Di perjalanan kembali ke ibukota.
Sejauh ini semuanya baik-baik saja tanpa ada masalah. Semua barang bawaan kami dibawakan dan disimpan oleh AI, jadi kami selama perjalanan ini tidak membawa beban apa-apa seperti sebelumnya.
"Kau ini bodoh atau apa sih? Sudah kubilang kalau itu rahasia, kenapa kau malah mau membocorkannya?" bentak-bentak Arliz ke Zoker sepanjang perjalanan masih memperdebatkan hal sepele
"Ya! Karena aku bodoh, maka aku akan mengatakannya pada tuan tercintaku tentang rahasiamu!" balas Zoker meladeni ocehannya
"Iiihhh! Kau ini memang ya!!—"
*sigh*
("Setiap hari seperti ini, lama-kelamaan aku jadi terbiasa dengan pertengkaran mereka.")
Sepanjang perjalanan, mereka terus berkicau sampai mulut mereka lelah.
~~~
Sekitar satu jam berjalan dari kota Tief, kastil kerajaan Celestial mulai terlihat di kejauhan. Dan..
…
..
.. mereka akhirnya lelah dan berhenti berdebat.
"Sudah ya kita sudah mau sampai, jangan bertengkar lagi."
"Dan Zoker, simpan energimu untuk bersenang-senang disana nanti." Kataku menyarankan agar mereka tetap tenang
"Memang di ibukota sedang ada apa, tuan?" tanya Zoker polos seperti anak kecil pindah ke sisi kananku
"Ha? Kau belum— Oh ya, kau tidak ada saat kami membicarakannya ya."
"Jadi disana itu sedang ada—"
*Gbrdbm*
Tiba-tiba terdengar suara gemuruh dari langit.
*??*
Langit mendadak jadi gelap, sangat gelap hingga menarik perhatianku sampai membuatku berhenti bicara melihatnya.
("Ada apa ini..?")
"Dari arah kerajaan tuan." Kata Sylph memberitahu menunjuk ke kerajaan yang masih jauh dari sini
Kutajamkan mata fokus melihatnya dan..
*Sfwryut—*
Dari gelapnya langit, tepatnya di ibukota, terlihat jelas cahaya seperti petir yang sangat jelas menunjukkan kilatannya muncul dari atas kastil dan pergi ke arah utara meninggalkan kota.
("Apa itu..?")
*bgrmbrgmbrGM— BHRUGRBM!!*
*!!*
Dalam hitungan detik, suara dari halilintarnya bergema sampai ke tempat kami berada.
Hal yang terjadi begitu mendadak itu benar-benar membuatku tubuhku merinding tercengang menahan napas mendengar suara gemuruhnya yang sangat keras terdengar meski dari tempat yang jauh.
Setelah gema suaranya menghilang, langit yang gelap pun ikut terbawa bersamanya berganti kembali dengan langit yang cerah seperti sebelumnya.
…
..
("Petir yang aneh..")
("Kuharap kejadian tadi tidak mengganggu proses upacaranya.")
"Baiklah, sampai mana tadi aku bicara?"
"Ada sesuatu di ibukota, tuan." Jawabnya langsung mengabaikan hal barusan dan masih penasaran denganku
"Oh iya." Responku teringat
"Sekarang, hari ini adalah hari upacara pengangkatan penerus kerajaan yang waktu itu dipilih lewat sayembara disana." Ucapku mulai menjelaskan
"Owhh.." respon Zoker seolah mengerti dengan apa yang kukatakan
"Dan saat ada acara besar, sudah pasti ada..—"
"MAKANAN!!" potong Zoker meneruskan omongan sesuai perkiraanku
"Kau benar, dan kita mungkin bisa menikmati berbagai hal yang biasanya tidak ada dan hanya dijual saat festival atau semacamnya." Tambahku semakin meningkatkan tingkat keantusiasannya
"Erm..!! Aku sudah tidak sabar lagi, tuan! Ayo kita berlari kesana sekarang juga!" ajaknya makin semangat
"Oi!" responku langsung kesal dengannya yang secara tidak langsung sudah menyindir keadaanku saat ini
"Oh dan juga tuan, mungkin kita bisa menemukan bahan pakaian yang cocok dengan—"
Dan karena sedikit rangsangan dariku, dia jadi mengutarakan semua yang ingin dia lakukan nanti sesampainya disana padaku.
Selagi dia terus mengoceh, kucolek jari kelingking Arliz yang mengatung-ngatung pelan terbawa gaya jalannya di sebelah kiriku.
Dia menyadarinya dan melirikku.
"Tenang saja, kita akan tetap melihat Leon saat upacaranya dimulai." Ucapku mengingat janjiku padanya sebelumnya
"Ya, aku tahu." Balasnya
"Aku percaya kalau kau tidak akan mengingkari janjimu.., tuan." Tambahnya tersenyum kecil kembali melihat ke depan
Setelah mendengar balasan seperti itu darinya, cukup bagiku setelah tahu dia memang sudah dewasa dan juga percaya padaku dan kembali menanggapi Zoker sampai dia puas.
Sedangkan Sylph hanya diam dan terus mendorong kursi rodanya di belakangku tidak bicara apa-apa lagi sampai kami tiba di ibukota.
~~~
" 'Datanglah ke upacara bla-bla-bla..' " ucapku bicara sendiri membaca dengan cepat selembaran yang tersebar dimana-mana
" '.. jam 10 pagi.' " sambungku mengakhiri langsung ke intinya
"Hmm.."
Kami sudah sampai ibukota, dan sudah berangkat pagi-pagi agar tidak telat menghadiri acaranya. Tapi kenyataannya kami masih terlalu cepat.
"Masih ada 1 jam lagi sampai acaranya dimulai, lebih baik kita kembalikan dulu misinya ke guild." Kataku menetapkan
"Silahkan saja kalau kau mau jajan duluan, Zoker."
"B-Benarkah, tuan?" tanya Zoker yang asli
"Ya, Arliz akan menemanimu agar kau tidak sendirian."
"Kalau begitu tidak perlu tuan, ijinkan aku ikut bersamamu." Balas Crown-nya langsung menolak begitu tahu akan berduaan bersama Arliz
..
"Baiklah, kita ke guild Crimson Army sekarang."
Arliz terlihat tidak terganggu dengan apapun keputusanku dan dapat menerimanya begitu saja.
~~~
Sesampainya di guild, aku langsung merasa malas.
("Karena..")
..
*sigh*
"Jadi.. anda ingin dibantu oleh siapa, tuan?" tanya Sylph seolah membaca isi kepalaku begitu bertemu dengan tangga
"Tidak ada, tidak ada satu pun dari kalian yang akan melakukannya." Tegasku
"Kau saja sana yang memberikan laporan misinya, Zoker." Kataku menentukan jalan tengahnya
"Heh?! Aku?! Sendirian, tuan?!"
"Kalau takut, kau bisa membawa Arliz bersamamu sana." Balasku memberi saran menanggapi protesnya
"Sylph, suruh AI untuk mengeluarkan tasku." Pintaku
"Baik, tuan."
Setelah diberikan, kukeluarkan alat sihir yang sudah merekam keadaan ruang penyimpanan pusaka. Kuambil juga kartu petualangku dan memberikannya pada Zoker.
"Aku dan Sylph akan menungguu..— di meja sana." Ucapku menunjuk meja yang kosong yang terlihat cocok untuk menunggu sambil memesan sesuatu
"Nanti kupesankan minuman juga untuk kalian berdua, sana cepat kerjakan."
"Haahhh.. baiklah, tuan."
"Ayo sapi rubah." Ajak Zoker naik lebih dulu
"…"
Tanpa sepatah kata pun, Arliz menemani Zoker melaporkan misinya di lantai atas. Sedangkan aku dan Sylph menunggu mereka di lantai satu.
~~~
*Kledag-kledag*
"Silahkan dinikmati." Ucap pelayan menaruh minuman kami di meja kayu tempat kami menunggu
"Ya, terima kasih."
Dia langsung pergi begitu selesai membawakan pesanannya.
"Berapa lama lagi sampai jam 10, Sylph?" tanyaku
"40 menit, tuan."
"Masih sempat." Kataku mulai mengangkat gelas besar meneguk minuman berwarna coklat bening berbau manis di tanganku
*glekglek*
*Bwahh*
("Segar sekali.")
("Dibuat dari apa ya ini—")
"Itu orang yang di turnamen waktu itu." Ucap seseorang dari sekitar yang terdengar jelas sedang membicarakan kami
"Ya itu pasti dia, aku ingat betul gaya rambut anehnya itu." Balas lawan bicaranya
("Aneh?")
"Dan lihat, apa-apaan kursi beroda yang ia duduki itu? Aneh sekali."
("Dua kali.")
*sigh*
(("Sepertinya mereka sedang membicarakan anda, tuan."))
("Ya, aku tahu.")
..
(("Boleh kumusnahkan?"))
("Tidak perlu. Lagipula sebentar lagi urusan kita disini selesai.")
(("Baiklah kalau anda bilang begitu."))
("Tidak ada untungnya juga kalau kita berurusan dengan mereka.")
("Karena..")
Zoker dan Arliz sudah terlihat kembali dari tugasnya.
(".. mereka semua tidak tahu apapun.")
"Tuaann!" panggil Zoker tergesa-gesa menuruni tangga memanggil
"Tuuaa—"
*Tap!*
Kututup mulutnya begitu sampai di depanku.
"Mmwmwm!"
"Berisik, jangan teriak sambil berlari di tempat umum seperti itu." Tegasku
*Angguk-angguk*
Kubuka mulutnya membiarkannya berbicara.
"Bagus, sekarang minum dul—"
"Ketua guild ingin bertemu denganmu, tuan!" teriaknya kembali heboh menyampaikan pesannya
("Duh, dia ini tidak bisa diberitahu sekali.")
"Ya apapun itu, kalian harus duduk dan minum dulu."
"Ah ya, terima kasih tuan. Ayo duduk, Arliz." Ajak Zoker menawarkan kursi di sampingnya
"Ya, terima kasih."
*gulp.. gulp..*
Setelah mereka coba minumannya.
"Hahh, enak juga.. tadi kita lagi bicarakan apa ya, tuan?" tanya Zoker langsung lupa
"Ketua guild." Kata Arliz mengingatkan kata kuncinya
"Oh ya, kau dipanggil oleh ketua guild ke atas, tuan."
"Tidak mau dan kau sudah tahu alasannya." Jawabku
"Heee.." responnya
"Dia yang ada perlu denganku, 'kan? Suruh dia yang menghadapku."
"Kalau dia tidak mau, berarti hanya urusan tidak penting yang hanya akan makan waktu dan kita akan keluar setelah menghabiskan minumannya." Lanjutku
"B-Baik tuan, akan aku sampaikan sekarang juga."
"Ayo Arliz." Ajaknya
"Tidak, aku akan menunggu disini." Balasnya menolak dengan tenang kembali menikmati minuman
"Haa..!!— Ya sudah aku sendiri saja!" respon Zoker sedikit kesal mendengar balasannya
"Tunggu ya tuan, aku akan kembali membawa pak tua— maksudku ketua guildnya." Ucapnya terburu-buru langsung pergi
Aku membalasnya dengan ayunan tangan pelan yang mengisyaratkannya untuk segera jalan tanpa kata-kata sedikit pun.
*dapdapdapdapdap*
..
("Kenapa dia tergesa-gesa seperti itu?")
~~~
Setelah dia menyampaikan pesanku, kini ketua guildnya sudah ada duduk di hadapanku.
Dengan pandangan dari semua petualang yang ada disana yang sudah pasti bertanya-tanya kenapa ketua guild mereka mengadakan pertemuan denganku yang tadi mereka bicarakan di belakang.
"Jadi kau yang bernama Toon?" tanyanya menatap tajam ke wajahku
"Ya, aku To—"
"Toon.. En Claire." Lanjutnya memotong omonganku sambil membaca secarik kertas di tangannya
"En.. Claire..??" gumamku mendengarnya menyebut namaku
*!!*
Perlahan kuputar kepala melihat Zoker yang berdiri di sebelah kanan belakangku.
"Mmm??" responnya seolah bertanya-tanya memiringkan kepala begitu menyadari tatapan tajamku padanya
("Bisa-bisanya kau memasang muka tak bersalah seperti itu, 'ya..")
"Mmm, namamu berubah dari saat mengambil dan sesudah menyelesaikan misinya ya.." ucapnya sambil mengelus-elus janggut putihnya
"Ah tidak, sepertinya anda salah paham soal it—"
"Selamat ya." Tambahnya kembali memotong perkataanku
("Pak tua ini!!!")
*sigh*
*glek.. glek..*
Kualihkan emosi dengan kembali meneguk minumanku.
("Tahan.. jangan sampai kelepasan dan membuat masalah baru disini.")
..
"Ya, terima kasih."balasku mengiyakan
"Bisa langsung ke intinya saja apa alasanmu ingin bertemu denganku?" tanyaku mempercepat event
"Baiklah.. Eh-Ehm."
"Kau telah menyelesaikan misi yang tidak pernah bisa diselesaikan siapa pun selama 5 tahun dengan baik."
"Aku yakin kemampuanmu itu sangatlah hebat, tidak diragukan lagi dari jejak petualanganmu sejak sayembara beberapa waktu lalu—"
Dan begitu seterusnya dia bicara berputar-putar tentangku.
("Sepertinya ini akan berlangsung lama.")
("Sylph, berapa lama lagi upacaranya dimulai?")
(("Dua puluh menit lagi, tuan."))
("Tidak ada waktu lagi.")
"Terima kasih telah menyelesaikan misinya dengan membawa nama guild—"
"Maaf, pak ketua. Bukannya kami tak mau berlama-lama disini, hanya saja upacara penobatannya sebentar lagi dimulai." Potongku
"Jadi tolong langsung ke pokok pembicaraannya saja." lanjutku sesopan mungkin agar lebih cepat
"Hmm, begitu ya."
..
"Aku mau kau melakukan satu misi tingkat tinggi lagi."
"…"
Aku hanya diam tak merespon mendengarnya.
"Misi yang belum pernah ditawarkan pada siapa pun sebelumnya, karena tingkat kerahasiaannya." Jelasnya
"Bagaimana?"
*sigh*
"Tidak, aku tidak mau." Jawabku sedikit menunduk menolak permintaannya
"Kalau begitu berarti urusan kita sudah selesai dan kami akan segera pergi dari sini." Tegasku mengakhiri memberi isyarat ke Sylph agar menarik kursiku pergi
Sementara aku, Sylph dan Arliz mulai meninggalkan tempat, Zoker masih berdiri diam disana memegang erat roknya seperti menahan sesuatu di pikirannya.
*??*
"Apa yang kau lakukan, Zoker? Ayo kita pergi." Panggilku saat sudah hampir sampai ke pintu keluar
"Sebenarnya.. tuan.." ucapnya terdengar ragu
"Kita belum mendapat bayaran atas.. laporan misinya, tuan.." tambahnya seperti ketakutan
*?!*
("Benar juga, saat mereka kembali tadi mereka tidak membawa apa-apa di tangannya!")
"Berhenti Sylph."
*kngritt*
Dihentikan laju kursi rodaku yang sedang didorongnya.
"Apa ini juga bagian dari rencanamu, pak tua?" tanyaku mulai mengabaikan status
"Hei bicara yang sopan ke ketua!" teriak salah satu petualang yang ada disana
"Kembali ke meja tadi, Sylph."
"Umm."
Setelah kembali berhadapan dengannya.
"Jawab pertanyaanku." Tegasku
"Ya, aku akan menahan bayarannya sampai kau memutuskan untuk menerima misi yang tadi kutawarkan." Jawabnya terdengar sombong menggunakan kewenangannya sebagai ketua padaku
("Dimana pun mereka berada, sampah tetaplah sampah.")
..
("Sylph, tutupi seluruh bangunan ini dengan plasma tak terlihatmu dan buat senatural mungkin agar terlihat seperti sedang tutup dari luar.")
("Lalu siapkan plasma tak terlihat juga berukuran kecil di belakang leher setiap orang yang ada di dalamnya, kecuali ketua guildnya.")
(("Baik, tuan."))
Selagi dia mempersiapkan apa yang kuperintahkan, terasa tertarik pelan bajuku oleh Zoker di belakangku.
"Maaf, tuan." Ucapnya hampir tidak terdengar
"Jangan minta maaf saat kau tidak melakukan kesalahan apapun!" tegasku
Kurespon tangan Zoker yang menarik bajuku dengan menyentuhnya lembut agar dia melepaskan pegangannya.
"Kau tahu apa yang baru saja kau katakan, pak tua?"
"Apa kau merasa berkuasa dan dapat mengontrolku hanya karena aku adalah salah satu dari anggota guildmu?"
..
Dia tidak menjawab tetap terlihat tegar dengan tatapan tajamnya dari awal.
("Sudah siap?")
(("Siap, tuan."))
("Setelah kugunakan Crown-ku, hantam atau dorong dan benturkan kepala mereka pada apapun di sekitarnya sampai mereka pingsan.")
(("Dimengerti, tuan."))
Setelah siap semuanya, kupejamkan mata untuk fokus sebelum menggunakan Crown.
("Aku tidak mau dibodohi oleh orang sepertimu untuk yang kedua kalinya!")
*PUFF!!*
*Fhwuu〜 Pukk! Pukk!*
Setelah kuaktifkan Crown dan mengubah seisi guild, Sylph dengan sigap melaksanakan apa yang kuperintahkan untuk membuat semua kecuali ketua guildnya kehilangan kesadaran.
"Persiapan selesai." Ucapku bicara sendiri
Semua petualang, pelayan, dan semua orang yang ada di guild sudah tumbang.
("Sekarang saatnya— Eh tunggu.")
("Apa kau punya sesuatu yang bisa menghilangkan ingatan, Sylph? Kalau bisa yang bisa diatur sedikit banyaknya ingatan yang dihapusnya.")
(("Ada, tuan."))
("Bagus.")
Ketuanya masih terlihat tenang meski semua anggotanya tumbang tepat di depan matanya.
"Apa yang kau rencanakan? Menyerang guild di hari penobatan penerus kerajaan?" tanyanya santai
"Tidak usah banyak bicara dan berikan apa yang menjadi hak-ku, maka aku tidak akan pernah menginjakkan kakiku di tempat ini lagi." Jawabku tegas
"Kekuatan mengubah sesuatu menjadi boneka, 'ya? Tidak heran kau bisa menyelesaikan misi gila itu." Ucapnya melihat sekitar
"Baiklah kalau itu maumu, aku akan memberikan bayarannya."
("Memang begitulah seharusnya!")
"Tapi ingat, kau tidak akan bisa menolak misi ini kalau orang dengan kedudukan tertinggi di kerajaan ini yang menyuruhmu." Tambahnya memperingatkan
"Jangan bercanda." Bantahku cepat
"Untuk apa seorang raja mengurus hal remeh seperti ini."
"Sudah cukup bicaranya dan berikan bayaranku."
"Baik-baik, biar aku ambil dulu di atas." Balasnya
"Zoker, ikuti dia biar dia tidak melarikan diri."
"Baik, tuan〜���
Dan dia mulai pergi entah kemana dengan Zoker yang mengikutinya untuk mengambil bayaranku.
("Aku tahu aku sudah punya lebih dari cukup uang di kastil, tapi bukan itu masalahnya.")
("Ini masalah hak dan kewajiban!")
"Barisan depannya sudah penuh, tuan." Kata Sylph menginformasikan
"Kau lihat dengan drone?"
"Ya, tuan." Jawabnya
"Bagus, tidak masalah. Begitu selesai kita langsung bergegas kesana."
"Omong-omong, bagaimana soal alat penghapus ingatannya?" tanyaku
..
"Alat..?" balas Sylph malah bertanya-tanya
"Aku tidak pakai alat.. apapun, tuan."
"Jadi?" tanyaku lagi
"Aku akan atur langsung memorinya dengan.. sengatan listrik kecil dari tanganku, tuan."
"Apa itu cara yang sama seperti saat kau membaca pikiranku dulu?"
"Benar, tuan."
..
"Ya sudahlah apapun itu kalau dia sudah kembali membawa uangnya, hapus ingatannya setengah jam yang lalu."
"Baik, tuan."
("Dengan begini, bagian misi Frankenstein sudah selesai!")
"Ah, satu lagi. Ubah namaku yang ada di ingatannya menjadi nama asliku, bukan nama yang diubah seenaknya oleh Zoker."
"Hmm." Balasnya menggangguk pelan
Sesuai rencana, setelah dia kembali, kugunakan Crown-ku padanya dan membuatnya tak sadar seperti yang lainnya. Lalu Sylph melakukan bagiannya untuk membersihkan TKP dari bukti-bukti yang mungkin akan menyusahkan di masa depan nanti.
~~~
Ibukota kerajaan Celestial, kota Sanctuary.
"Ayo permen kapasnya! Permen kapas murah!!"
"Topeng festival! Beli 2 gratis 1!! Ayo-ayo!"
"Cemilannya tuan? Cemilan manis khas ibukota."
"Bendera kerajaan! Oleh-oleh yang hanya ada saat upacara suci! Bendera-bend—"
("Memang beginilah festival seharusnya.")
"Buah-buah!! Buah-buahan segar promo spesial penobatan paduka ratu!"
(("Uuuhh.."))
Terdengar kecil suara keluhan Sylph masuk ke kepalaku.
("Kau tidak apa-apa, Sylph?")
(("Berada di keramaian seperti ini membuatku pusing, tuan."))
(("Ditambah aku harus terus berjalan dengan kakiku, tuan."))
("Kalau sudah tidak kuat, kau istirahat saja di dalam kastil.")
("Jangan memaksakan diri, Sylph.")
"Zoker, gantian kau yang mendorongku dan kita cari gang yang sepi sebentar." Suruhku
"Tapi acaranya sudah mau dimulai, tuan."
"Sudah ikuti saja cepat!"
Karena Sylph mungkin belum terbiasa dengan suasana ibukota yang ramai, apalagi saat ada acara seperti ini. Lebih baik dia kubiarkan beristirahat di kastil di kota Tief lewat gerbang yang dibawa AI.
Dan kami mencari tempat yang agak sepi agar AI bisa memasukannya tanpa ada orang lain yang melihat prosesnya.
~~~
"Bagaimana kalau disini, tuan?" tanya Zoker
"Hmm, baiklah sepertinya tidak ada orang yang akan lewat sini." Responku setuju dengan tempat yang dipilih Zoker
*pukk pukk*
Kutepuk-tepuk pelan pipi membangunkannya yang sedang tertidur di pangkuanku.
"Sylph, kau bisa pindah sekarang." Suruhku
"Mmm.. baik, tuan."
"AI." Panggilnya
*Fwngnnggg*
Tiba-tiba AI muncul menampakkan dirinya yang sebelumnya tembus pandang terbang melayang di sekitar kami dan mengeluarkan gerbangnya.
*Ceklek— fwngnnggg*
Terbukalah gerbang yang menghubungkan dengan gerbang di dalam kastil di kota Tief.
"Istirahat yang cukup ya, Sylph." Ucapku mengelus lembut kepalanya sebelum dia masuk ke dalam
"Ya dan tunggu sebentar, tuan." Balasnya
*??*
("Tunggu??")
..
Tak lama kemudian setelah dia masuk, dia kembali keluar memberikan sesuatu padaku.
"Ini teropong milik professor, tuan."
"Teropong?" responku bertanya-tanya alasannya
("Seperti yang diharapkan dari sang professor, dia selalu punya barang-barang seperti ini.")
"Anda nanti pasti membutuhkannya.. untuk bisa melihat kastil kerajaan, tempat.. dimana penerusnya berada dari jauh." Jelasnya dengan mata lemas seperti hampir ingin pingsan
"Ah yaya, aku mengerti. Sekarang kau cepat istirahat sana."
"Baik, tuan."
Begitu dia sudah kembali ke kastil, AI menyimpan kembali gerbangnya dan kembali transparan melayang di sekitar kami.
"Baiklah, sekarang kita cari tempat yang cocok untuk melihat Leon dan penerus kerajaannya."
"Oh ya, kalian tahu ini alat apa, 'kan?" tanyaku menunjukkan teropong di tanganku
"Aku tahu." Jawab Arliz duluan
"Ya, aku juga, tuan."
"Bagus." Responku
("Berarti aku tidak perlu repot lagi menjelaskan.")
"Biasanya barang buatan si professor itu hebat-hebat dan mungkin saja teropong ini sedikit berbeda dari teropong biasanya." Gumamku melihat-lihat lagi teropongnya
"Mmm."
"Kita cari tempat yang paling dekat dengan kastil kerajaan dan lurus dengan menara tempat ratunya menunjukkan dirinya."
("Aku benar-benar penasaran dengan seperti apa orang yang menjadi penerus kerajaannya.")
~~~
Setelah beberapa lama berjalan mencari tempat yang cocok sambil sesekali berhenti membeli jajanan sebagai cemilan dan suvenir untuk dibawa maupun dipakai selama acaranya.
("Contohnya topeng berwajah panda yang sedang kugunakan saat ini, meski lebih seperti kusangkutkan di samping kepala.")
Aku memakai topeng panda, Arliz memakai topeng rubah, sedangkan Zoker memakai topeng iblis. Masing-masing kami pilih sendiri.
"Hei, bukankah ini sudah terlalu lama?" tanya seseorang
*??*
Kupasang telinga mendengarkan percakapan orang yang ada di sekeliling.
"Kau bodoh ya? Yang namanya upacara penobatan sudah pasti lama." Jawab lawan bicaranya
("Hmm, jadi jam 10 itu baru mulai proses upacaranya, 'ya..")
("Ya kalau begitu berarti kami masih sempat dan belum ketinggalan apapun.")
Selagi aku menguping pembicaraan orang, aku penasaran dengan Arliz dan Zoker yang sepertinya sedang berdamai atau semacamnya sejak masuk ke ibukota. Mereka yang biasanya berisik dan selalu berkelahi, sekarang damai seperti sedang gencatan senjata.
("Ah! Sepertinya ini tempat yang cocok.")
Kutekan rem menghentikan laju rodanya hingga membuat Zoker yang mendorong pun sadar.
"Ada apa, tuan?"
"Kita berhenti disini, sekarang menepi." Jawabku menyuruhnya ke pinggir agar tidak menghalangi orang yang masih berlalu lalang
Tempat dengan jarak pandang yang luas, jelas dan lurus dengan kastil kerajaan.
("Meski cukup jauh, dari sini kita sudah pasti bisa melihat semuanya dengan bantuan teropong.")
"Kau mau pakai duluan, Arliz? Aku pakai nanti kalau ratunya sudah menunjukkan dirinya."
"Terima kasih, tuan."
…
..
"Aaahhh… Lama seka—"
*DuduDUM!!*
*Teeeet.. teretnetneetneett..!!*
"WHOOOWW!!!"
*Ctar!! CTAR-CTAR-CTAR!!*
Suara musik kerajaan yang sangat keras dan sorakan kerumunan sekitar yang juga heboh meski kami sudah sejauh ini dari kastilnya.
"…"
Aku tidak terganggu sama sekali dengan keramaiannya dan masih diam menunggu sampai penerus kerajaannya muncul. Dan Arliz sedang fokus sudah menggunakan teropongnya.
"Bagaimana, Arliz?"
"Ya, tuan. Leon ada disana sedang.. memegang bendera kerajaan dengan gagahnya." Jawabnya dengan suara yang terdengar sedikit bergetar
("Dia tersentuh dengan apa yang dilihatnya.")
"Sekali lagi.."
*??*
"Terima kasih, tuan." Ucapnya sambil tersenyum memberikan teropongnya padaku
"Iya-iya."
("Duhh, kau ini manis sekali asalkan tersenyum seperti itu Arliz!!")
Teropong sudah di tanganku, saat aku sedang mencoba fokus menggunakan teropongnya.
*MunchMunchMunchMunch!*
*sigh*
("Suara yang membuat telingaku merasa sangat tidak nyaman.")
"Zoker!"
"Hmm?" responnya melihatku
"Tolong jangan berisik dulu, aku ingin menggunakan teropongnya."
*Munch!*
"Akhwu 'khwan swedhwang mak—"
"Telan dulu!"
*MunchMunch— glek*
"Aku 'kan sedang makan, tuan." Jawabnya
"Ya aku tahu, tapi suara kunyahanmu itu mengganggu konsentrasiku!"
"Dan juga, sudah berapa banyak kau makan, hah? Jangan makan bagiannya Sylph." Tegasku mengingatkan
"Sylph? Memang kita membelikan sesuatu untuk dia, tuan?" tanyanya polos sekali
*?!*
("Habis?") pikirku saat melihat bungkusan kosong makanan yang sudah ia habiskan sendiri dalam sekejap
"Kau ini ya..!!"
"Nanti kau carikan lagi manisan untuk Sylph!" tegasku menetapkan
"Heee.."
"Sekarang diam dan jangan lakukan apapun."
Setelah menenangkannya, kugunakan teropong dan memutar-mutar pengatur fokus lensanya.
("Sedikit lagi.. sedikit lag— bagus!")
Terlihat beberapa orang berzirah yang salah satunya seperti Leon sedang memegang bendera persis seperti yang dikatakan Arliz.
("Baguslah walikota sialan itu masih ingat denganku.")
Kupindahkan penglihatan ke menara tertinggi kastil kerajaan yang terdapat semacam teras kecil disana yang mungkin tempat keluarnya si penerus kerajaan.
("Kastilnya masih terlihat besar meski dilihat dari sini.")
("Dan sepertinya petir yang tadi pagi muncul dari situ.")
Selang beberapa lama, keluarlah sosok wanita anggun bergaun biru muda dan putih bersih dari dalam ruangan diikuti beberapa orang yang terlihat tidak asing bagiku langsung siaga di belakangnya.
("Wajahnya masih tidak terlihat dari sini.")
Kucoba mengotak-atik teropongnya sambil tetap menjaga pandangan pada sang ratu yang sepertinya saat ini sedang berpidato di depan khalayak orang banyak yang hadir di alun-alun kastil.
"Hmmm…"
Tak peduli berapa kali kuputar-putar fokusnya, tetap saja tidak bisa menjadi lebih jelas lagi.
"Sepertinya memang posisinya yang harus lebih dekat la— Eh, tombol apa ini?" gumamku bertanya-tanya sendiri menemukan sesuatu saat meraba-raba permukaan teropongnya
*click*
*Dekleg! Cekcekcekcekcek*
*?!*
Tiba-tiba teropongnya melekat sendiri dan mulai mengunci kepalaku, membuatku seperti sedang memakai kacamata besar dengan lensa tebal milik teropongnya.
"Hmm.. teropongnya kau apakan, tuan?" tanya Zoker melihat bentuk teropongnya yang berubah menyatu dengan kepalaku
"..."
"Entahlah, aku sendiri tidak tahu apa yang—"
*BhweeiiiIIITT!!*
*!!*
Sesuatu seperti telah aktif dari dalam teropongnya.
..
"WOW.."
("Barang-barang milikmu memang hebat, professor.")
Kemampuan teropongnya jadi jauh lebih efektif dan kini aku bisa melihat ratu dan semua yang ada di sekitarnya dengan jelas.
Dan dengan begini sekarang terlihat dengan jelas kalau ratunya..
("Cantik sekali..")
Rambut perak panjang, ekspresi yang terlihat lembut namun juga terasa kuat, tubuh yang ideal dengan mahkota kecil yang dikenakan dengan miring di kepalanya.
("Benar-benar sosok wanita sempurna, meski untuk kinerjanya belum dapat dinilai sekarang.")
"…"
("Tapi..")
Kumajukan tubuh ke depan seolah mencoba memperhatikan lebih dekat meski sudah cukup jelas dengan teropong yang kukenakan.
("Hmm.. bagaimana dengan orang-orang di belakangnya—")
*!!*
"Tuan??" tanya Arliz menyadari perubahan ekspresiku begitu melihat orang-orang di belakangnya
"Itu.."
*glek*
"Mereka adalah orang-orang yang dibawa oleh pak tua itu Zoker!" ujarku
"Pak tua? Ketua guild?"
"Kau ingat saat kita diberi tumpangan kereta saat mau kembali ke ibukota dari kota Tief untuk mengambil misi ke— percuma saja, aku baru ingat kalau kau tidak memperhatikannya waktu itu." Kataku menyerah menjelaskan padanya
("Manusia harimau yang dulu pernah kutabrak di kota Omnius..")
("Seorang wanita yang waktu itu wajahnya tertutup tudung, tapi sekarang menunjukkan wajahnya yang dewasa dengan rambut ponytail merah panjang.")
..
("Entah kenapa aku langsung tidak suka dengannya.")
("Dan terakhir anak.. kecil? Atau orang dewasa bertubuh pendek yang wajahnya masih tertutup oleh tudung miliknya.")
*!!*
("Oh ada satu lagi, pria dengan masker dari.. besi mungkin. Tapi wajahnya tidak asing bagi— Oh dia yang waktu itu bertemu denganku di final!")
("Ternyata dia menerima tawaran menjadi pasukan khusus kerajaan, 'ya.")
("Kalau begitu mereka berempat adalah pasukan khususnya.")
("Dan pak tua yang memberiku tumpangan dan seenaknya mengusir pasukan khusus seperti mereka pasti berada di atas mereka.")
*glek*
("Untunglah aku tidak mencari masalah dengannya.")
Selagi aku sedang asik menganalisa di dalam pikiranku sendiri, sang ratu tiba-tiba sedikit menunduk seperti sedang mengambil sesuatu di bawahnya.
"Sedang apa dia?—"
Gumamanku sampai terhenti begitu melihatnya mengeluarkan sesuatu dan menunjukkannya.
…
..
*!!!*
("Itu 'kan..")
Saat itu, tepat saat itu aku merasakan benar kalau jantungku sempat terhenti sebentar melihatnya.
..
Melihat bagian dari sesuatu yang kukenal dengan baik sampai saat ini sedang dipegang oleh sang ratu dan ditunjukkan ke orang banyak.
..
("Tidak..")
("TIDAK MUNGKIN!!")
"Zoker, Arliz, jangan bertanya apa-apa dulu."
"Bawa aku mendekat secepat dan sedekat mungkin dengan kastil kerajaan, SEKARANG!" suruhku mendadak tergesa-gesa berusaha menepis kenyataan yang ada
"Ba-Baik, tuan!"
"Baik, tuan."
"Aku yang akan buka jalannya dan kau yang dorong, Zoker." Kata Arliz sigap langsung membagi tugas
Tanpa protes, Zoker melakukan apa yang dia katakan untuk melaksanakan perintah dadakanku meski mereka tidak tahu alasannya.
*Srek— Garagaragaragaragaragaragara*
*deep inhale*
..
*exhale*
("Tenang..")
Selagi mendekat, kubuka mata kembali memastikan apa yang kulihat sebelumnya.
*!!*
("Bagaimana mungkin berubah!!")
("Itu sudah pasti bagian tubuh Gat yang terpisah dariku!")
Aku yakin semua orang yang melihatnya akan bertanya-tanya dengan tindakan tidak jelas sang ratu yang menunjukkan setengah badan boneka di hari penobatannya.
("Tapi bagiku, itu adalah pesan yang sangat jelas.")
Seolah dia memberi pesan padaku yang isinya..
(" 'Kurobane Hiro!' ")
(" 'Ini aku, Mariana Lily.")
(" 'Masih hidup dan aku ada disini..' ")
(" '..sebagai Ratu Kerajaan Celestial!' ")