Chereads / Crown: Transferred to Another World to 'Realize' My True Feeling / Chapter 27 - Chapter 27: Kemunculan Gigantic Golem

Chapter 27 - Chapter 27: Kemunculan Gigantic Golem

Para monster kini telah muncul di sisi barat, tempat berjaganya Arliz dan para petinggi kota yang sukarela menjadi prajurit dadakan demi mempertahankan kota Tief. Sedangkan Zoker berjaga ditempatnya menunggu monster tiba, aku dan Sylph sedang menyusun rencana tambahan.

Di sisi utara, tempat aku berjaga. Sekarang Sylph sedang bersamaku duduk didekat dinding untuk membahas rencana yang sudah kukatakan sebelumnya.

"Apa menurutmu semua rencanaku sudah cukup, Sylph?" tanyaku ke dia yang kini sedang duduk di pangkuanku

"Sudah cukup bila berdasarkan data yang ada, tuan."

"Tapi data dari sisi timur benar-benar tidak bisa diperhitungkan tentang.. apa yang sedang mengarah kesini, tuan." Jelasnya

"Dia benar."

"Untuk itulah aku ingin kau melakukan satu hal lagi untukku."pintaku

"Katakan saja, tuan"

"Aku pasti akan memenuhi semua perintahmu." Jawabnya

"Kau sudah melakukan semua yang kupinta dengan baik, tapi kurasa yang satu ini akan menyita energimu lebih banyak dari biasanya."

Aku sandarkan kepala ke dinding melihat ke langit luas sambil mengangkat tangan kiriku seolah mencoba meraih langit malam.

"Apa lapisan plasmamu bisa mengeluarkan cahaya yang cukup untuk penerangan kita nanti?"

"Bisa, tuan."

"Apa kau bisa membuat perangkap semacam dinding penahan yang dapat memperlambat pergerakan para monster di setiap sisi?"

"Bisa, tuan."

"Ditambah semua itu, berapa banyak yang akan kau kerjakan?"

"Tiga."

"Kau sanggup mempertahankan semuanya sambil tetap menjaga sisi selatan?"

"Tenang saja, tuan." Balasnya berputar memelukku

"Energiku telah penuh dan sudah lebih dari.. cukup untuk melakukan semua hal itu bersamaan."

"Begitu ya." Kataku mengepalkan tangan yang mencoba menggapai langit

Kuturunkan tangan kiriku langsung merangkul punggung Sylph memelukku.

"Biar kupastikan energimu penuh sepenuh-penuhnya." Ucapku mendekapnya

"Terima kasih, tuan."

Setelah selesai, dia langsung pergi ke sisi selatan tempat dia berjaga dan mengerjakan apa yang kupinta.

"Pertarungan yang sesungguhnya baru akan dimulai."

~~~

*Syuuu〜!*

*Syuu〜!!*

*Srufh.. srufh.. srufh srufh srufh..*

Beberapa monster kadal besar dari jauh menembakkan cairan asam dari mulutnya mengincarku, namun dengan mudah kuhindari.

"BROARRWRR!!" teriak orc besar mendekatiku mengayunkan pemukulnya

*DWARR!!*

"Tch.."

("Kebanyakan dari mereka adalah monster-monster yang baru kali ini kulihat selama tinggal di Hutan Terlarang..")

*Srufh*

*Boom!!!*

*Guruguruguruguruguru*

("Ternyata lebih sulit dari yang kukira..")

("Aku harus menghabisi yang menyerang dari jauh dulu..")

("..dia benar-benar menyusahkan.")

*inhale*

Kugunakan teknik pernapasan untuk mendekatinya.

*Fwoosh!!*

*puff*

"Haa!—"

*Bwugh!!*

"Gwarrghh!!!"

"Tinggal tiga la—"

Terlalu fokus pada penembaknya, membuatku lengah dengan orc yang lolos sudah hampir sampai depan gerbang.

"Sial!!"

*Boosh!*

*Bugh!! Bakk!! Bughh!!*

"Meski sudah diperlambat oleh Sylph, tetap saja membuatku kewalahan mengurus semuanya."

*Kra.. KRAWL!!*

Kali ini muncul monster terbang setelah lepas dari dinding Sylph.

*!!*

("Ha? Monster apa itu?")

("Zoker.")

(("Ya, tuan!"))

("Monster terbang bertubuh manusia dengan ukiran-ukiran bercahaya disekujur tubuhnya dan berkepala.. anjing atau kelelawar apalah itu.")

(("Maksudmu Gargoyle, tuan?"))

("Gargoyle??")

("Ya mungkin itu, dan itu ada di tempatku sekarang.") Kataku mengiyakan

(("Tidak mungkin tuan, gargoyle adalah monster penjaga setia suatu gerbang atau reruntuhan yang tidak akan pernah meninggalkan tempat yang dijaganya."))

("Ah.. berarti sesuatu yang dia jaga sudah tidak ada atau semacamnya?")

(("Ya.. mungkin begitu, tuan.")) balasnya

("Hah.. ahaha..")

(("Kau bisa menghadapinya, tuan?"))

("Yaaa, akan kuusahakan..")

("Aku hanya penasaran dengan namanya, kau fokus saja dengan bagianmu.")

(("Baik, tuan."))

Melihat jumlahnya yang cukup banyak, meski tidak sampai sepuluh. Tetap saja membuatku hampir putus asa melihatnya terbang mendekat.

("Benar-benar tipe yang paling kubenci.")

"KRAAAGHH!!"

"BERISIK MONSTER TERBANG SIALAN!!"

"HYAAAAAA!!!"

"Kraaaakk!!"

*Sruufhh〜!*

Aku lari dan langsung memanjat dinding secepat mungkin, meski sedikit menghancurkan temboknya.

("Aku harus segera menghabisi mereka sebelum yang di darat mendekat.")

*Dragh!*

"Kemari kau burung jelek!"

*Drufh*

Kutendang dindingnya melesat ke gargoyle-nya.

"WRAA!!"

"Berisik."

*puff*

Setelah kuubah, kutangkap dia langsung menaiki tubuhnya.

"Suara kalian terlalu berisiiikkk!!—"

*Srak!*

Kutarik kepalanya hingga sobek dan mengembalikannya seperti semula.

*Bwoosh!*

*Nnnnggingg*

Ukiran yang bercahaya di sayapnya langsung redup menghilang begitu kusobek kepalanya dan segera lompat ke gargoyle lainnya.

"Selanjutnya kau."

"GWRAA—"

*puff*

*Srakk!*

Begitu seterusnya kuhabisi beberapa gargoyle sebelum sempat terbang masuk ke dalam kota. Tersisa satu gargoyle berhasil masuk ke kota dan entah kenapa berhenti diatas langit kota.

"Hah.. hah.."

*Syuu〜*

*Srinnnggg*

Muncul lingkaran sihir di depannya seperti ingin mengeluarkan sesuatu dari sana.

("Gawat!")

Aku hinggap di dinding dan lanjut loncat lagi ke arahnya.

*puff*

*Fwukfwukfwukfwukfwuk*

*Draghk!*

Aku berputar-putar di udara dan langsung menendang kepalanya hingga putus.

*!!*

*Syuuuiiisshhh〜*

("Batu?!")

*puff*

Kuubah batu besarnya jadi bantal ingin menimpa para warga di bawahnya.

"AAAAA!!" teriak para warga dibawahnya

*pukk*

("Bukannya menghindar, malah berteriak.")

"Untuk yang tertimpa, keluar dari sana dan segera tinggalkan daerah sekitar dinding." Suruhku ke warga sekitar dan beberapa orang yang tertimpa bantal batunya

("Monster sihir..")

Aku lompat ke atas dinding pembatas kota dan lanjut melesat mengarah tepat ke gerombolan serigala bertanduk dibawahku.

("Sepertinya ada pihak ketiga, sama seperti saat di Omnius..")

*puff*

*BWARR!!*

Kuinjak kepala salah satu dari mereka hingga terpendam ke tanah menarik perhatian kawanannya.

("Monster lainnya yang baru kali ini kulihat.")

"Sekarang apa yang akan kalian laku—"

"Wauuuu!!"

*Bzztt.. bzzt..*

Tiba-tiba keluar percikan listrik dari sekujur tubuh mereka dan berkumpul ke tanduk di kepalanya.

*!!*

("Matanya?!")

Aku lihat ke mata orc yang masih terjebak di perangkapnya Sylph sedang berusaha lepas darinya.

"Mata orc disana normal seperti yang biasa kulihat.."

"..tapi mata serigala ini berbeda, ada seseorang yang sedang mengendalikan mereka." Kataku memastikan

*Cngiiiiingggg—*

*puff*

*Srakk*

*Srekk*

Kuhabisi mereka tanpa lama dan lanjut ke monster lain yang sudah lepas dari perangkap Sylph.

~~~

Satu jam telah berlalu, masih dalam pertempuran.

("Sylph, berapa banyak monster yang tersisa?")

(("Secara keseluruhan sekitar.. 40%, tuan."))

"Yang benar saja."

"Dari mana datangnya monster sebanyak ini coba?!" protesku sendiri

("Arliz, bagaimana keadaan disana?")

("Arliz?")

(("Ah, apa? Ada apa?"))

("Bagaimana disana?")

(("Aaa… Aku akan terus mengusahakannya, entah bagaimana.."))

("Bagaimana denganmu Zoker?")

(("Aaaaha!! Monster seperti ini bukan apa-apa bagi—"))

*Brruururururururururururgghh!!*

Tiba-tiba tanah tempat kami berpijak bergetar dahsyat.

("Gempa?!")

Baik aku maupun para monster, semuanya berhenti bergerak menjaga keseimbangannya selagi gempa.

..

(("Tuan, kau bisa mendengarku..?"))

("Ya, ada apa?")

(("Sepertinya aku tidak bisa mengatasi yang satu ini sendirian.."))

*Durururururuuu…*

Sylph memusatkan penerangannya ke golem yang baru muncul barusan hingga terlihat sedikit wujud raksasanya.

(("Tiba-tiba muncul.. golem raksasa di tempatku."))

*!!*

(("Ukurannya berkali-kali lipat dengan yang pernah kita hadapi di kastil waktu itu")) tambahnya

("Ya aku tahu..")

*Fwuuwwfhh*

("..karena aku juga bisa melihatnya dari sini.")

Aku sampai terdiam melihat betapa besar golem yang muncul di tempatnya Zoker.

("Aku harus segera membuat rencana lain karena kemunculannya.")

(("Maaf tuan.")) Kata Sylph tiba-tiba

(("Karena kelalaianku, makhluk itu tidak terdeteksi dan muncul disaat seperti ini."))

("Wajar saja kalau kau tidak bisa mendeteksinya, mungkin karena dia ada di dalam tanah.") Balasku menenangkan

"GROARR!!"

*puff*

*Buakk!!*

"Berisik." Kataku setelah memukul ogre yang maju menyerangku

("Zoker, kau bilang bisa mengatasi mereka dengan mudah 'kan?") tanyaku

(("Yaa, semua kecuali yang satu ini sih, tuan."))

("Itu sudah cukup.")

("Baiklah, semuanya dengar.")

("Perubahan rencana dadakan!") Tegasku mengumumkan

("Sylph, buat dinding plasma untuk menahan pergerakannya sebisa mungkin sekarang juga.")

(("Baik, tuan."))

("Aku, Sylph, dan Arliz akan menghadapi golem raksasa itu entah bagaimana caranya sebelum dia berhasil menembus—")

(("Golemnya mulai melangkah!")) teriak Zoker

*CRANGG!!*

*BOOMM!!!*

*ssssSSHUUUFFHH!!!*

Saking kuat getaran yang dihasilkan, aku sampai sempat terangkat sedikit oleh tanah hanya dari pijakan kakinya.

("Setiap langkahnya menghasilkan gempa.")

("Kuharap seisi kota baik-baik saja.")

(("Dia baru saja menghancurkannya, tuan.")) Kata Sylph menginformasikan

*facepalm*

"OK." Ucapku ke diri sendiri

("Dengar, Zoker akan mengambil alih ketiga sisi kot—")

(("HAAAHH!!!??")) protes Arliz sangat cepat hingga memotong perkataanku

(("Kau sudah gila ya?!"))

("Diam dan ikuti saja perintahku!")

("Kau sanggup Zoker?") tanyaku memastikan

(("Jika tuan sudah bilang seperti itu, aku bisa apa? AHAHAHAHA!!")) jawabnya terdengar sangat senang

("Tinggalkan tempatmu sekarang dan pergi ke tempatnya Sylph, kami bertiga akan kesana.")

(("BAIK."))

Dengan begini kami bertiga akan bekerja sama menghentikan golem raksasa itu.

~~~

Setelah membagi tugas pada mereka, saat ini aku sedang berdiri di depan gatenya.

*glek*

("Saking gugupnya aku sampai lupa urutan angkanya!!")

"Mmm, tebak-tebakan saja kali ya.."

("Golemnya juga sedang berhenti bergerak, sepertinya ada batasan tertentu untuknya bisa melangkah kembali.")

("Ini akan menjadi waktu bagi kami berpikir.")

"Empat."

Gate-nya merespon menunjukkan angka 4 di kristalnya.

"Aku hanya perlu menghadapinya."

"YOLO!!!!" teriakku masuk dengan mengedepankan satu tangan seperti menggapai sesuatu

[Note: YOLO adalah kependekan dari 'You Only Life Once', yang artinya adalah 'Kau Hanya Hidup Sekali'. Biasa disebutkan saat seseorang memutuskan untuk mempertaruhkan hidupnya pada sesuatu yang telah ia pilih dan ia ingin lakukan untuk terakhir kalinya.]

Tapi apa yang menungguku di sisi lain gate..

*plukk*

"Ah.."

*Boing*

("Checkmate.")

..adalah rubah dengan wajah penuh amarahnya.

"Arliz, kumohon tenang.." ucapku melepaskan tanganku dari dadanya

*tap*

Reflek dia menangkap tanganku yang ingin melarikan diri.

"Ini.. salah paham.. oke..?" lanjutku

"Haa..??"

"Aku salah menyebutkan angka saat mau masuk ke gatenya, aku benar-benar tidak bermaksud untuk—"

"Itu saja..?" balasnya

"I-Itu saja.. apanya??"

"Kata-kata terakhirmu?" lanjutnya

("Tidak ada cara lain..")

"Gor.." bisikku pelan menunduk kebawah

"Hah?"

"GOR!!" teriakku ke tanah dibawah kami

*Gururuururu*

"GOOORRR!!" teriaknya merespon panggilanku dan keluar dari tanah

"Pegangi Arliz jangan sampai le..—"

"..pas."

("Kenapa dia diam saja?!")

"Kau mungkin lupa kalau.."

"..dia juga menganggapku sebagai tuannya." Respon Arliz dengan wajah sombongnya

("Ah benar sekali, dia itu milik bersam—")

*Kriiettt*

"A-AAAA!! SAKIT-SAKIT-SAKIT-SAKIT!!"

"Kau tidak boleh meremas tangan manusia dengan tangan berlianmu itu!"

Aku terus merintih kesakitan seiring dia perlahan meremas pergelangan tanganku.

"Kita sedang dalam kondisi serius, nanti aku akan menuruti apapun yang kau mau." Bujukku

"Benarkah?" tanyanya mengencangkan pegangannya

*Kriiettt*

"A-Argghhh! Aku tidak bohong! Tidak akan bohong! Ini benar-benar sakit, nona Arliz"

(("Hei, kenapa aku tidak bisa pindah ke tempat lainnya? Apa gate-nya macet?")) kata Zoker tiba-tiba protes tentang gerbangnya

*Syuu*

*Drap!*

Arliz menarikku keluar dari gerbang ke tempatnya.

(("Kau sudah bisa menggunakannya lagi sekarang.")) balasnya

(("Eh.. Jadi kau yang membuat gate-nya macet ya, sapi rubah?!"))

(("Ya, tadi aku yang menyumbat gerbangnya.")) lanjutnya berbohong pada Zoker

Saat berkomunikasi dengan Zoker, dia masih menatap mengintimidasiku sambil menggenggam erat tanganku dengan tangan super kerasnya.

"Aku.. Aku janji padamu Ar— Gwryaaa!!!"

*puff*

Terpaksa aku ubah Arliz jadi bentuk boneka rubahnya.

"Aku pegang janjimu… Tuan yang Mesum." Ucapnya masih terasa mencekam meski dalam bentuk kecilnya

("Gila.")

("Rasanya tanganku hampir remuk diremas dia.")

"Apapun untukmu, nona Arliz." Balasku memastikan tanganku

("Sekarang aku punya hutang pada setiap servant, dan satu calon servant-ku.")

"Tapi kita harus melakukan sesuatu dulu pada golem raksasa disana." Lanjutku mengangkatnya dalam pelukanku

(("Tuan.")) Panggil Sylph

("Ya, kami kesana sekarang.")

….

"Arliz, berapa angka ke tempatnya Zoker?"

"Dua."

Aku bersama Arliz yang kugendong masuk ke dalam gerbang menyusul Sylph yang sudah menunggu duluan di tempatnya Zoker.

~~~

*step*

Kami sudah pindah ke tempat dimana golem raksasa itu berada.

*Sreng!*

*Srang!*

*Zrebb!*

Aku dan Arliz hanya diam seribu bahasa melihat bagaimana Sylph yang hanya terlihat berdiam diri di atas plasmanya yang transparan, menghabisi semua monster yang mencoba mendekat ke dinding plasmanya yang seketika langsung berubah menjadi tombak besar yang menusuk hingga menembus tubuh mereka.

Dia melirik ke belakang menyadari kedatangan kami, sedangkan plasmanya tetap menyerang seakan punya pikiran sendiri.

"Kerja bagus, Sylph." Ucapku memegang pundaknya menghampiri

*syuu〜*

*pluk*

Aku hanya diam melihat telapak tanganku yang diangkatnya sendiri dan dipindahkan dari pundak ke atas kepalanya.

"Bukankah raksasa itu terlalu besar untuk ukuran golem?" tanyaku melihat kaki golem yang mungkin seukuran penginapannya Arliz

"Mmm.." balasnya menggeleng

"Aku tidak memiliki jawaban dari pertanyaanmu itu, tuan."

("Memang aku mengatakan kalau kami bertiga akan melawannya, tapi bagaimana..?")

Sementara Arliz yang masih kugendong dengan satu tangan.

"Mau sampai kapan kau membiarkanku tetap jadi boneka dan memelukku seperti ini?"

"Sampai semua ini selesai." Balasku datar tanpa berpikir panjang

"CEPAT TURUNKAN AKU SEKARANG!" protesnya memberontak dari pelukanku

"Iya-iya sabar." Balasku menuruti dan mengembalikannya jadi manusia

*puff*

"Sekarang bagaimana rencananya?" tanya Arliz

"Rencana apa?" balasku memancing

"Ha??"

("Tch, responnya kurang asik.")

"Yaaa, pada awalnya aku sempat berpikir bisa mengalahkannya dengan cara yang sama seperti kita mengalahkan golem yang di labirin kastil waktu itu."

..

"Jadi sana kau masuk ke dalam dan cari intinya." Suruhku

"Kau yakin cara yang sama akan berhasil?" tanyanya ragu

"Memangnya kau ada ide lain? Sudah lakukan saja jangan banyak protes."

"Aku akan membuka jalan melindungimu dari monster-monster yang mendekat." Lanjutku bersiap untuk lari

"Kau buka lapisan plasmanya saat kusuruh ya, Sylph."

"Baik, tuan."

Rencana sudah ditentukan, saatnya beraksi.

"Ayo Arliz!" ajakku berlari membuka jalan untuknya

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

Saat sudah dekat dengan lapisan plasmanya.

"Sylph!!" teriakku memberi tanda

(("Lewati saja satu yang tepat berada di depan kalian, tuan."))

("Ditabrak saja?")

(("Iya."))

("Baiklah, aku percaya pada—")

*chluwwlk.. —plekk!*

Plasma yang kulewati tiba-tiba menempel dan secara transparan melapisi seluruh tubuhku dan juga Arliz yang jadi berwarna ungu dan bercahaya.

"AAAAPA INI?!" Protes Arliz merasa geli dengan plasma yang melapisinya

(("Itu akan melapisi tubuh kalian seperti armor sementara yang akan menahan sedikit serangan dari luar, dan juga penanda lokasi kalian dengan cahaya yang dipancarkannya.")) Jelas Sylph

*Bwwiingg*

("WOW!! Glow in the dark!") pikirku heboh sendiri dengan kemampuan lain dari plasmanya

*Woossh!!*

*Dap!*

Aku melesat melompat tinggi masuk lebih dulu kekumpulan monsternya dan membuka jalan untuk Arliz.

*Bugh! Bakk! Buaghh!!*

Aku habisi setiap monster yang menghalangi jalan menuju golem raksasanya, dibantu armor dari Sylph yang mempercepat pergerakanku. Dengan mudah Arliz tinggal berlari mengikutiku dari belakang.

*Bwuushh!*

("Rasanya tubuhku jadi lebih ringan setelah dilapisi armor plasma ini.")

~~~

Tak butuh waktu lama bagi kami untuk sampai dan naik ke atas telapak kakinya si golem raksasa.

"Cepat masuk dan periksa lokasi intinya." Suruhku

"Berisik!"

*inhale*

Dia mengambil nafas dalam-dalam sebelum menggunakan Crown-nya, dan mempersiapkan diri melihat bagian dalam tubuh golem raksasa yang akan dia jelajahi.

"Yosh!" Ucapnya mengangkat kedua tangannya yang mengepal tanda sudah siap

*tap*

Dia pegang permukaan kakinya dengan kedua tangannya.

*Srelelelelek*

Dan perlahan tangannya berubah bentuk serta warna seperti golemnya lalu melangkah masuk ke dalam tubuhnya.

("Sebenarnya dia sendirian sudah cukup untuk pergi memeriksa inti golemnya..")

("Tapi tetap saja aku khawatir kalau terjadi hal yang tidak diinginkan lainnya.")

"Gwraaaarrrggghhh!!!"

*Darrghh!! Darrghh!! Darrghh!!*

Suara teriakan berbagai monster yang mungkin tidak bisa naik menyerangku di atas telapak kaki golem, mereka malah melepaskan serangannya pada si golem besar ini.

"Hah! Dasar payah, ayo lompat sini kalau bisa!"

*Cyuuhh!*

*!!*

*Dap!*

*Bszzsshhh..*

Aku reflek menjauh dari tepi menghindari asam yang dikeluarkan monster merayap di bawah.

"Apa jarak serangnya memang sependek itu?"

Aku bertanya-tanya dengan serangannya yang biasanya bisa lebih jauh dan juga mulai merasa aneh dengan tingkah para monster yang seperti mengabaikanku.

*??*

("Sylph, bagaimana caranya memfokuskan cahaya dari armor plasma ini?") tanyaku lewat telepati

(("Itu aku yang mengaturnya, tuan."))

(("Cahayanya ingin difokuskan ke bagian mana, tuan?"))

("Mmm, kedua telapak tanganku.") balasku

*Nnnggiiiiiinnngg*

"WOW!!" teriakku puas melihat kedua telapak tanganku yang langsung menyala terang seperti menembakkan beam

("Mirip salah satu pahlawan super dengan jantung mesin yang keren itu.")

Aku arahkan tanganku ke sisi lain pinggiran kaki golemnya.

*!!*

Kulihat terangi sekeliling telapak kaki besarnya yang dikelilingi monster-monster lain juga sedang menyerangnya.

("Begitu ya..")

("Sejak awal kami tiba disini, mereka memang tidak mengincar kami.")

"Gwraaaarrrggghhh!!!"

*Darrghh!! Darrghh!! Darrghh!!*

"Mereka menyerang golemnya, meski sebenarnya tidak ada efeknya sama sekali." Ucapku bicara sendiri

"Toon..." Panggil Arliz hampir tidak terdengar dari dalam tubuh golem

("Suara Arliz?")

"Arliz?" panggilku mendekatkan telingaku ke tempat dimana dia masuk sebelumnya

("Kenapa suaranya terdengar lemas sekali?")

"Kau tidak apa-apa?"

"Bagaikan melihat bintang di angkasa."

("Bintang?")

"Kita tidak akan bisa mengalahkan yang satu ini."

"Karena jumlah inti di dalam tubuhnya.."

"..tidak terhingga." Ujarnya

*?!*

"Tidak mungkin."

"Apa maksudmu tidak terhingga? Hal itu tidak mungkin—"

"Aku baru ingat sekarang." Potongnya

"Ada cerita lama yang mengatakan kalau dulu salah seorang Dewa mengutus sebuah makhluk dan benda surgawi dari kahyangan ke bumi untuk menjaga keseimbangan monster di Hutan Terlarang agar mereka tetap berada di tempat mereka seharusnya." Ujarnya menjelaskan

("Makhluk surgawi?? Dan juga Berlin itu ternyata bukan satu-satunya dewa di dunia ini.")

"Arliz, tidak ada yang bisa kau lakukan disana, lebih baik keluar sekarang juga." Suruhku

"Ah, baik."

*Srrrrrakk*

*Bakk!*

Arliz berhasil keluar dari dalam golem raksasanya, tapi langsung terjatuh lemas.

"Arliz!" teriakku melihatnya yang langsung jatuh terkapar setelah keluar

"Tenang.. hahh.. aku masih.. hahh.. hidup kok." Ucapnya terengah-engah

Melihat kondisinya yang seperti itu, aku langsung menopangnya bangun dengan pundakku.

"Bisa jalan tidak?" tanyaku memastikan

"Hahh.. hahh…" balasnya terengah-engah mengatur napas

Tanpa menunggu jawaban darinya, langsung kuangkat dia dan menggendongnya di punggungku bersiap kembali ke tempat Sylph.

*Boing*

("Euuhh.. enyahlah pikiran kotor! Sekarang bukan waktunya bagimu muncul disaat-saat seperti ini.")

"Monster-monster yang disini memang menyerang golem ini dan tidak mengincar kita, tapi tetap saja.."

"Pegangan yang erat, Arliz."

*Dash!*

Aku lompat turun dan berlari melewati berbagai monster dengan melangkahi dan menginjak tubuh mereka agar lebih cepat.

*Dap-dap-dap-dap-dap-dap-dap!!*

(("Lewati saja seperti sebelumnya, tuan.")) Pesannya saat kami sudah dekat dengan plasmanya

*chluwwlk*

Kali ini plasma yang menempel di tubuh kami terlepas kembali ke menyatu dengan yang lainnya. Setelah masuk, aku langsung menghampiri Sylph dan menurunkan Arliz di dekatnya.

"Kau sudah tidak bisa bertarung lagi, tunggu disini dan beristirahat—"

"Tunggu." Potongnya memegang tanganku mencegahku pergi

"Golem itu.. dia hanya ingin sesuatu yang telah kita ambil darinya.. agar dikembalikan padanya.."

"Iya, tapi ap—"

*!!*

Aku teringat tersadar sendiri dengan perkataan Arliz.

"Kastilnya." Kataku menyadari sesuatu yang diinginkan oleh golem raksasa itu

"Ya, kita telah mengambil sesuatu darinya.."

"Dan itu ada di dalam Kastil Frankenstein." Jelasnya

Setelah tahu kalau ada sesuatu yang diinginkan golem raksasa itu ada di kastil, segera kutanyakan hal itu pada penghuni aslinya.

"Sylph, kau dengar pembicaraan kami, ka—"

"Pegangan, tuan." Potongnya memperingati

*BOOMM!!!*

*ssssSSHUUUFFHH!!!*

Tiba-tiba golemnya mulai melangkah lagi menggetarkan seluruh tempat sama seperti sebelumnya.

("Duh..")

("Langkah kakinya benar-benar merepotkan.")

"Kau tahu sesuatu tentang golem raksasa ini, seperti yang Arliz barusan katakan?" tanyaku kembali

"Tidak, aku tidak tahu apapun tentangnya, tuan." Balasnya tetap menatap kedepan fokus mengendalikan semua plasma yang dia sebar ke seluruh tempat

"Hmm.."

("Bagaimana caranya mengetahui benda apa yang sebenarnya diinginkan golem raksasa ini kalau penghuni asli kastilnya saja tidak tahu.")

("Apa harus kucoba hancurkan saja setiap inti di tubuhnya satu persatu? Dengan jumlahnya yang sangat banyak?")

("Atau— Ahh!!!")

("Tidak ada waktu untuk ragu.")

"Tidak ada pilihan lain selain mencoba semua kemungkinan." Kataku menyemangati diri sendiri

"Sylph, bisakah kau melapisi tubuh golemnya dengan plasma dan menghancurkan setiap inti di tubuhnya?"

"Itu.. tidak mungkin, tuan." Balasnya

"Meski aku melepas semua plasma yang kusebar dan mengumpulkannya.. sekalipun, tidak akan cukup untuk melapisi seluruh tubuhnya."

"Begitu ya.." responku langsung berpikir mencari jalan keluar lainnya

("Status tim kami saat inipun sangat tidak memungkinkan untuk bekerja sama.")

("Arliz yang sudah tidak bisa bertarung lagi..")

("Zoker yang sudah sibuk mengurus serangan monster dari tiga arah..")

("Hanya Sylph-lah saat ini, satu-satunya yang bisa kuajak bekerja sama.")

Aku melihat tubuh besarnya yang sangat tinggi sekali lagi memastikan satu-satunya ide gila yang tersisa terbesit dibenakku untuk mengalahkannya.

("Aku hanya perlu melakukan apa yang biasanya kulakukan, dan juga percaya padanya.")

"Sylph, apa kau percaya dengan keputusanku? Ide-ide serta rencana gilaku untuk mengalahkannya?"

"Tentu saja, tuan." Jawabnya langsung tanpa ragu

"Apapun keputusanmu, itu pasti adalah pilihan terbaik yang.. tidak akan pernah terpikirkan oleh setengah robot sepertiku." Tambahnya

*inhale*

Kuambil nafas panjang menenangkan diri setelah terangkatnya beban serta keraguan yang menghinggapi pundakku setelah mendengar jawaban darinya.

"Kalau begitu, terima kasih."

*Dap.. dap..*

Aku maju beberapa langkah memantapkan diri bersiap menghadapinya.

("Meskipun nanti aku gagal, sekarang aku sudah tidak punya penyesalan lagi.")

Untuk sekarang aku harus sepenuhnya fokus memberikan semua yang kumiliki pada apa yang ada di hadapanku saat ini.