak di antara dirinya dan Khuma. Lalu dia berbisik di telinga kanan Khuma.
O ya ampun. Khuma sudah berpikir yang macam-macam. Apa Jeffry ingin menciumnya? Atau apa? Tapi sayangnya pikiran-pikiran Khuma itu salah besar.
"Sayang, sholat Ashar dulu sana," bisik Jeffry lalu menarik diri dan memberikan jarak.
Khuma langsung mengembuskan napas lega, sebab dia hampir lupa bernapas tadi. "Kirain mau ngapain, mas... Iya sebentar lagi..."
"Hayooo mikirnya macem-macem. Nggak usah manyun gitu."
Jeffry kembali mendekatkan dirinya dan langsung menangkup leher Khuma, tapi sebelum itu dia berkata, "sayang, mas nggak tahan. Maaf ya."
SubhanAllah. Padahal sudah sah menjadi suami - istri, tapi untuk menciumnya saja Jeffry meminta izin lebih dulu.
Tak diberi kesempatan untuk menjawab, sebab Jeffry langsung menautkan bibirnya pada Khuma. Perempuan itu sempat terkejut bukan main, tapi dia tak bisa menolak permintaan suami. Jadi Khuma hanya memejamkan mata dan menerima segala perlakuan suaminya itu.
Hanya butuh beberapa detik, Jeffry segera melepaskan tautannya. "Sayang... walaupun kita nggak program, tapi..."
Menautkan kedua alis mata, Khuma menjawab. "Tapi apa mas?"
"Mas mau 'itu' nanti malam, sebelum puasa. Boleh?" tanya Jeffry setelah berpikir beberapa detik untuk meminta haknya.
Sebagai istri, melakukan 'itu' sudah suatu kewajiban jadi Khuma tak bisa menolak. Jadi perempuan itu menganggukkan kepalanya sambil tersipu malu.
"Alhamdulillah... ya udah sana sholat dulu. Mas tunggu di sini, kita makan bersama," lanjut Jeffry.
Khuma menganggukkan kepalanya. "Iya mas. Nanti sehabis makan, kita langsung ke rumah bunda ya. Sholat maghrib di sana aja."
"Iya sayang... terima kasih untuk yang tadi ya..." jawab Jeffry yang masih menggenggam tangan Khuma.
Memang, berpacaran setelah menikah itu lebih terasa. Tak ada batasan karena sudah bisa dikatakan halal. Begitulah yang terjadi antara Jeffry dan Khuma. Mereka sedang mesra-mesranya dengan status pengantin baru.
•-----•
"Assalamu'alaikum bundaaaa..."
Khuma dan Jeffry tiba di kediaman Ayah Adnan dan Bunda Fatmah.
"Ya Allah, bunda kangen banget sama kamu," jawab Bunda setelah menjawab salam Khuma. Beliau memeluk putri tersayangnya itu.
Jeffry pun mencium telapak tangan Bunda Fatmah, setelah Khuma melakukannya.
Di belakang Bunda Fatmah ada Fathan yang tersenyum menggoda ke arah Khuma dan Jeffry.
"SubhanAllah... ada penganten baru. Gimana kabar kalian berdua?" tanya Fathan.
Jeffry terkekeh. "Ya Allah Fath, baru juga ketemu tadi di kantor."
"Bukan sama antum, tapi adik saya," jawab Fathan sambil tertawa.
"Kakaaaak, Khuma kangen!" Khuma langsung berhambur ke pelukan Fathan.
Khuma langsung ditepuk pundaknya oleh Bunda Fatmah. "Ya Allah sayang, inget udah punya suami kamu. Nggak boleh begitu. Suami kamu cemburu nanti."
"Bundaaaa.. masa mas Jeffry cemburu sama kak Fathan. Ngga kan mas?" sahut Khuma lalu meminta jawaban kepada Jeffry.
Laki-laki yang tengah tersenyum itu mengangguk. "Nggak apa-apa, bun. Saya nggak akan cemburu."
"Nah kan bun... mas Jeffry aja nggak apa-apa. Lagian kan mas Jeffry udah memiliki Khuma seutuhnya, tadi aja mas Jeffry main cium —"
Khuma yang tersadar langsung menghentikan ocehannya dan menutup mulutnya dengan kedua tangan. Sedangkan Jeffry menggaruk pelipisnya sambil tersipu malu. Ya ampun Khuma ada-ada saja pakai keceplosan.
Fathan tertawa terbahak-bahak. "Ya Allah, untung keceplosannya hanya sekedar cium. Coba kalau yang lain? Jeff, coba itu istrinya mulutnya direm pakai ciuman lagi."
"Kaaaaaak Fathaaaaaan!!!" teriak Khuma yang sebal dengan Fathan.
Khuma mengejar Fathan yang sudah berlari lebih dulu. Meninggalkan Jeffry dan Bunda Fatmah di ruang tamu.
"Maafkan Khuma ya nak Jeffry. Kalau sudah sama kakaknya, sifat manjanya keluar," ucap Bunda Fatmah yang merasa tak enak dengan Jeffry.
Jeffry menggelengkan kepalanya. "Nggak apa-apa bun. Wajar kok. Jeffry senang kalau melihat Khuma bisa tertawa lepas atau menjadi dirinya sendiri."
Bunda Fatmah bersyukur memiliki menantu seperti Jeffry.
Sedang di ruang makan. Langkah Khuma terhenti karena dia mendapati ada orang lain di ruangan tersebut. Bahkan membuat Jeffry yang baru saja tiba di sana juga sedikit menyerngitkan dahinya.
Siapa kira-kira seseorang tersebut?
•-----•