Chereads / Crown: Transferred to Another World to 'Realize' My True Feeling / Chapter 28 - Chapter 28: Antara Janji dan Balas Dendam

Chapter 28 - Chapter 28: Antara Janji dan Balas Dendam

Setelah diskusi sedikit dengan Sylph tentang cara menghadapi sang golem raksasa ini. Sekarang aku sudah siap untuk memberikan semua yang telah kudapatkan sejauh ini.

"Jadi apa rencananya, tuan?" tanya Sylph

"Aku.."

"Aku akan melawannya sebagaimana biasanya aku bertarung selama ini." Jawabku

"Bertarung selama ini..?" balas Sylph bertanya-tanya

"Aku akan naik menghadapinya langsung, dan untuk itu aku membutuhkan bantuanmu."

"Katakan saja apa yang harus kulakukan untukmu.., tuan." Balasnya siap

"Kau tahu 'kan, betapa besar dan tingginya golem itu?"

"Ya, tuan."

"Untuk bisa mencapainya, aku perlu paling tidak 2 lapisan plasma berukuran kecil untukku berpijak dan satu sebagai lampu penerangan perlahan naik ke kepalanya." Jelasku

"Setelah naik ke atas, apa yang akan.. kau lakukan, tuan?"

*Ptak!!*

"TENTU SAJA AKU AKAN MEMUKULNYA." Balasku tersenyum semangat menyatukan tinju

..

"Hmm, begitu ya." Respon Sylph datar setelah sedikit jeda

"Kau pasti meragukannya barusan 'kan?" tanyaku

"Tidak, tidak sama sekali tuan." Balasnya cepat

"Aku hanya tidak habis pikir bagaimana caranya anda bisa.. berpikir untuk memukul makhluk sebesar itu, tuan." Tambahnya

"Iya 'kan? Tapi kita tidak ada pilihan lain selain mencobanya."

"Sudah cukup bicaranya."

"Sekarang aku ingin kau sepenuhnya menyelaraskan pikiranmu denganku agar bisa menyediakan lapisannya sesuai pijakanku selama berlari menanjak di udara." Suruhku

"Baik, tuan."

"Kau yakin tidak apa-apa aku menambah satu tugas lagi padamu?" Tanyaku memastikan lagi

"Tidak apa-apa, tuan."

"Ini semua bahkan belum mencapai 60 % RAM-ku, tuan."

[Note: RAM adalah singkatan dari Random Access Memory. Dengan kata lain adalah kemampuan untuk multi-tasking atau melakukan beberapa hal dalam satu waktu (secara bersamaan).]

"nnnnNNNGGGHHH-YOSH! Ayo mulai." Teriakku membakar semangat

*Fwooshh!!*

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

Aku mulai berlari ke arah golemnya.

Dan ketika hampir sampai dinding penahannya Sylph..

"Sylph, aktifkan sekarang!" teriakku

*Nginngg*

*Tap-tap-tap-tap-tap-tap-tap!*

Muncul lapisan plasma kecil tepat dimana kakiku berpijak sesuai rencana dan juga satu plasma kotak kecil yang mengambang mengikuti sebagai penerangan.

"Bagus, dia bisa menjalankan tugasnya dengan ba—"

*Kwrarakwrak!*

"GORRRR!"

"Gor?" responku bertanya-tanya melihat Gor yang tiba-tiba muncul dari dalam tanah di dekatku

*Bwoosh!*

*Daph*

Dan dia langsung lompat ke arahku dan menempel di punggungku.

"Hei! Apa yang kau lakukan disini?! Bukankah kau sedang membantu Zoker?!"

"Goooorr!!"

"Ya, terserahlah."

("Bodoh sekali bagiku untuk berpikir kalau golem kecil sepertinya akan mengerti dan menjawab pertanyaanku.")

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

Aku terus berlari tanpa henti. Saat sudah dekat dan ingin menabrak lapisan plasma penahannya.

*chluwwlk*

*plekk!*

(("Bawa itu untuk jaga-jaga, tuan."))

("Terima kasih banyak, Sylph.")

Armor plasma telah diberikan lagi, kini armornya juga menutupi Gor yang menempel di punggungku seperti tas.

(("Maaf jika aku lancang, tapi aku ada saran, tuan."))

("Saran apa?")

(("Untuk menghemat waktu dan tenaga, bagaimana kalau kau lompat tinggi dari pada berlari memutarinya ke atas?"))

"Hmm, boleh juga." Kataku bicara sendiri

Aku berhenti mulai menapakkan kaki sekuat mungkin di plasmanya, dan..

*Bwoosh!*

..melesat langsung ke atas.

*Bwoosh!*

*Bwoosh!*

*Bwoooosh!*

Begitu terus aku menanjak ke atas langit menghampiri bagian kepalanya hingga terasa sekali kalau suhu yang semakin menurun dan juga udara yang semakin menipis.

("Benar-benar terasa seperti memanjat gunung saat latihan dengan Black dulu.")

..

("Sylph?") panggilku masih lanjut naik

(("Ya, tuan."))

("Tidak, aku hanya memastikan telepatinya saja.")

~~~

Dan setelah lumayan lama menanjak, akhirnya aku sampai di bawah dagu si golem raksasa dan langsung mendarat di pundak kirinya.

*Fyuuuuhhh..〜*

Angin berhembus cukup kencang selagi aku melihat ke bawah yang dimana hanya awan-awan tipis yang terlihat menutupi kota Tief, dan pepohonan sejauh mata memandang.

"Nah, sekarang aku sudah berhasil sampai sini."

"Bagaimana kalau aku coba mengubah kepalanya dengan Crown lalu memukulnya."

*Fyuuuuhhh..〜*

"Mana jawabannya, Gor?!" tanyaku agar tidak sepi

"Gooorrrr!!" responnya hanya berteriak seperti biasa

"Ya, aku anggap kau setuju dengan rencanaku." Kataku mengiyakan

*inhale*

("Fokuskan kekuatan, dan..")

*puff*

"Aku penasaran sejauh apa yang bisa kuubah untuk makhluk sebesar i—"

*Brrrkkk*

Tiba-tiba golemnya bergerak ingin melangkah membuatku hampir hilang keseimbangan.

*BOOMM!!!*

..

("Dari sini saja suara pijakannya masih terdengar jelas.")

("Aku harus segera menghabisinya, bagaimanapun caranya!")

Meski dari sisi ini terlihat berhasil kuubah kira-kira sampai telinganya, aku masih kurang puas kalau belum melihat seluruh kepalanya.

Aku berlari ke depan wajahnya memastikan sejauh mana efek Crown-nya.

*!!*

"Sial."

"Sepertinya mustahil aku bisa mengubah seluruh tubuhnya, kalau 2/3 dari besar kepalanya saja adalah batasan jarak Crown-ku."

*Fyuuuuhhh..〜*

"Meski begitu.."

Kukepalkan tangan serta pijakan kuat bersiap melesat memukul kepala batunya.

"AKU TIDAK BISA MENYERAH BEGITU SAJA!!" teriakku maju

*inhale*

*Bwooshh!!*

*puff*

Aku batalkan Crown yang sebelumnya..

*puff*

.. dan mengaktifkannya lagi agar posisinya lebih ke dominan ke wajahnya.

"TERIMA INI MAKHLUK JELEK!"

*Bouugghh!!*

Kutinju dia tepat di sekitar hidungnya.

*Krrrakk*

Kepalanya terpukul mundur sedikit, terdengar kecil suara beberapa inti di dalam kepalanya yang ikut hancur karenanya.

("Ternyata cara ini cukup bekerja padanya.")

Tapi setelah itu..

*!!*

.. matanya yang ternyata dari awal sedang tertutup, mulai membuka kelopaknya.

*grin*

"Apa ini? Jadi dari awal kau datang kesini dengan mata tertutup, hah?!" teriakku kesal padanya

Seolah mengerti dengan perkataanku, dia kini mempelototiku sampai mendekat untuk melihatku lebih jelas.

"Ada apa? Penglihatanmu kurang bagus?"

Dia masih tidak menjawab dan hanya terus menatapku.

"Kalau begitu aku akan mengatasi langsung masalahnya untukmu."

*Jump!*

Aku melompat tinggi berputar ke belakang dan memijakkan kaki ke plasma di belakang seolah ada tembok disana..

*Srruuffh!!*

.. dan langsung melesat menukik mengincar mata kirinya.

*Dughh!!*

Dengan cepat dan kuat aku daratkan tendangan tepat di bola matanya yang terbuka lebar.

("Kalau terus berjalan seperti ini, maka aku pasti akan bisa mengalahkannya!")

Dia menutup mata kiri yang kutendang barusan dan sekarang mulai mengayunkan kedua tangannya balik menyerangku.

("Meski kuserang titik vitalnya, dia tidak berteriak seperti monster lainnya.")

..

("Atau karena memang dia tidak bisa..?")

*Bwfuwwtt!*

"Gerakan lambat seperti itu mana bisa menangkapku."

Aku langsung berlari menjauhi arah datang kedua tangannya dan..

*puff*

.. melepas Crown di wajahnya dan bersiap menggunakannya pada tangannya agar bisa menahannya bila tiba-tiba dia membelokkan serangannya.

"Kalau aku bisa mengubah 2/3 ukuran kepalanya, seharusnya aku bisa mengubah salah satu telapak tangan—"

*!!*

("Tu-Tubuhku..")

("Tubuhku tidak bisa digerakkan?!")

Sedikit tersendat-sendat kubelokkan kepala melihat golemnya lagi.

*!!*

("Mata kanannya yang menyala-nyala, pasti yang telah membuat tubuhku tidak bisa digerakkan seperti ini.")

("Begitu aku lepas Crown dari wajahnya tadi, sekarang dia bisa menggunakan sihirnya.")

("Dan sekarang aku terlalu jauh untuk bisa menggunakan Crown-ku padanya.")

Sementara aku tidak bisa bergerak di udara, kedua tangan besarnya masih lanjut berayun ke arahku.

"Aku ragu kalau armor plasma dari Sylph bisa menahan serangan darinya." Ucapku sendiri melihat tepukan tangannya

Tanpa bisa berbuat apa-apa, aku hanya bisa memaksakan diri sekuat tenaga untuk lepas dari sihirnya.

"Aaayoo bergeeraaakklaaAAHH!!!" teriakku sambil mencoba melepaskan diri

*FwwuuuuUUUhhh!!*

"MATI SEPERTI INI BUKANLAH GAYAAKUUUU!!"

"GRYAAAAHHHHH!!!!"

Hingga detik terakhir aku terus mencoba, namun semuanya sia-sia..

"GOOORRRR!!!" teriak Gor sekeras mungkin tiba-tiba

("Gor?")

"GOOORRR!!!"

*Krrrkkkkk—*

Tepat di sisi kanan dan kiriku, sebuah tangan batu besar berhenti saat sudah hampir membunuhku seperti nyamuk yang terbang di udara.

*DEGDEG.. DEGDEG..*

Jantungku tak henti-hentinya berdegup kencang karenanya.

("E-Entah kenapa serangannya terhenti disaat terakhir..")

("Tunggu dulu, apa yang sebenarnya terjadi..?")

"Gooorrr!!"

"Goor!"

"Gor!"

("Mmm, mungkin Gor sedang menjelaskan sesuatu padanya..")

("..dalam bahasa yang tidak mungkin aku mengerti.")

*Krkkrrkkk*

Tangan kirinya tiba-tiba bergerak ke arahku.

("Apa?! Apa yang mau dia lakukan padaku?!")

Saking takutnya aku karenanya, aku sampai menutup mata bersiap dengan kemungkinan terburuknya.

*chup!*

("Eh, punggungku jadi sedikit lebih ringan—")

"GORR!! GOORR!! GOOORRR!!" terdengar teriakannya yang makin lama semakin terdengar menjauh

"Gor?" responku bertanya-tanya mendengarnya

Dia mengambil Gor di punggungku.

("Sepertinya ada suatu hubungan antara Gor dengannya.")

("Tapi apapun itu.. SEKARANG ADALAH KESEMPATANKU!")

("SYLPH, TEMBAKKAN TOMBAK PLASMA UNTUK MENYERANG MATA KANANNYA!")

("SEKARANG!")

(("Baik, tuan."))

Kulihat terus mata kanannya yang masih terbuka menjaga aktif sihir pengekangnya.

("Dengan begini seharusnya Sylph bisa membidiknya karena sudah sinkronisasi pikiran denganku.")

("Walau hanya sepersekian detik, aku harus bisa membatalkan sihirnya.")

(("Sudah meluncur, tuan."))

("Baiklah.")

("Kalaupun tidak kena, setidaknya dia pasti akan reflek berkedip melindunginya.")

(("Gor sudah mendarat dengan selamat, tuan.")) Kata Sylph mengabarkan

("Oh begitu ya— dia melempar Gor dari sini?!—")

*Krrk—*

*Darrgghh!!*

Secepat kilat tombak plasmanya Sylph datang melesat tepat ke mata kanannya, meski disaat terakhir dia menutup kelopaknya untuk melindungi matanya.

("Sekarang!")

*Dap!*

*Fwuufhh!!*

*puff*

Tepat sebelum tombaknya sampai, matanya langsung berkedip membuatku bisa kembali bergerak langsung mendekat dan menggunakan Crown-ku padanya.

"Ha!! Berhasil!"

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

"Sekarang kau tidak bisa menghentikanku lagi!"

*Fwukwukwukwukwuk!*

Aku memutar tubuh memperkuat tendangan yang akan kudaratkan di matanya, tapi..

*Buarrghh!!*

*?!*

Tendanganku ditahan sebuah batu yang tiba-tiba muncul entah dari mana melindungi matanya.

("Dari mana datangnya batu barusan?!")

("Apa ada orang lain yang bekerja sama dengan golem raksasa ini? Atau ada orang yang mengendalikannya bersembunyi di suatu tempat di tubuhnya?!")

Begitu banyak pertanyaan langsung muncul di kepalaku begitu tendanganku yang seharusnya mengenai mata kanannya, jadi tertahan sebuah batu yang datang dengan posisi dan timing yang sangat tepat.

("Sepertinya arah datangnya dari kiriku, mungkin ada yang bersembunyi di pundak kanan atau di suatu tempat tubuh bagian kanannya.")

("Dan pastinya tidak terlalu jauh untuk bisa melempar batu sebesar itu dengan cepat dan akurat seperti tadi.")

("Sylph, nyalakan lampu dari armor plasma yang kugunakan dan gerakkan lentera plasma untuk memeriksa bagian kanan tubuh golemnya.")

("Dengan begitu saat kuserang sekali lagi, perhatikan dengan jelas siapa yang melempar batu untuk melindunginya dari seranganku.") Suruhku

(("Baik, tuan."))

*Nnnngg*

Armor plasmanya sudah menyala seperti yang kusuruh. Selagi menunggu lenteranya sampai di posisinya, aku hanya bisa mengulur waktu menghindari ayunan tangannya.

*Swyuuuffh—*

*Swyuuuffh—*

Ke depan, belakang, kanan, kiri. Begitu terus aku dengan mudahnya menghindari serangannya.

("Tapi durasi penggunaan Crown-ku..")

("Aku tidak bisa membuat pertarungan berjalan terlalu lama.")

(("Lenteranya sudah di tempat, tuan."))

("Baiklah, pastikan jangan sampai melewatkan apapun.")

Sekali lagi, aku akan menyerangnya untuk mencari tahu siapa yang telah membantu melindunginya.

*inhale—*

"Sial, aku tidak bisa menggunakan teknik pernapasan lagi karena tipisnya udara disini."

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

Tepat di depan matanya, kusatukan kepalan tangan dan siap melepaskannya padanya.

"HAAA!!!"

*Swing〜*

*Bwuarrghh!!*

Sama seperti sebelumnya, tiba-tiba datang batu lainnya yang menghadang seranganku.

("Sylph?!")

(("Tidak ada siapapun, tuan.")) Jawabnya

*??*

("Apa maksudmu?")

(("Dia sendirilah yang melontarkan batu untuk melindungi matanya barusan."))

("Tapi kedua tangannya ada di belakangku, bagaimana dia bisa—")

*!!*

*Bough!*

*Crang!*

*Krkrkrktktktk*

Reflek tubuhku menahan batu yang tiba-tiba melesat menyerangku dari arah yang berbeda, tapi kali ini diarahkan langsung untuk menyerangku hingga batunya hancur berjatuhan ke bawah.

"Arrghh!!"

("Sial aku tidak dalam posisi siap untuk bertahan..")

("Jubahku sampai sobek seperti ini menahan serangannya.")

*Nyut..nyut.. nyut..*

("Meski sempat ditahan armor plasma, tetap saja dihantam batu sebesar dan secepat itu..")

("SAKIT SEKALI!!")

Aku sampai terdiam sebentar menunggu rasa sakitnya reda dan langsung siaga lagi.

("Kalau dia punya pertahanan diri dan juga bisa menyerang seperti ini, maka kesempatanku untuk bisa mengalahkannya hampir tidak ada.")

*Swyuuuffh—*

*Swyuuuffh—*

("Aku harus segera mengurutkan semua informasi yang sudah ada.")

Sambil terus-menerus kembali menghindari serangan dari ayunan tangan besarnya, aku memikirkan cara untuk mengalahkannya berdasarkan informasi dari pola gerakan, arah serangan, dan semua yang dia punya.

("Serangan ayunan tangannya masih bisa kuhindari dengan mudah meski sambil mempertahankan terus Crown-ku pada mata kanannya.")

(Tapi..")

*Nyut..nyut.. nyut..*

("Luka di tangan kananku cukup terasa dan lama kelamaan akan mengganggu pergerakanku nantinya.")

("Yaa, setidaknya pergerakannya ke kota untuk sementara terhenti selagi sibuk berhadapan denganku..")

("Dan aku tidak tahu sampai kapan aku akan bertahan seperti ini.")

Lentera plasmanya Sylph sudah kembali datang menerangi, diikuti dengan matinya cahaya yang dikeluarkan armor plasma yang sedang kugunakan.

("Kanannya untuk bertahan, kirinya untuk menyerang.")

("Meski sebenarnya aku tidak boleh percaya info sembarang seperti ini, aku akan fokus melindungi bagian kananku dan sedikit melonggarkan pertahanan bagian kiriku.")

(("Jadi bagaimana, tuan? Masih mau mencoba?"))

("Ya, dan ini akan jadi yang terakhir kalinya.")

("Kalau masih gagal juga, kita mundur dan cari barang yang Arliz maksud di kastil.")

(("Baik, tuan."))

("Oh iya, kapan AI akan selesai memulihkan diri?")

(("25 menit 40 detik lagi sampai pemulihannya selesai, tuan."))

("Kita membutuhkannya, mungkin saja dia tahu barang apa dan dimana barang yang golem ini cari.")

(("Baik, tuan."))

Selesai diskusi rencana bagaimana ke depan nantinya, aku bersiap untuk menyerang matanya lagi untuk terakhir kali dan langsung mundur.

"Hah.. hah.."

("Kepalaku juga mulai pusing karena kekurangan oksigen.")

("Tidak ada waktu lagi hingga batas penggunaan Crown-ku!")

*Swyuuuffh—*

*Swyuuuffh—*

*Bwoosh!*

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

("Aku akan mengerahkan semuanya pada serangan ini.")

Setelah menghindari ayunan tangannya, dengan cepat aku melesat berlari mendatanginya.

"Ha.. ha— guh.."

Napasku sempat tersendat terengah-engah saat berlari ke arahnya.

("Tidak! Aku harus menahannya sedikit lagi.") Tekadku terus maju menguatkan kepalan tangan

*Krriieett*

Kupijakkan kaki kuat-kuat pada lapisan plasmanya dan melancarkan pukulan.

*Fhruuuffhh—*

*Tap!*

*Bwoosh!*

Kutahan pukulan dan memijakkan kaki melompat berputar ke belakang memancing agar batu penahannya keluar lebih dulu.

*Fwuuk!〜*

"Ha! Tertipu kau!" teriakku senang mengayunkan tangan bersiap maju lagi

("Sekarang saatnya aku maju tanpa hala—")

*!!*

("Tunggu, kenapa tadi batu penahannya datang dari kanan..")

*Swuungg〜*

("..ku?")

Disaat aku sudah siap bertahan dari kanan. Dalam sepersekian detik, sebuah batu besar datang dari arah berlawanan.

("Perkiraanku salah.")

(("Menghindar tuan.")) Kata Sylph memperingatkan sesuatu yang sudah berada tepat di hadapanku

("Tidak bisa, tubuhku tidak akan sempat berputar menahan serangan—")

*BUARGRKRK!!!*

"Buarrghhh—"

Aku langsung muntah darah dari serangannya barusan yang tepat menghantam kepala samping dan punggungku yang tanpa pertahanan sama sekali.

("Dia menukar arah serangnya disaat terakhir.")

Ditambah..

*BAM!!!*

(("Tuan!")) teriak Sylph datar

.. sekarang aku terhimpit di dalam telapak tangan besarnya.

(("Eh? Ada apa? Apa yang terjadi dengan tuan?")) tanya Zoker tiba-tiba masuk dalam telepati

(("Hei jawab a..u!"))

(("Sy…h!"))

(("SYL…PH..H!!!"))

*Bzztt—*

Teriakan Zoker yang terakhir mulai terputus-putus dan hilang tidak terdengar lagi.

~~~

..

("Gelap.")

("Dimana.. ini..?")

Kuraba pelan kepala, merasakan sakit dan juga mengalirnya pelan suatu cairan kental dari sana.

("Ah iya.. tadi aku terkena serangan telak..")

("Dan yang basah-basah ini pasti darah—")

("Ghuk.. — Bhwakk!")

Tiba-tiba saja rasanya perutku seperti ditendang dari dalam memaksaku untuk batuk mengeluarkan sesuatu yang tidak tertahan.

("…")

("Pendarahan hebat.") Pikirku merasakan cairah lainnya yang keluar bersamaan dengan batukku

*Krrrrkkkkkrrkkk!!!*

Plasmanya Sylph masih melindungiku dari remasan tangannya.

("Apa aku akan mati seperti ini..? Mati dalam genggaman golem raksasa sialan ini..? Dan juga kehabisan darah..?")

*sigh*

Kepalaku sudah tidak mampu berpikir jernih lagi. Semua yang ada di pikiranku hanyalah semacam kilas balik kehidupanku setelah pindah ke dunia ini.

("Kenapa aku berjuang keras sampai seperti ini..? Untuk apa..? Untuk siapa aku sampai melakukan hal bodoh yang dapat membunuhku seperti ini..?") pikirku mulai tidak rasional

*Krrrrkkkkkrrkkk!!!*

Aku pernah mengetahuinya dulu waktu di Jepang, entah dari buku atau perkataan seseorang. Saat seseorang berada di situasi antara hidup dan mati, saat itulah sifat sejatinya keluar. Ada yang menghadapi masalahnya dan berjuang merubah takdirnya, dan ada juga yang pasrah akan takdirnya.

("Aku termasuk yang mana ya..?")

("Secara pribadi sepertinya akan aku termasuk yang pasrah..")

("Kalau Zoker aku tidak tahu, tapi kalau Crown-nya sudah pasti akan berjuang sampai akhir..")

(".. sama seperti Lily.")

*!!*

Mengingat namanya langsung membuatku tersadar dari dalamnya lautan pikiran pesimis serta meningkatkan keinginanku untuk terus hidup demi balas dendamku padanya.

("Lily! Dialah alasanku melakukan semua hal ini!")

("Aku harus mengalahkan golem sialan ini untuk bisa merekrut Arliz dan memperkuat tim untuk bisa membalaskan dendamku.")

*tap*

Kupijakkan tangan berusaha membangunkan diri.

("Aku tidak boleh mati disini selagi dia hidup bebas dengan tenang di luar sana.")

("Tidak...")

("TIDAK AKAAANNN!!—")

*slip*

*!!*

*Dugh!*

Tubuhku langsung roboh terkapar saat mencoba bangun karena terpeleset dengan darah yang mengalir di sekujur tangan diikuti semangatku yang langsung hilang begitu saja begitu di hadapkan dengan kenyataan tentang keadaanku yang terlalu pahit untuk bisa kuterima.

("Hah..")

("Percuma saja kuteruskan..")

("Hilang kontak dengan Sylph, tubuh yang semakin kehabisan tenaga dari waktu ke waktu mempertahankan Crown, dan juga tipisnya udara yang membuatku dadaku sesak serta terasa gerah dari dalam.")

….

("Aku ngantuk.. kepalaku terasa sangat berat..")

("Apa semua ini akan berakhir begitu aku terbangun nanti..?")

..

*Bzzztt*

("Aduh, suara apa lagi itu barusan?")

Pasrah dengan keadaan tanpa bisa berbuat atau bahkan memikirkan apa-apa lagi..

.

..perlahan kupejamkan mata untuk tid—

(("TUANN!!!!"))

Tiba-tiba terdengar suara teriakan Zoker dari dalam kepalaku sampai membuatku terbangun kembali.

(("BERTAHANLAH TUAN! KAU MASIH ADA HUTANG PADAKU!"))

(("AKU INGIN HADIAH DARIMU!"))

(("APAPUN ITU!"))

(("Aku juga, tuan."))

("Sylph..?")

("Oh iya, aku masih punya janji dengan mereka.")

("Mereka sudah setia dan bekerja keras untukku.")

("Mengikuti semua perintah egois dan tidak masuk akalku..")

("Tapi rasanya suara mereka masuk dari jalur yang berbeda dari biasany—")

*Teng!*

Terdengar suara lonceng berdentang keras entah darimana langsung masuk ke dalam kepalaku.

(("Berjuanglah dan kembali dengan selamat."))

*??*

"Suara siapa itu? Arliz?" kataku lemas bertanya-tanya sendiri

("Tidak mungkin, Arliz masih tidak sadarkan diri sejak tadi.")

(("Berkatilah mereka yang sedang berjuang di garis depa—"))

"Hah?"

(("Kuharap ayah pulang dengan selamat."))

"Suara anak kecil..?"

"Kenapa tiba-tiba ada suara orang asing di kepalaku?"

Aku menggeleng-gelengkan kepala mencoba menghilangkan gema-gema suara yang mendadak bermunculan.

(("Mudah-mudahan hasil panen besok melimpah."))

(("Semoga tidak ada monster yang datang menyerang saat kami tidur."))

"Kenapa suaranya terus bertambah banyak?!"

(("Kuharap dosa-dosaku diampuni."))

"Hentikan.."

(("Semoga negara ini terus diberkati."))

"HENTIKAN."

Dan yang terakhir..

(("Kuharap kau baik-baik saja dimanapun kau berada.. Hiro."))

"DIAM!!!!!!!!!!!!!!!!!!!"

———Hening———

..

.

*Deg.. deg.. deg.. deg..*

*Sfyuuu〜*

Karena saking sunyinya, suara detak jantungku dan juga hembusan angin sampai bisa terdengar dari dalam sini.

"Lama kelamaan aku risih juga dengan poni ini."

*Sraap..*

Kusibak poniku yang menghalangi mata kananku ke belakang dan dengan mudahnya menempel sehingga rambutku sepenuhnya mengarah ke belakang berkat darah di tanganku.

"Disini gelap sekali.."

"Nyalakan lampunya." Suruhku bicara sendiri

*Nnnggg*

Plasma Sylph yang menahan remasan golem langsung mengeluarkan sinarnya seolah mengikuti perkataanku.

"Dan juga.."

*Tok-tok! Tok-tok!*

Tanpa sadar aku bisa bangun berdiri dan memukul-mukul tangan golem yang mengurung.

"CEPAT BUKA! AKU TIDAK BISA BERNAPAS!!" teriakku menyuruh

*Durrruurururruurruuuruu*

Entah bagaimana, genggamannya terbuka mengikuti perintahku. Dan plasma yang seharusnya sudah retak melindungiku, kini kembali seperti sedia kala langsung berubah menjadi alas untukku berdiri.

("Apa ini?")

("Tubuhku babak belur, tapi aku sudah tidak merasakan sakit sama sekali.") Pikirku melihat seluruh tubuhku yang seharusnya sakit karena memar-memar sampai berdarah-darah

Sedikit berbeda dengan sabitnya Zoker yang bisa menyembuhkan sendiri luka penggunanya. Dan kali ini mirip sama dengan perkataannya Leon soal mengabaikan rasa sakit untuk meningkatkan kemampuan.

"Yaa, apapun itu."

"Yang penting untuk saat ini aku bisa bergerak lagi." Tambahku mengepalkan kuat-kuat tanganku yang penuh dengan warna merah gelap

Kulihat golem yang tadi agresif menyerang, sekarang diam saja di hadapanku.

*inhale*

"Suara-suara orang asing yang tadi ada di dalam kepalaku juga sudah hilang." Ucapku bicara sendiri memejamkan mata memastikan

("Karena tidak tahu benda yang diinginkan oleh si golem ini seperti yang Arliz katakan, entah kenapa sekarang rasanya aku bisa dan harus berbicara dengannya.")

"Langsung ke intinya saja." Kataku memulai

"Apa yang kau inginkan dari kami?"

Dia belum merespon dan hanya sedikit menunduk seperti menghindari kontak mata denganku.

"JAWAB!"

(("A—"))

("Dia menggunakan telepati.")

(("Aku datang untuk mengambil kembali pusaka dari Dewi Hutan, Minona."))

"Dan benda itu ada di dalam kastil?"

(("Ya, ada di dalam sana."))

"Apa nama pusakanya?"

(("Anda lupa nama pusaka pemb—"))

"Jangan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain!"

(("Maaf."))

(("Namanya adalah Latona, pusaka kuno pengendali emosi dan pengekang para monster di Hutan Terlarang yang aku jaga."))

"Baiklah, nanti akan aku carikan dan kembalikan padamu kalau benda itu memang sepenting itu bagimu."

(("Terima kasih, tuan yang agung."))

*??*

("Tuan yang agung?")

(("Maafkan hamba sudah berbuat kasar pada anda karena tidak mengenali anda dalam wujud anda yang sekarang."))

("Ha?? Apa maksudnya?")

"Terserah, cepat masuk kembali ke dalam tanah dan tunggu sampai aku bawakan pusakanya padamu."

"Jangan lagi-lagi menunjukkan wujudmu lagi di permukaan seperti ini, wujudmu ini hanya membawa masalah bagi orang lain."

(("Baik, tuan yang agung."))

*puff*

Karena entah bagaimana masalahnya sudah selesai, jadi kulepaskan Crown yang dari tadi masih kugunakan padanya.

*Brrrrr!!!*

Seluruh tubuhku langsung merasa menggigil meriang seperti kedinginan dari dalam.

(("Mau aku bantu turun agar lebih cepat, tuan yang agung?"))

"Mhh.. y-yaa.. tolong bantuannya."

*Krrkrkkrkrrkkkk*

Dengan begitu aku turun masih duduk di atas lapisan plasma Sylph, dan dibungkus dengan telapak tangan si golem sehingga bisa sampai permukaan lebih cepat tanpa terganggu oleh gaya gravitasi.

"Seperti turun dari lif— Herrhhhh!! Aku tidak kuat dengan rasa dingin ini." Responku memeluk mengusap-usap diri sendiri

*Krrkkrkrkrkrkkk*

Setelah sampai, dia membuka bungkusan telapak tangannya dan..

*?!*

"Ada apa ini?" tanyaku heran sendiri melihat sekeliling

..

"Monsternya.."

Semua, semua monster yang tadinya terus-menerus menyerang tak beraturan. Kini mereka semua diam dengan posisi normalnya masing- masing, yang terbang jadi turun ke darat, yang berlari dengan ke-empat kakinya kini diam duduk seperti kucing manis.

Mengabaikan itu semua, setelah turun dari atas. Aku langsung berjalan pelan menghampiri Sylph yang juga diam seperti yang lainnya, sedangkan golemnya langsung meringkuk dan sujud perlahan masuk ke dalam tanah.

"Hei, Sylph." Sapaku dengan senyum sebisanya masih memeluk diri sendiri kedinginan

"Entah bagaimana, kita telah berhasil membuatnya mun—"

*!!*

*Fwwsshh〜*

*DENG!!!*

"Guhkk!"

Berawal rasa terbakar yang teramat sangat dari mata kananku, seakan ada api yang lewat menyelimutinya dan terbang menghilang ke udara. Meski hanya sebentar, rasa sakitnya yang luar biasa benar-benar tidak bisa dibayangkan sampai membuatku tidak bisa teriak mengekspresikannya. Dilanjutkan goncangan hebat dari dalam yang menyebar ke seluruh tubuhku dengan cepat. Saking kuatnya sampai langsung membuatku kehilangan keseimbangan untuk sekedar berjalan, bahkan berdiri.

Sekilas sebelum tubuhku roboh, aku melihat Sylph yang tadi diam langsung melesat terbang lebih cepat dari biasanya ke arahku mengambil sesuatu dari dalam jas labnya dan bersiap melemparkannya padaku.

*Tukk!*

*Dang!*

"Ha—"

Tiba-tiba muncul plasma yang menyandung kakiku dan menahan tubuhku. Mereka sepertinya langsung mengurungku dalam kurungan berbentuk kubus, karena aku merasa kalau tubuhku dipaksa menekukkan badan dan..

*Clang!*

*Psssshhhhhh— krakk!!*

Sesuatu yang dilempar Sylph telah terbuka di dalam dan mengeluarkan gas yang dengan cepat memenuhi seluruh ruang plasma di sekitarku dan langsung membeku.

"…"

"Maaf tuan, kau pasti bertanya-tanya kenapa aku membekukan tubuh anda dalam.. kubus plasma seperti ini." Ucap Sylph langsung di sebelahku

"Semenjak kontak telepatinya tiba-tiba terputus, aku tidak tahu bagaimana keadaan anda.. disana dan hanya membantu sebisa mungkin dari jauh."

"Dan aku mendeteksi bahwa terjadi reaksi degenerasi hebat dari dalam.. tubuh anda yang sudah pasti akan merenggut nyawa kalau tidak segera dihentikan prosesnya."

"Karena itulah, anda tidak perlu memikirkan apa-apa.. lagi dan serahkan sisanya pada kami."

"Sudah waktunya anda untuk beristirahat, tuan." Ujarnya panjang lebar

"Tapi.. monsternya.. masih..—"

..

.

Dan saat itu, aku..

..kehilangan kesadaran dalam keadaan membeku di dalam kubus es nya Sylph.