IM.08 SEMOGA SAJA KITA SEGERA MENEMUKAN NYONYA
ALBERT MA
Pasir putih yang membentang luas, lautan biru dengan deburan ombak ringan, hembusan angin laut yang lembut, serta suara burung gagak yang berterbangan di sekitar pulau, membuatku teringat beberapa kenangan di masa lalu. Dimana saat itu hidupku mulai diisi oleh sosok wanita keras kepala dan anak laki-laki lucu yang sangat berarti dalam hidupku. Tidak mudah bagiku menerima kehadiran Allura Gibson dan Adrian Ma saat itu. Namun dengan berjalannya waktu, perlahan aku bisa menerima mereka berdua sebagai anggota keluargaku dan memberikan cinta sepenuh hatiku.
Dalamnya cintaku kepada istri dan putraku, membuatku merasa hancur saat kehilangan mereka berdua. Meski dulunya aku pernah kehilangan orang tuaku dengan cara yang cukup mengenaskan hingga membuatku terpuruk, namun kehilang anak dan istri terasa begitu berbeda. Aku tidak hanya merasa kehilangan orang yang aku sayangi, tapi aku juga kehilangan belahan jiwaku yang sangat aku cintai. Meski kembalinya Adrian Ma membuatku merasa bahagia, namun tanpa Allura Gibson di sampingku membuat hidupku terasa hampa.
Sudah lebih dari satu bulan aku mencari keberadaan Allura Gibson yang pergi tanpa kabar. Namun hingga kini orang-orangku belum menemukan keberadaannya. Andai saja waktu dapat diputar kembali, pastinya aku akan memperbaiki semua kesalahan yang telah aku perbuat selama ini. Aku akan meperlakukannya dengan baik. Aku akan melakukan apa saja untuk membahagiakannya tanpa menyakiti perasaannya. Dan aku tidak akan mengeluarkan kata-kata kasar saat marah kepadanya yang membuat hatinya terluka dan pergi dari hidupku. Amarahku yang tak terkendalikan membuat Allura Gibson meninggalkanku dan tak kembali.
Saat ini aku merindukan Allura Gibson yang sangat aku cintai. Rasa rindu yang tak terbendung kepadanya, membuatku pergi ke sebuah tempat yang menjadi tempat favorit kami berdua di masa lalu. Sebuah pulau pribadi yang cukup luas yang aku miliki, yang kini di tengahnya telah dibangun sebuah villa mewah yang akan menjadi hunian akhir pekan kami dan tempat menghabiskan masa tua kami nanti. Kini hunian impian kami telah berdiri dengan kokoh di tengah pulau. Namun Allura Gibson yang telah berjanji padaku untuk menghabiskan masa tuanya bersamaku di sini, telah pergi dan tak kunjung kembali.
Selain akan dijadikan sebagai hunian akhir pekan dan tempat menghabiskan masa tua, aku yang merasa berhutang kepada Allura Gibson akan menjadikan villa ini sebagai tempat berlangsungnya pesta pernikahan kami. Selama kami berstatus suami istri, kami belum pernah menggelar sebuah pesta untuk meresmikan pernikahan kami yang telah berumur beberapa tahun kepada orang banyak. Yang ada hanyalah sebuah buku nikah yang pernah didaftarkan di kantor biro urusan sipil saat aku tidak sadarkan diri. Membuatku yang ingin membahagiakannya, telah merencanakan semuanya dengan matang jauh-jauh hari tanpa sepengetahuannya.
Aku telah membelikan cincin pernikahan yang selama ini Allura Gibson impikan. Karena selama ini kami berdua hanya mengenakan cincin nikah yang pernah disiapkan oleh adikku Freya Xander, yang bukan pilihan kami. Selain itu aku juga sudah menyiapkan gaun pengantin untuknya yang dirancang khusus oleh designer terkenal. Serta berbagai hal yang berhubungan dengan pesta penikahan impian kami juga sudah diatur sedemikian rupa. Sayangnya saat semua telah disiapkan dan akan direalisasikan, sang pengantin wanita hilang bagaikan ditelan bumi.
Hingga kini aku masih memikirkan beberapa hal tentang Allura Gibson. Aku masih ingat begitu banyak rencana dan impian kami untuk masa depan yang belum terealisasikan. Aku juga masih ingat perbincangan kami satu malam sebelum kejadian hilangnya Adrian Ma. Dimana saat itu kami berdua berencana akan melakukan program kehamilan untuk mendapatkan seorang anak perempuan. Mengingat keinginan terakhir kami itu, membuatku tersenyum pahit. Apakah aku harus menunggu Allura Gibson hingga ia kembali? Ataukah aku harus mengubur semua impianku bersamanya yang pernah terucap?
Saat aku tengah larut dalam pemikiranku sendiri dan berdiri sendirian di pinggir pantai sambil menatap hamparan lautan luas, tiba-tiba aku mendengar suara teriakan Adrian Ma yang memanggilku, "Dad... Dad... Dad..."
Dengan spontan aku menoleh ke arah dari mana suara itu berasal. Terlihat Adrian Ma sedang berlari ke arahku dengan seekor bintang laut di tangannya. Sambil tersenyum padanya aku bertanya, "Ada apa, Sayang?"
"Lihat ini! Aku menemukan bintang laut. Bukankah ini sangat cantik, Dad?" Adrian Ma bertanya kepadaku sambil mengangkat salah satu tangannya untuk memperihatkan bintang laut yang ada di tangannya.
"Ya, sangat cantik. Apa kamu menyukai pantai ini, Adrian?"
"Ya, Dad. Aku sangat menyukainya. Jika nanti Mommy sudah pulang, bolehkah kita membawa Mommy kemari, Dad?"
"Ya, tentu saja. Kita akan kembali kemari setelah Mommy pulang. Kita akan bermain bersama hingga kamu merasa lelah."
"Dad, apakah Mommy akan segera pulang? Kenapa Mommy melakukan perjalanan bisnis begitu lama?"
"Memangnya kenapa? Apa kamu merindukan Mommy?"
"Hu'u... Aku sangat merindukan Mommy. Apa Mommy juga merindukan kita Dad?"
"Tentu saja. Mommy juga merindukan kita seperti kita merindukannya."
"Dad, apa aku boleh mengumpulkan bintang laut dan membawanya pulang?"
"Boleh. Kenapa kamu tiba-tiba ingin mengumpulkan bintang laut, Adrian?"
"Menurutku bintang laut itu sangat cantik. Seperti Mommy Allura yang cantik."
Aku tersenyum pahit mendengar ucapan putraku yang seperti orang dewasa itu. Di umurnya yang masih kecil, aku tidak menyangka ia akan mengerti banyak hal dan begitu mengagumi Allura Gibson sebagai Mommy nya. Selain itu aku merasa sangat yakin, ikatan batinnya terhadap Allura Gibson begitu kuat melebihi ikatan batinnya kepadaku. Membuatku yang melihatnya begitu lugu dan tidak tahu apa-apa tentang Mommy nya, merasa iba dan tidak tega untuk menceritakan yang sebenarnya.
Semenjak ia tenggelam sebulan yang lalu di pinggir pantai, Adrian Ma mengalami trauma yang cukup hebat. Meski ia tidak takut dengan air laut, namun trauma yang ia alami itu membuatnya sering mengalami mimpi buruk saat tidur. Ia sering mengigau seperti seseorang yang tenggelam dan hampir menyerah. Membuat sang dokter yang menanganinya, menyarankan aku untuk selalu memperhatikannya dan tidak membiarkannya mengalami berbagai tekanan dalam hidupnya. Andai saja aku menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, pastinya Adrian Ma akan sangat terluka. Bahkan mungkin saja kesehatan mentalnya akan terganggu jika mengetahui bahwa Mommy Allura yang sangat ia cintai hilang lebih dari sebulan yang lalu. Dan aku tidak ingin itu terjadi.
"Sekarang sudah sore, Adrian. Kamu harus segera mandi dan membersihkan tubuhmu yang sudah basah karena air laut itu."
"Dad, aku belum puas bermain. Apakah aku boleh bermain beberapa saat lagi."
Aku menarik nafas dalam lalu menjawab, "Baiklah. Daddy akan memberimu waktu setengah jam lagi."
"Terima kasih, Dad. Aku segera mandi dan mengganti pakaian setelah waktu yang Daddy berikan habis."
Adrian Ma tersenyum hangat beberapa saat kepadaku yang sedang berdiri menatapnya. Kemudian ia kembali melangkah menjauhiku dan bermain air laut ditemani oleh babysitter yang sudah beberapa tahun terakhir merawatnya. Mendengar ia membicarakan tentang mommy nya mmembuatku semakin merindukan Allura Gibson. Sehingga aku yang tak kuasa menahan kesedihan di dalam hati, tanpa sadar meneteskan air mata sambil terus menatap lurus ke depan tanpa ada seorang pun yang tahu.
Saat aku kembali larut dalam pemikiranku sendiri, tiba-tiba Cassey datang menghampiriku dengan langkah tergesa-gesa. Membuatku yang menyadari kedatangannya, menoleh ke arahnya dan bertanya, "Cassey, kenapa kamu datang kemari? Bukankah hari ini hari libur? Apakah ada kendala dalam urusan kerja?"
"Maaf, Tuan. Jika kedatanganku di siang ini sedikit mengganggu Tuan. Kedantanganku kemari bukan untuk membicarakan masalah pekerjaan. Tapi kedatanganku kemari untuk memberi tahu Tuan bahwa pihak Wedding Organizer berulang kali meneleponku. Karena aku tidak tahu harus menjawab dan berbuat apa, jadi aku memutuskan untuk mencari Tuan kemari."
"Memangnya apa yang dikatakan oleh pihak Wedding Organizer, Cassey?"
Cassey menarik nafas dalam lalu menjawab, "Tuan, pesta pernikahan Tuan dengan Nyonya sudah dijadwal minggu depan. Karena waktunya tinggal satu minggu lagi, pihak Wedding Organizer ingin mengkonfirmasi beberapa hal tentang persiapannya. Aku tahu, hingga kini Nyonya belum kembali. Jadi saat mereka menanyakan tentang pesta pernikahan itu, aku tidak tahu harus menjawab apa. Apakah persiapannya akan dilanjutkan atau ditunda dulu hingga Nyonya kembali, Tuan?"
Aku terdiam beberapa saat memikirkan apa yang harus dilakukan. Mengingat pesta pernikahan akan diselenggarakan minggu depan, pastinya pihak Wedding Organizer telah melakukan banyak persiapan. Beberapa saat kemudian aku menjawab, "Biarkan mereka melakukan semua persiapan sebagai mana mestinya. Tapi jangan kirimkan undangan sebelum aku perintahkan. Semoga saja kita segera menemukan Nyonya dan membawanya kembali pulang."
"Baik, Tuan. Kalau begitu aku permisi dulu."
"En..." Aku menganggukan kepala mempersilahkan ia pergi.
****
VIOLETTA WINSTON
Setelah mengantar Adrian Ma dalam keadaan baik kepada Albert Ma, hubunganku dengannya yang dulu sempat merenggang kini kembali membaik. Ditambah Albert Ma yang tidak pernah lagi melarangku untuk menemuinya, serta tidak adanya Allura Gibson di sisinya, membuatku merasa bebas untuk menemuinya kapanpun yang aku mau. Seperti yang aku lakukan hari ini, di akhir pekan yang tidak produktif ini. Aku pergi menyusulnya ke pulau pribadi miliknya yang pernah ia ceritakan dulu setelah mengetahui dimana kebaradaannya saat ini melalui sosial media.
Aku yang baru saja sampai di pulau pribadinya, dengan segera memarkirkan mobilku di area parkir yang tersedia. Dalam waktu bersamaan, aku melihat Cassey yang berjalan dari arah bangunan besar yang ada di tengah pulau menuju area parkir tempat mobilku berada saat ini. Ingin rasanya aku menyapanya dengan ramah saat aku dan dirinya saling berpapasan nanti. Namun ia yang tiba-tiba menghentikan langkah di tengah perjalanan, membuatku yang kini berjalan ke arahnya terus memperhatikannya. Saat ini ia sedang menjawab telepon dengan serius sambil berdiri membelakangi area perkir. Sehingga aku yang hendak melewatinya, tanpa sengaja mendengar pembicaraannya dari kejauhan.
"Apa? Nyonya Ma sudah ditemukan?"
Mendengar Cassey menyebut nama Allura Gibson saat bicara dengan orang yang ada di seberang telepon, jantungku berdegup begitu kencang hingga membuat langkahku terhenti. Aku tidak hanya khawatir jika semua orang yang mencari Allura Gibson akan mengetahui keberadaannya. Tapi aku juga khwatir jika wanita yang telah merebut kebahagiaanku itu akan kembali ke Singapore ini dan hidup bahagia bersama keluarganya. Membuatku yang tidak ingin hal itu terjadi, memilih untuk tetap berdiri diam dan menguping dari belakang agar mengetahui semua pembicaraan Cassey.
"Hufffft... Aku benar-benar merasa lega mendengar kabar baik darimu, Bro. Setelah sekian lama mencarinya, akhirnya kit menemukan titik terang. Jadi, dimana Nyonya Ma sekarang? Apa? Bhutan? Jauh sekali... Bukankah dari awal kita sudah mencari tahu apakah Nyonya keluar negeri atau tidak? Tapi kita tidak menemukannya. Jadi bagaimana bisa Nyonya keluar negeri tanpa diketahui orang lain?... Apa? Mengganti identitasnya?... Apakah hingga kini Nyonya masih berada di Bhutan, Bro?... Baiklah. Terima kasih atas informasinya. Kebetulan saat ini aku masih berada di pulau milik Tuan Ma. Aku akan memberitahunya segera. Sekali lagi, terima kasih."
Jantungku berdegup semakin kencang setelah mendengar semua pembicaraan Cassey bersama orang yang ada di seberang teleponnya. Tanpa berpikir panjang, aku pun memanggilnnya yang hendak kembali melangkah menuju bangunan di tengah pulau tempat Albert Ma berada saat ini. "Cassey... Nona Cassey... Tunggu."
"Ya. Ada apa, Nona Violet?" Ia membalikan tubuhnya sambil bertanya padaku dengan wajah penasaran.