*Jekesshh*
Terdengar samar suara pintu terbuka membangunkanku dari tidur yang nyenyak.
("Siapa..?")
*Dap.. dap.. dap…*
Suara langkahnya hampir tidak terdengar jelas.
*dap… dap… dap…*
("Ini suara langkah mengendap-endap.")
Kubuka mata perlahan melihat siapa yang mendekat dengan langkah mencurigakan seperti itu..
*dap.. — Whooshh!*
*!!*
"Tuuuuuaaaannn—"
("Kenapa aku masih ragu?!")
("Cara datang yang tidak normal seperti ini..")
*pluk*
"Gyah—.."
Reflek tangan kananku langsung sigap bergerak menahannya.
("Sudah pasti Zoker!")
*!!!*
"Mhoo tuan.. segitu kangennya 'kah kau padaku sampai langsung mengincar— tanganmu sudah bisa digerakkan tuan!"
("Ohh, dia benar..")
("Tapi..")
*Boing〜*
("KENAPA TANGANKU HARUS MENDARAT DI 'ASET' NYA?!?!?!?!")
("Oh, selang infus di tangan kananku sudah dilepas rupanya.")
"Nyehehe, aku tahu kau pasti kesepian meski ditemani Sylph yang seperti papan disini."
"Oleh karena itu sekarang.."
("Aku harus menariknya kemba—")
*Gyut-gyut*
Dengan sigap dia langsung menahan tanganku dengan kedua tangannya agar tetap berada di sana.
"Kenapa terburu-buru, tuannn?" tanyanya mendekatkan wajah penuh kepuasannya
"Mumpung tidak ada yang meli—"
*Jekessh!*
"Disini kau rupanya!!" teriak seseorang membuka pintu
*!!*
("Bagus, bantuan telah tiba.")
("Cepat Arliz! Jauhkan wanita mesum ini dari— Eh..?")
"Kenapa kau pergi seenaknya meninggalkan.. hiik.. ku di sana!"
Dengan wajah yang terlihat merah dan mata sayu, jalan yang sempoyongan sambil cegukan membawa botol kecil di tangannya. Arliz datang dalam kondisi terburuknya.
("Dia.. MABUK!!")
"Yo Arliz, cepat kesini."
("Gawat.. cepatlah bertukar, Zoker!!")
"Yaaayaayaa aku datang♪〜" balasnya terhuyung-huyung menanggapi panggilan Zoker
"Hei lihatlah, tuan sedang menyentu—"
("Aarrrgghh!! Hentikan! Jangan katakan hal memalukan itu dengan mudahnya!!")
"Hmmm???" respon Arliz mendekat melihat tangan kananku yang masih berada di sana
"DASAR MESUM!! Hiik!" teriaknya sebentar dan langsung tenang kembali ke ekspresi mabuknya
"Kalau soal itu.."
*tap*
*!!*
*pluk*
*!!!*
("Apa ini..?!")
"Punyaku masih lebih besar, ahahhahahahahaha.. hiik.." Lanjutnya menyombongkan salah satu kelebihannya
("Squishy raksas— Oh tidak! Aku tidak boleh tenggelam dalam kenikmatan duniawi ini.")
("Siapapun tolong aku dari dua orang gila ini!")
("Oh iya, Sylph.")
("Kemana perginya dia di saat aku sangat amat membutuhkan bantuannya?!")
"Nyahahaha.. aku sudah tahu hal itu karena kau adalah sapi, sapi rubah! Nyahahahahaha!" balas Zoker tertawa menggelikan memanfaatkan keadaan
"Dan juga tuan pernah berkata, ukuran bukanlah segalanya."
"Yang terpenting adalah keberadaannya." Tambahnya sambil mengepalkan tangan dengan wajah serius mendramatisir kalimat anehnya
("AKU TIDAK PERNAH MENGATAKAN ITU!!")
*inhale*
*exhale*
("Tenang.. tenang..")
("Aku harus bisa tenang dan tidak boleh sampai terpancing dengan godaan—")
*Bwouing〜*
("SHANG RI LAAA!!!")
("MANA MUNGKIN AKU BISA TENANG DALAM SITUASI SEPERTI INI?!")
Tiba-tiba hidungku mulai terasa panas dari dalam.
("Mimisan, aku pasti akan mimisan dan..")
("PERSETAN DENGAN PENYEMBUHAN DIRI!")
("Aku akan tetap mati juga kalau mereka terus seperti ini.")
Kupejamkan mata memfokuskan tenaga dan pikiran ke kepala sambil mencoba mengaktifkan Crown-ku seperti biasanya, meski sepertinya aku tidak boleh menggunakan Crown karena masa penyembuhan.
("Aku.. harus bisa.. menghentikan.. me-re-kkkKKKAAA!!!")
Setelah merasa cukup, kulepaskan semuanya dan..
*PUFF!*
"Waaa!" teriak mereka berdua kompak
Serasa ada ledakan kecil energi dari dalam kepalaku.
("Hosh.. hosh.. hosh..")
("Berhasilkah..?")
Kubuka mata perlahan dan..
*?!*
("Benar-benar di luar dugaan..")
Tanpa sadar aku malah mengubah seisi ruangan beserta alat-alat medis di sana.
("Seharusnya hanya mereka berdua yang kuubah, tapi kenapa semua yang di sekitarku juga ikut terkena dampaknya?")
"Ehhh?? Kenapa tubuhku.. hiik.. jadi kecil seperti ini??" celoteh Arliz bertanya-tanya dalam bentuk bonekanya masih cegukan karena mabuk
"Ini semua karena dadamu terlalu besar, rubah! Tuan jadi menggunakan Crown-nya ke kita!" protes Zoker tidak nyambung
("Berisik! Tetaplah seperti itu sampai Sylph tiba.") Tegasku dalam hati
"Tuan?? Benar juga!"
"Bukankah seharusnya aku sekarang sudah menjadi.. hiik.. servant-nyaaa??" lanjutnya bertanya-tanya setengah sadar mengingatkanku
"Sebenarnya aku ingin sekali ikut berpetualang bersama kalian, apalagi.. hiik.. dengan tuan yang sangat baaaik sepertinya."
("Gaya bicaranya jadi mirip dengan Sylph, hanya saja kalau dia dipotong dengan cegukan.")
("Dan juga bisa-bisanya aku sampai lupa dengan perjanjian untuk menjadikannya servant-ku.")
("Segera setelah kondisiku jauh lebih baik dari sekarang, kami akan langsungkan ritual ikatan janjinya.")
Di tengah obrolan berisik antara Crown Zoker dan rubah yang sudah tahu mudah mabuk tapi tetap memaksakan minum-minum itu di dekatku, aku hanya bisa diam mendengar semua omong kosong mereka sampai Sylph datang.
..
*Nnnnggg*
("Ah, akhirnya datang juga..") Pikirku melihat Sylph yang terlihat berbeda masuk lewat pintu yang sudah kuubah menjadi bantal-bantalan empuk hingga tak mengeluarkan suara seperti sebelumnya
("I-Itu..?")
"Oh, rupanya anda sudah.. bisa menggunakan Crown lagi ya, tuan." Ucapnya begitu masuk melayang langsung mendatangiku
"Pantas tubuhku tiba-tiba menyusut.. seperti ini."
*!!*
("BENTUK BONEKANYA SYLPH!!") teriakku sekeras mungkin dalam hati
Sylph dalam bentuk bonekanya masuk ke ruang perawatanku membawa kursi roda pesananku mengambang di dalam plasma berbentuk kubus besar di sebelahnya.
"Nyahahahahaha! Boneka dalam bentuk boneka! Nyahahahahaha!!" Tawa Zoker lepas tersadar melihat Sylph
"Mhwaaa!! Imutnya!!" gantian giliran Arliz terpesona melihatnya
("Kalian berdua kecil dan imut, tapi Sylph itu 2x lipatnya.")
Kedatangannya membuat mereka berdua semakin berisik, tapi Sylph terlihat tidak mempedulikannya.
"Kursi rodanya sudah selesai dan.. siap untuk digunakan, tuan."
..
Dia diam sebentar setelah menunjukkan kursi rodanya.
"Bentuknya berubah jadi seperti ini.. karena kemampuan anda tuan, aslinya.. tidak seperti ini bentuknya."
"Kalau berjalan sesuai perkiraan, paling cepat besok.. anda bisa sudah bisa menggunakannya." Jelasnya sambil memeriksa peralatan medisnya
("Hmm, baguslah kalau begitu.")
Didekatkan tangan yang lebih kecil dari biasanya perlahan menyentuh kepalaku.
("Aahhh.. sentuhan tangannya jadi terasa lebih lembut.")
(("Tuan."))
("Ya..?")
(("Aku tidak bisa memeriksa status anda, kalau monitornya terkena efek Crown-mu, tuan."))
("Tidak apa-apa, jarang-jarang aku bisa melihatmu dalam wujudmu yang seperti ini.")
(("Bukan begitu, tuan."))
(("Anda harus segera membatalkannya demi kepentingan orang lain."))
*??*
("Apa maksudmu? Meskipun aku mengubah seisi kastil, bukankah tidak akan ada orang lain yang akan dirugikan disini?")
…
(("Sepertinya anda tidak menyadarinya."))
("Ha? Memang sebenarnya ada apa? Katakan dengan jelas.") Tegasku
(("Crown anda.. telah mengubah seluruh kota."))
*?!*
("Seluruh.. kota..?")
("Tidak, tidak mungkin.")
("Aku tidak mungkin punya tenaga sebesar it—")
Perkataanku terpotong dengan gambaran video dari Sylph yang sedang diputar dalam kepalaku.
*!!*
("Mustahil.")
(("Ini adalah rekaman terakhir dari invisible drone yang kupasang di setiap sudut kota untuk berjaga-jaga selama anda tak sadarkan diri."))
(("Dengan ini kuharap anda bisa percaya dengan apa yang kukatakan barusan."))
Bagai melihat banyak layar dalam satu waktu, aku bisa melihat bagian dalam serta luar kota Tief dari sini. Dan para warga, bangunan, bahkan dinding pembatas kota yang tinggi itu pun ikut terkena efek Crown-ku.
("Apa ini..?")
("Apa yang sebenarnya terjadi padaku setelah berhasil mengalahkan golem raksasa waktu itu..?")
("Apa kekuatan Crown-ku jadi berkembang setelah kejadian itu? Atau ini hanyalah ledakan dari energi yang tertimbun dalam diriku karena lama tidak menggunakannya?")
*sigh*
("Baiklah akan aku batalkan.")
...
..
("Eh??")
Tidak ada perubahan sama sekali setelah kucoba untuk menonaktifkan Crown-nya.
("Crown-ku tidak bisa dibatalkan.")
(("Mmmmm..")) responnya datar menanggapi
..
("Emm, ada apa Sylph? Kenapa kau menatapku seperti itu?")
(("Maaf tuan, tapi aku sudah penasaran sejak pertama bertemu.")) Ucapnya tiba-tiba menurunkan tangan dari dahiku hingga menyibak poni yang menutup mataku
…
(("Mata anda.. unik sekali tuan."))
*??*
("Sudahlah, kau bisa melihat mataku lagi nanti sepuasnya kalau kau mau.")
("Yang lebih penting lagi, bagaimana caranya aku menghentikan aktivasi Crown-ku yang tidak bisa dikontrol ini?")
Dia masih memperhatikan mataku sambil sesekali berkedip kecil.
(("Ada dua cara, tuan."))
(("Menunggu sampai tenaga anda habis, atau membuat anda tak sadarkan diri.")) Tambahnya memberikan pilihan
("Hmmm..")
("Sepertinya tenagaku terlampau banyak kalau harus menunggu sampai habis.")
("Misal aku memilih cara kedua, bagaimana caranya aku bisa tak sadarkan diri? Mataku masih sangat segar karena baru saja bangun tidur.")
…
Dia diam tidak menjawab pertanyaanku, dan..
*Nnnnggg*
"Whooaa!! Aku terbang lagi, tuan!!" respon Zoker heboh sendiri
"Eehh? Lantainya melayang!" responnya Arliz langsung memegang erat-erat plasma yang mengangkatnya
Sylph menaikkan Arliz dan Zoker dengan plasmanya naik mengambang di udara.
*puumn〜*
Diturunkannya Zoker dari plasmanya ke ranjang tempatku berada, sedangkan Arliz masih mengambang tengkurap berpegangan di setiap sudut lapisan plasma yang membawanya.
("Apa tujuan dia menaikkan mereka ke atas sini?")
"Yeayy tuan!!"
*pyun-pyun-pyun-pyun*
Zoker berlari kecil mendatangi langsung memanjat tubuhku.
*Nnnnggg.. nnnnggg.. nnnnggg *
"Gyaaa!! Apa yang kau lakukan pada— Gyaaa!! Cepat turunkan ak— GYAAA!!" teriak Arliz ketakutan dengan suara kecilnya
Diayun-ayunkan dengan cepat Arliz yang masih ada di atas plasma miliknya.
("Pfft..")
("Apa yang sebenarnya dia coba lakukan? Mempermainkan Arliz yang masih mabuk sampai membuat wajah ketakutan lucu seperti itu.")
"Tuan!! Selagi tuan tidak bisa melawan seperti ini, sekarang adalah kesempatanku!" teriak Zoker semangat tepat di depan wajahku
*Chuu-chuu-chuu-chhuuuup*
Dia mulai menciumi bibirku terus-menerus dengan mulut bonekanya.
…
("Untunglah dia sedang dalam pengaruh Crown-ku, dan…")
*Chuu-chuu-chuu—*
("Tidak ada rasanya sama sekali.")
"Waaa! Waaaa! Wuaaa!!—"
Arliz yang diayun-ayun Sylph di udara, sekarang terdiam dengan tangan menutup mulutnya.
"Guuuhh.. perutku mual.."
("Sudah pasti.")
("Dari awal datang ke sini dia sudah mabuk, dan begitu isi perutnya diaduk-aduk seperti itu dia pasti akan..")
*?!*
*Nnnnggg*
Sylph mendekatkan Arliz dan menurunkannya langsung di atas dadaku dengan wajah imutnya yang terlihat sangat pucat.
("Jangan-jangan maksud dia mengayunkan Arliz kesana kemari itu sengaja untuk membuatnya mual dan..")
Begitu turun, Arliz langsung melihat Zoker yang sedang menyerang bibirku tanpa henti dan dengan sempoyongan berjalan menghampirinya.
("Jangan! Jangan mendekat!")
"A.. ku juga.. ma..u.." Ucapnya mendekat dengan wajah pucatnya
("Keluarkan! Keluarkan sebelum kau— Aaaaaa!!!")
"Mencium.."
("AAAAAAAAA!!!")
"Bwueeehhh—"
*Ting♪〜!*
…
..
~~~
Hari yang kutunggu-tunggu telah tiba. Hari dimana aku bisa berbicara dan berekspresi kembali seperti biasanya berdasarkan perkiraan Sylph, meski sepertinya bagian bawah tubuhku masih dalam proses pemulihan. Semua kabel-kabel dan selang infus yang menempel di badanku pun sudah dilepas semua membuatku bisa berpergian tanpa terikat dengan alat-alat medis tersebut.
Ditambah aku sudah mulai bisa merasakan dan menggerakkan sedikit demi sedikit otot-otot wajahku sambil terus-menerus senam lidah di balik mulutku yang masih tertutup rapat. Dan juga kedua tanganku sudah bisa kugerakkan dengan leluasa seperti dulu. Ditambah chip telepati di kepalaku yang entah sudah diganti atau diperbaiki oleh Sylph, yang terpenting sekarang aku bisa berkomunikasi lewat telepati lagi.
("Dan sekarang…")
*Duph*
("Aku sudah dapat duduk dengan normal!!")
Dengan bantuan Sylph dan plasmanya, aku kini terlepas dari posisi berbaring yang sudah kurasakan selama beberapa hari terakhir dan akhirnya bisa duduk lagi setelah sekian lama.
("Tidak kusangka terbaring sepanjang waktu bisa membuatku sesenang ini hanya dengan duduk seperti ini.")
(("Bagaimana, tuan?")) tanyanya dengan telepati
("Sempurna.") Jawabku semangat mengacungkan jempol tanpa bisa menoleh
(("Baiklah, sekarang kita harus memberi nutrisi vitamin D pada kulitmu yang pucat itu, tuan."))
("Dia benar.")
("Terlalu lama tidak terkena sinar matahari, kulitku jadi putih pucat seperti orang mati.")
("Ayo berangkat!") Ajakku tanpa suara menunjuk pintu keluar
*Jekesshh*
Dengan Sylph yang mendorong kursi rodaku sambil melayang di udara, kami keluar dari kastil.
~~~
Di depan pintu keluar utama kastil, Sylph berdiri di depanku tanpa menggunakan plasma menapakkan kakinya di permukaan.
("Akhirnya aku bisa melihat dunia luar lagi..")
("Terakhir aku melihat keluar itu saat sedang hujan dan juga ada kejadian yang sangat ingin kulupakan.")
"Aku buka, tuan." Kata Sylph sedikit melangkah mundur memegang kedua gagang pintu membukanya
("Tapi semua itu hanyalah masa lalu yang pasti akan hilang dimakan waktu.")
*Krieet*
Kemilau serpihan cahaya matahari berdesakan masuk dari sela-sela pintu besar yang menghalangi.
("Uuhhh.. benar-benar menyilaukan.")
Sambil menunggu mataku beradaptasi dengan silaunya yang perlahan berkurang mulai menunjukkan siluet hitam dua orang yang sedikit menunduk di luar.
"Se-Selamat atas kesembuhannya, tuan."
"Selamat atas kesembuhannya, Toon."
Sambut mereka berdua bersamaan menyambutku.
("Siapa..?")
Dan setelah mataku sepenuhnya beradaptasi..
("Ohh, ternyata Zoker dan Arli—")
*CETAR- CETAR- CETAR!!*
*Jek-Hoosshh!.. BOOM!!*
"Woooo!!!"
"Selamat atas kesembuhannya, ketua!!"
"Selamat ya."
"KE-TU-A!! KE-TU-A!!"
*??*
("Eh..?")
"KAU ADALAH PAHLAWAN KAMI!!"
("He..?")
"Wooo!!"
…
..
("Sylph, ada acara apa ini? Kenapa di luar ramai sekali—")
*CETAR- CETAR!!*
*Jek-Hoosshh!.. BOOM!!*
(("Tidak acara khusus, tuan.")) balasnya
("Tapi ini—")
"Hidup ketua Toon!! Hidup ketua Toon!!"
Kepalaku benar-benar terasa kosong karena suara ledakan yang entah apa itu yang diledakkan di udara dan juga ada suara ledakan yang familiar di telingaku, serta betapa meriahnya suasana para kerumunan warga kota yang berkumpul di halaman kastil.
(("Seperti yang anda lihat.."))
Senyuman yang hangat dan sorakan semangat dari para warga, spanduk bergambarkan kecil wajahku yang diangkat tinggi-tinggi diantara kerumunan, teriakan-teriakan semangat yang entah bagaimana terasa membuat hatiku ikut membara mendengarnya.
(("Semuanya berkumpul untuk merayakan kesembuhan dan untuk menunjukkan rasa terima kasih mereka pada anda, tuan.")) Tambah Sylph
("Jadi semua ini.. untukku..??")
Dengan semua sorakkan semangat menyambut kedatanganku setelah koma dan dirawat beberapa hari setelah berhasil menepati janjiku mempertahankan kota, semua yang ada di hadapanku saat ini benar-benar terasa begitu hangat dan berkilau sampai membuatku terharu.
"..."
"Tuan..??" tanya Zoker tiba-tiba memudarkan senyuman dari wajahnya terlihat khawatir melihatku
*?!*
("Eh??")
Kusapu air mata yang tak terasa telah mengalir menuruni pipi dan langsung menutupi wajah dengan kedua tanganku seolah menahan sesuatu yang terasa tidak terbendung lagi.
"Ada apa, tuan? Kenapa kau menangis?" tanya Zoker khawatir menghampiri berjongkok menurunkan wajahnya berusaha melihat wajahku
*tap*
"Zoker." Panggil Arliz dengan suara seperti telah menepuk pundaknya
"Tuanmu tidak apa-apa, itu adalah air mata kebahagiaan."
"Sangat normal untuk menangis baginya saat ini."
"Normal..??" balas Zoker bertanya tidak mengerti maksudnya
"Ya.., itu adalah bukti kalau dia masih seorang manusia biasa."
("Arliz benar.")
("Ini pertama kalinya aku diberikan apresiasi atas usahaku setelah berjuang mati-matian sampai seperti ini.")
"Kalau begitu.. hiks.. syukurlah.." Ucap Zoker terdengar terisak mulai menangis menenggelamkan kepalanya di pahaku
Meski belum bisa berekspresi seperti seharusnya, terasa semakin deras air mata mengalir sampai turun membasahi lengan baju pasien yang sedang kukenakan.
("Mana mungkin aku bisa menahannya?!") teriakku bertanya pada diri sendiri
("Aku..")
("Aku belum pernah merasa begitu dihargai sampai seperti ini semasa hidupku, bukan berarti aku tidak bahagia atau semacamnya di dunia asalku.")
("Hanya saja..")
"Hidup ketua Toon!! Hidup ketua Toon!!" sorakan para warga terdengar jelas di telingaku
("Mendapat perhatian dan pengakuan yang layak setelah berjuang keras benar-benar membuatku merasa lebih hidup.")
"Terima kasih telah menjaga kota tercinta kami, ketua Toon!!"
("Ini.. Inilah yang seharusnya aku dan Zoker dapatkan di kota Omnius waktu itu.")
..
*Drap! drap! drap! drap!*
Terdengar suara langkah berat baju zirah yang memecah sorakan para warga hingga semuanya terdiam melihat asal suaranya yang mendekat.
Aku yang penasaran dengannya pun mengakhiri mengelap wajahku yang lembab melihat ke asal suaranya.
"Leon..??" ucap Arliz bertanya-tanya menghampiri pemimpin dari rombongan prajurit berbaju zirah yang membuat suara ribut hanya dengan kedatangannya
"Kami sudah kembali, Arliz." Balasnya dengan senyum lemas yang terlihat menyimpan banyak peristiwa
"Bagaimana dengan hasil pertemuannya? Berhasil?" lanjut Arliz terdengar antusias bertanya padanya
"Nanti saja kita bicarakan soal itu." Balasnya melewati Arliz masuk menghampiriku
*Drap.. drap.. drap.. drap!*
Suara berisik langkahnya menaiki anak tangga kecil sendirian, kini berdiri melihatku duduk di kursi roda dengan tubuh gagahnya di hadapanku.
"Kau berhasil menepati janjimu, ya.."
("Ya, aku berhasil.") Balasku dalam hati
"Karena kondisi tubuhnya, tuan saat ini.. belum bisa berbicara untuk membalas percakapan.. secara langsung." Jelas Sylph mewakili
"Sampai separah itu rupanya.." Balas Leon terlihat kesal menutupi wajahnya
("Katakan padanya kalau aku tidak menyesal sedikitpun telah melakukan semuanya untuk kota ini.") Suruhku ke Sylph
"Tuan bilang, dia tidak menyesal.. sedikitpun karena telah berjuang sampai seperti ini demi.. kota Tief." Ucapnya menyampaikan pesanku
("Dan juga Arliz.")
"Dan juga Arliz." Lanjutnya Sylph
("Oi, yang itu jangan disampaikan!")
"Oi, yang itu jangan disampaikan."
("Teruskan pesanku tanpa kusuruh, dan aku akan membatalkan permintaanmu yang itu.")
"Teruskan pe—.."
(("Kumohon jangan, tuan.")) Balasnya tersadar
"Ahahaha, sudah kuduga kalian semua memang akrab sekali." Responnya tertawa kecil mendengarnya masih menutup wajahnya
"Tapi.."
Perlahan dibuka tangan yang menutupi wajahnya langsung kesal melihatku.
"Aku tidak akan menyerahkan Arliz begitu saja." Lanjutnya terdengar mengancam
"…"
Meski aku bisa menunjukkan ekspresi, aku tetap akan merespon perkataannya barusan dengan ekspresi datar karena omongannya terasa..
("Kosong.")
"Jangan membahas itu lagi Leon!" respon Arliz langsung membentaknya
"Ahaha, tidak-tidak aku hanya bercanda." Balasnya menenangkan Arliz
("Aku masih penasaran dengan apa yang mereka lakukan di ibukota.")
("Tapi yang pasti..")
"Ya sudahlah."
*Drap.. drap.. drap.. drap*
"Yang terpenting kau sudah menepati janji dan berhak mendapatkan apa yang seharusnya kau dapatkan." Ucapnya berbalik pergi
("..ada sesuatu yang terjadi pada mereka di sana.")
Dan saat sudah di depan gerbang kastil..
"Kupercayakan saudariku yang merepotkan ini padamu."
"Hei!!" respon Arliz kesal mendengarnya
"Pandanganku padamu sudah sedikit berubah.."
*DRAP!*
"Orang 'yang sudah' tidak asing." Tambahnya setelah menghentakkan kakinya keras-keras di tanah dan lanjut pergi bersama pasukannya
*Drap! drap! drap! drap!*
"Kembali ke markas dan kita akan berpesta di bar sampai malam." Tegas Leon pada pasukannya
"BAIK!" jawab mereka serempak mengikuti langkahnya
...
("Ya.. setidaknya aku sudah bukan orang asing lagi di matanya.")
Dan setelah kepergiannya, mungkin hampir seluruh warga datang bergantian untuk memberi sesuatu atas jasaku. Kebanyakan dari mereka pasti memberikan berbagai makanan dan manisan, karangan bunga, dan banyak lagi hal yang sebenarnya tidak kuperlukan tapi tidak mungkin bisa kutolak.
Malahan Zoker yang tadi menangis tersedu-sedu langsung semangat begitu banyak makanan yang datang sampai bertumpuk-tumpuk di hadapannya, begitu juga dengan Sylph yang sepertinya senang dengan banyaknya manisan yang menggunung. Sedangkan Arliz sibuk kembali ke tempatnya untuk urusan kota setelah dijemput Octo.
Setelah semuanya selesai memberikan hadiah atau bingkisan sebagai tanda terima kasihnya, mereka semua bubar dan kembali pada aktifitasnya masing-masing.
("Zoker yang sedang dalam mode rakusnya langsung menggarap makanan di hadapannya.")
("Sylph yang membuka satu persatu semua kotak manisan dengan mata berbinar-binar seolah membuka harta karun.")
("Dan aku..")
Aku turun mendorong sendiri kursi rodaku ke halaman kastil dan berjemur sambil menikmati cuaca cerah mensyukuri betapa beruntungnya diriku karena bisa mendapatkan dan merasakan semua yang kumiliki saat ini.
("Servant yang cantik dan imut, ..")
("Harta yang berlimpah..")
("Orang-orang yang menghargai keberadaanku.")
*inhale*
..
"Hah…."
*smile*
Tanpa sadar aku sudah dapat tersenyum sambil melihat ke langit luas.
"Sepertinya sudah cukup."
Semua ini membuatku sadar dengan semua pencapaian yang kudapatkan setelah pergi berpisah dari Black demi mencapai tujuanku.
*Fhyuufh〜*
..
"Sudah saatnya kembali ke ibukota." Ucapku langsung setelah bisa menggerakkan semua otot wajahku
Sampai matahari terbenam, kami menikmati semua pemberian warga di dalam kastil hingga Arliz datang kembali setelah selesai dengan tugasnya dan mengadakan pesta kecil-kecilan sampai bulan keluar dari persembunyiannya membuat kami terlelap mengakhiri hari yang indah ini dengan sempurna.