Chereads / INCESTUOUS MARRIAGE (Pernikahan Sedarah) / Chapter 4 - BAB 04 - INCESTUOUS MARRIAGE

Chapter 4 - BAB 04 - INCESTUOUS MARRIAGE

IM.04 MENJADI SEORANG MALAIKAT

VIOLETTA WINSTON

"Adrian, bagaimana? Apa kamu menyukai ice creamnya?" Aku bertanya kepada Adrian Ma yang duduk di sampingku.

Adrian Ma menganggukan kepalanya sembari menjawab, "Ya. Aku menyukainya."

Aku tersenyum tipis kepada Adrian Ma yang menanggapi pertanyaanku tanpa menoleh ke arahku. Dari awal aku mengenal dan bertemu dengannya dua tahun yang lalu hingga kini, sepertinya ia tidak pernah menyukaiku. Hal itu sangat terlihat saat aku mengurusnya sejak dua hari yang lalu. Ia tidak banyak bicara kepadaku apalagi menatapku lama. Tetapi ia selalu menjawab setiap pertanyaan yang aku ajukan dengan sopan. Bahkan orang-orangku tidak pernah mengatakan bahwa ia bersikap buruk walau hanya sekali saja.

Sudah satu bulan aku mengurus Adrian Ma semenjak ia menghilang saat berenang di pantai. Orang-orangku telah mengurusnya dengan baik selama 28 hari, sedangkan 2 hari terakhir diurus olehku. Awalnya aku tidak menyukai anak kecil laki-laki yang merupakan putra dari Allura Gibson itu. Namun melihatnya yang semakin lama semakin mirip dengan Albert Ma, membuat hatiku luluh. Ya, wajahnya yang sangat mirip dengan Albert Ma membuatku perlahan menyayanginya.

Sepanjang malam selama ia diurus oleh aku dan orangku, aku terus memikirkan apa yang akan aku lakukan kepada Adrian Ma di hari ke-30 ini. Aku merasa bimbang, apakah aku akan terus merawatnya atau harus mengantarnya kepada Albert Ma? Aku berpikir untuk mengurusnya karena sayang yang muncul setelah mengenalnya lebih dekat. Dan aku harus mengantarnya kepada Albert Ma karena sudah waktunya ia kembali sesuai rencana.

Sebenarnya, hilangnya Adrian Ma saat berenang di pantai secara tiba-tiba adalah rencanaku. Hal ini aku lakukan semata-mata hanya untuk memisahkan Albert Ma dan Allura Gibson. Mungkin terkesan sangat kejam, karena aku telah memisahkan seorang anak kecil dari orang tuanya selama satu bulan. Namun rasa cintaku terhadap Albert Ma yang tidak pernah pudar, memaksaku untuk melakukan hal kotor ini. Karena aku tahu bahwa Albert Ma dan Allura Gibson sangat mencintai putra semata wayang mereka. Dan Adrian Ma adalah kelemahan mereka, terutama bagi Allura Gibson.

Sebulan yang lalu, aku menyuruh seseorang untuk menculik Adrian Ma dengan cara menariknya yang sedang berenang dari bawah laut. Meski awalnya aku merasa ragu dengan cara yang cukup berbahaya itu, namun aku tidak memiliki pilihan lain selain melakukannya agar semua terjadi sesuai rencana. Dengan menculiknya yang sedang berenang, orang-orang pasti berpikir bahwa ia tenggelam saat berenang. Hal itu akan membuat Albert Ma dan Allura Gibson merasa begitu kehilangan hingga bertengkar hebat. Dan untungnya rencanaku itu berjalan dengan lancar hingga sepasang suami istri itu berpisah.

Albert Ma telah melakukan berbagai cara untuk dapat menemukan putranya yang hilang. Namun usahanya itu tidak membuahkan hasil, karena putra kesayangannya ada bersamaku dan orang-orangku selama satu bulan terakhir. Sedangkan istrinya Allura Gibson yang bertengkar hebat dengannya, telah pergi entah kemana. Albert Ma juga telah bersusah-payah mencarinya. Namun hingga kini tidak ada seorang pun yang bisa menemukan istrinya. Membuatku yang merencanakan ini semua, merasa bahwa wanita yang telah merebut kebahagiaanku itu tidak akan pernah kembali lagi.

Meski hingga kini Allura Gibson belum ditemukan, bukan berarti aku merasa puas dengan semua yang telah terjadi. Tanpa sepengetahuan orang lain, aku menyuruh orangku untuk terus mencari keberadaannya dan memastikan bahwa ia benar-benar telah pergi dari kehidupan Albert Ma. Karena aku tidak ingin ia kembali setelah nantinya Albert Ma jatuh ke dalam pelukanku. Dan untuk mengambil hati pria yang tidak pernah luput dari ingatan dan hatiku itu, aku akan menjadi seorang malaikat untuknya dengan mengantarkan putranya dalam keadaan baik-baik saja. Bukankah rencanaku itu sangat brilian?

"Adrian, apakah kamu tahu kita akan pergi kemana?" Aku kembali bertanya kepada Adrian Ma yang tengah asyik menikmati ice creamnya.

Adrian Ma menggelengkan kepalanya dan menjawab, "Tidak. Aku tidak tahu."

"Saat ini kita sedang menuju Bukit Timah, tempat dimana kediaman orang tuamu berada. Jadi hari ini Aunty akan mengantarmu untk bertemu dengan orang tuamu."

Adrian Ma yang selama ini selalu terlihat murung, seketika menoleh ke arahku dengan penuh semangat dan bertanya, "Apakah itu benar, Aunty?"

Aku merasa senang mendengar Adrian Ma yang memanggilku dengan kata 'Aunty' untuk pertama kalinya. Sambil tersenyum hangat aku menjawab, "Ya, itu benar."

"Apakah aku akan kembali bertemu Mommy dan Daddy?"

Aku terdiam beberapa saat lalu menjawab, "Ya, kamu akan bertemu dengan Daddy."

Setelah aku menjawab pertanyaan Adrian Ma yang begitu bersemangat, aku tidak lagi berkata apa-apa padanya. Aku hanya diam duduk di sampingnya sambil terus memperhatikan raut wajahnya yang terlihat begitu bahagia. Meski aku adalah seorang wanita yang belum berkeluarga dan belum memiliki anak, namun aku bisa merasakan bahwa ia sangat merindukan kedua orang tuanya. Sayangnya saat ia sampai di rumahnya nanti, ia tidak akan bertemu dengan wanita yang selalu ia panggil 'Mommy'.

Maafkan aku, Adrian. Semua ini aku lakukan agar bisa berada di posisi yang semestinya aku tempati, ucapku membatin.

Jarak antara kediamanku dan kediaman Albert Ma cukup jauh. Karena di sepanjang perjalanan aku larut dalam pemikiranku sendiri, jarak yang sebenarnya jauh itu terasa begitu dekat. Dan tanpa aku sadari, mobil yang aku dan Adrian Ma tumpangi pun sampai di depen gerbang rumah Albert Ma. Saat mobil yang kami tumpangi baru saja berhenti di depan rumah Albert Ma, sang supir berkata, "Nona, kita sudah sampai."

"Baik."

Aku keluar dari mobil dengan perasaan yang bercampur aduk. Dalam waktu bersamaan aku juga merasakan debaran jantung yang begitu kuat karena tengah memendam berbagai rasa. Dan aku juga terus memikirkan bagaimana ekspresi Albert Ma setelah bertemu dengan putranya nanti. Ia pasti merasa senang dan sangat berterima kasih kepadaku. Karena aku adalah malaikat yang telah menyelamatkan putranya dan mengantar ke hadapannya dengan selamat. Mungkinkah cara yang aku lakukan ini dapat meluluhkan hatinya yang sempat membeku padaku? Aku harap semua berjalan sesuai dengan rencanaku.

Saat aku telah berada di luar mobil dan masih larut dalam pemikiranku sendiri, aku melupakan Adrian Ma yang dari tadi bersamaku. Aku lupa membukakan pintu dan membantunya keluar dari mobil. Sehingga tanpa aku sadari ia telah keluar dengan sendirinya dan berlari memasuki gerbang rumah. Membuatku yang baru saja melihatnya berteriak, "Adrian... Tunggu! Adrian...!"

****

ALBERT MA

"Cassey, siapa yang datang?"

Cassey yang baru saja membukakan pintu menoleh ke arahku. Kemudian ia tersenyum lebar kepadaku dan menjawab, "Tuan, Adrian pulang."

Seketika aku bangkit dari kursi putarku dengan perasaan begitu kaget bercampur bahagia. Jantungku berdegup sangat kencang seolah tidak percaya dengan apa yang baru saja aku dengar. Belum sempat aku melangkah dan berbicara sepatah kata pun, sesosok anak kecil yang sangat aku rindukan muncul dari balik pintu. Ia berlari ke arahku dan mengeluarkan suara renyahnya yang sudah lama tidak aku terdengar. "Daddy..."

"Adrian..."

Tanpa berpikir panjang aku mengayunkan langkah menghampirinya. Kemudian aku memeluk Adrian Ma begitu erat sambil berjongkok di tengah ruangan seolah tidak ingin lepas. Setelah satu bulan kehilangannya, akhirnya takdir mempertemukanku kembali dengan putra semata wayangku. Membuatku yang merasa begitu bahagia, saat ini sulit untuk berucap. Di dalam hati aku berkata, thanks God. Akhirnya aku bisa kembali bertemu dengan putraku.

Saat aku memeluk erat Adrian Ma yang ada di hadapanku, dalam waktu bersamaan terselip rasa sedih di hatiku. Rasa sedih itu muncul karena aku teringat pada Allura Gibson yang sangat aku rindukan yang hingga kini tidak pernah kembali ke rumah. Aku memang merasa bahagia karena bisa bertemu kembali dengan putraku Adrian Ma yang pernah hilang. Namun kebahagiaan itu tidak berarti tanpa adanya Allura Gibson di sisiku. Mungkinkah ia yang ada di sana juga merasakan hal yang sama denganku? Mungkinkah ia juga akan merasa kehilangan saat aku tidak ada di sisinya? Ataukah mungkin ia telah melupakan semua janji yang pernah kami berdua ucapkan?

Dulu saat aku telah jatuh cinta padanya, aku berjanji pada diriku sendiri untuk selalu mencintainya dan menjaganya. Di saat kami berdua telah memiliki perasaan yang sama, aku dan ia juga pernah berjanji untuk saling setia dan selalu bersama dalam suka maupun duka. Bahkan kami berdua juga pernah berjanji akan sehidup semati apa pun yang terjadi. Namun sepertinya semua itu hanya tinggal kenangan. Karena ia menghilang begitu saja tanpa ada kabar berita meski aku telah mencarinya dengan berbagai cara. Mungkinkah ia masih sangat marah kepadaku hingga tidak ingin kembali pulang dan bertemu denganku?

"Dad... Dimana Mommy?" Tiba-tiba Adrian Ma bertanya kepadaku saat ia masih berada di dalam pelukanku.

Aku tertegun sejenak mendengar pertanyaan Adrian Ma yang menanyakan keberadaan Mommy nya. Aku yang hingga kini tidak tahu dimana Allura Gibson berada pun tidak tahu harus menjawab apa. Jika aku berbohong kepada Adrian Ma, pastinya akan ada kebohongan-kebohongan lain setelahnya. Namun jika aku jujur kepadanya dan menjawab layaknya orang dewasa, pastinya ia yang masih kecil akan merasa begitu shock dan terpukul karena kepergian Mommy nya. Sambil merenggangkan pelukanku dari tubuhnya, di dalam hati aku menjawab, kamu masih terlalu kecil untuk mengetahui ini semua Adrian.

Belum sempat aku menanggapi pertanyaan Adrian Ma yang kini menatapku dengan wajah penasaran, Cassey yang dari tadi berdiri di samping pintu ruang kerjaku pun bersuara, "Tuan, ada Nona Violetta di sini."

Seketika aku mengangkat wajahku dan menoleh ke arah pintu. Terlihat Violetta Winston yang baru saja memasuki ruang kerjaku tersenyum hangat kepadaku. Dengan perasaan kaget aku bersuara, "Violet?"

"Hai, Albert... Lama tidak bertemu."

"Ya, sudah lama kita tidak bertemu. Apa ada yang bisa aku bantu, Violet?"

"Tidak. Aku tidak butuh bantuan apa pun sekarang. Kedatanganku kemari hanya untuk mengantarkan Adrian."

"Adrian? Apakah kamu yang membawa Adrian kemari?"

Violetta Winston kembali tersenyum padaku dan menjawab, "Ya, aku yang mengantarkan Adrian kemari. Bukankah begitu, Adrian?"

Adrian Ma yang kini tengah menggenggam tanganku saat berdiri di sampingku tidak menanggapi ucapan Violetta Winston yang berdiri di hadapan kami berdua. Namun aku yang masih merasa penasaran kembali bertanya, "Bagaimana bisa kamu yang mengantar Adrian kemari? Bagaimana bisa ia bersamamu, Violet?"