Malam yang dingin selama perjalanan, kini sudah mulai terasa berkurang. Dan kegelapan malam pun perlahan berganti dengan kilauan cahaya matahari yang mengintip dari balik pegunungan menyinari hutan menandakan fajar telah tiba.
"Dan disini aku.."
*dap.. dap.. dap..*
".. terjaga sendirian menggendong, menyeret, dan menuntun mereka bertiga." Kataku bicara sendiri seperti seorang narator yang menjelaskan keadaanku sendiri
"Sylph masih menempel padaku seperti koala.."
"Zoker yang hebat karena bisa tertidur pulas sambil kuseret tudung jubahku yang dipakainya sepanjang jalan seperti mayat.."
"Dan yang paling menakjubkan, Arliz yang bisa tidur sambil berjalan dituntun berpegangan denganku!"
Aku terus berbicara sendiri untuk menghilangkan rasa kantuk dan bosan yang menyerang.
"Aaaaaaaaku ingiiiiin… segeeeraa kembaliii.. ke duuuuniiiaa aasaaaalkuuu ♪〜"
"Oouwoooohh ♪〜"
Aku bernyanyi lepas sendirian di tengah hutan yang sepi.
"Ahh.. Tidak kusangka rasa kantuk bisa membuatku jadi aneh seperti ini." Keluhku sendiri
("Sebisa mungkin aku tidak ingin membuang waktu untuk beristirahat di tempat seperti ini.")
("Meski sendirian, aku akan terus melangkah maju..")
"KEDEPAANNN!! ♪〜" teriakku melihat ke langit
*Hosh.. Hosh..*
"Langkahku mulai beraaat ♪〜"
"Mataku pun mulai terasa beraaatt ♪〜"
Aku terus-menerus mengeluh dan bernyanyi tidak jelas sendirian sampai kami tiba di dekat kota.
~~~
"Hoamm〜.."
Aku sampai tidak tahu sudah berapa lama dan sudah sampai mana aku berjalan, yang penting aku terus berjalan mengikuti rute kami sebelumnya.
("Aku lelah..")
("Dan juga mulutku pegal setelah berjam-jam mengoceh dan bernyanyi sendirian.")
Aku jalan ke pohon terdekat disana. Kuturunkan Sylph dari badanku, melepas Zoker membiarkan mereka tidur bersebelahan dengannya di rerumputan, dan memindahkan genggaman Arliz ke batang pohon membiarkannya tetap tidur berdiri disana.
*Bruk!*
Aku lemaskan seluruh badanku dan beristirahat menyandarkan kepalaku ke pohon sebentar.
("5 menit..")
("Aku akan lanjut jalan lagi setelah istirahat 5 menit…")
Kupejamkan mata menikmati hangat pancaran matahari pagi yang dengan lembut mengelus pipi.
~~~
『"..ke duuuuniiiaa aasaaaalkuuu♪〜...." 』
『"Oouwoooohh♪〜" 』
("Nyanyian aneh siapa sih itu??")
Aku coba tidur kembali mengabaikan suara berisiknya.
("Tapi.. kedengarannya agak familiar denganku ya..")
("Ahh..")
Kuelus-eluskan wajahku ke bantal.
("Akhirnya bisa tidur dengan nyaman seperti ini.. disini.. dengan bantal dan kasur yang empuk…")
…
..
("Bantal?? Bukannya tadi aku lagi tidur bersandar di—")
『"KEDEPAANNN!! ♪〜" 』
*!!*
"UWAAAAAAA!!!!" teriakku bangun tiba-tiba
"AAAAAA!!!"
Zoker berteriak kaget mendengar teriakanku yang tiba-tiba terbangun dari tidur.
…
"Aaaaa.." teriak Slyph datar mencoba meniru Zoker
"Su-Su-Su-Su-Su-Suara itu.." Ucapku tergagap-gagap
"Bukankah itu suara nyanyianku semalam?!"
"Mhoo, jangan mengagetkan kami seperti itu dong tuan." Balas Zoker dengan santai
Mereka sedang duduk di lantai di sekitar box AI.
"Jawab pertanyaanku."
"Bagaimana kalian bisa mendapatkan suara nyanyianku semalam?" tanyaku panik sendiri
"Oh!! Ternyata benar ini suaramu ya, tuan!!" Jawab Zoker semangat
"Kyaa!! Benar-benar terdengar seperti nyanyian surgaw—"
"Kami mendapatkannya dari data rekaman AI." Potong Sylph menjawabnya
"Euhhh!! Sudah berapa kali kukatakan padamu! Jangan memotong saat aku sedang bicara!" Protes Zoker kesal ke Sylph
"Rekaman?" balasku
"Ya, dia merekam semua nyanyian dan keluhanmu semalam, tuan." Lanjutnya
"Hei! Jangan mengabaikanku!" bentak Zoker lagi kesal tidak dihiraukan Sylph
"Semua.." Ucapku terdiam sendiri setelah mengetahuinya
("Aku benar-benar lupa dengannya…")
("Oh iya.. tempat ini..")
Aku baru sadar kalau saat ini kami sudah kembali ke penginapan tempatnya Arliz.
"Sejak kapan ak— kita sampai kesini?" tanyaku
*Darr!*
Di tengah percakapan kami, tiba-tiba seseorang membanting pintu masuk kedalam.
"Sejak kau membiarkan Arliz tidur berdiri!" bentak Leon yang masuk tiba-tiba
"Segera keluar, kalian dipanggil Arliz dibawah." Lanjutnya langsung keluar lagi
…
("Setidaknya tutup pintunya dulu, rubah.")
"Kalian turun saja duluan, aku ingin ke kamar kecil dulu." Suruhku bangun dari tempat tidur
"Baik, tuan."
Kamipun keluar kamar setelah mendengarnya apa yang dikatakan Leon.
"Dan Sylph, gunakan kakimu untuk berjalan." Kataku mengingatkan
"Umu." Balasnya mengangguk
("Sepertinya ada hal merepotkan lainnya yang sudah menunggu.")
~~~
Di lantai satu, di depan ruang pertemuan.
Aku berjalan menghampiri Zoker dan Sylph sedang berdiri diluar ruangannya.
"Kenapa kalian belum masuk?" tanyaku
"K-Kami memutuskan untuk menunggumu dulu, tuan." Jawab Zoker
"Kalau begitu, ayo masuk." Ajakku membuka pintunya
*Ceklek*
Kami masuk ke dalam ruangannya.
Ruang pertemuannya lumayan besar, dengan meja besar di tengah ruangan disertai beberapa kursi mengelilingi disekitarnya.
Arliz terlihat seperti sedang berpikir keras memperhatikan map besar yang hampir menutupi seisi meja.
("Ah… masalah baru.")
Setelah beberapa langkah masuk, Arliz menyadari kehadiranku.
"Silahkan duduk, Toon." Ucapnya mempersilahkanku
Aku mengangguk dan duduk di satu kursi yang tersisa, sedangkan Zoker dan Sylph malah tetap berdiri menemani dibelakangku.
"Karena Toon baru saja datang dan belum tahu situasinya, tolong jelaskan sekali lagi Octo." Suruh Arliz pada seseorang di sebelahnya
"Baik." Jawabnya
Aku lihat sekeliling memperhatikan setiap orang yang hadir.
("Mereka semua, pastilah orang-orang penting di kota ini.")
("Ada beberapa wajah yang kukenal saat pertama kali datang ke kota ini, berarti benar dugaanku kalau Arliz adalah pemimpin kota ini.")
("Tapi kenapa dia berusaha menyembunyikan faktanya?")
"Tadi malam, tepatnya jam 3 pagi." Ucapnya mulai menjelaskan membaca kertas di tangannya
"Pos penjaga yang berada di sebelah utara, melaporkan bahwa banyak monster kelas atas di Hutan Terlarang yang secara tiba-tiba meninggalkan sarangnya."
"Mereka semua berkumpul dan perlahan sedang menuju pada sesuatu di arah timur hutan."
"Dengan kata lain, mereka sedang mengarah kesini."
"Kota Tief." Katanya mengakhiri menaruh kertasnya
("Gawat, aku harus segera meninggalkan kota ini.")
"Dan sekedar informasi tambahan, sejak munculnya laporan ini, kami tidak bisa menghubungi pos yang berjaga di sisi timur." Tambahnya sambil membenarkan kacamatanya
"Jadi seperti itulah keadaannya." Ucap Arliz melirik ke arahku sebentar
("Hoi, jangan melihatku seolah memberi kode yang terlalu jelas seperti itu.")
"Kota ini sedang dalam bahaya, kita masih belum tahu jumlah monster yang sedang mengarah kesini." Jelas Arliz ke semuanya
*Sset*
Aku mengangkat tangan ingin mengutarakan pendapat. Dan semua perhatian orang tertuju padaku.
("Aku lelah.")
("Aku sedang tidak mau bertarung dulu, apapun alasannya.")
"Dan.. kenapa orang luar sepertiku diajak dalam pertemuan penting seperti ini?" tanyaku pura-pura tidak mengerti
"Ah itu karena, .. —"
"Bukankah kalau hanya untuk mengatasi monster dari hutan terlarang, kalian punya pasukan yang cukup kuat?" tanyaku lagi memojokkan memotong jawaban Arliz
"Seharusnya petualang sepertiku tidak ada hubungannya dengan apapun yang berkaitan dengan kota manapun yang kusanggahi."
"HEI! JAGA BICARAMU!" bentak Leon berdiri menyela perkataanku
*Sset*
Arliz mengangkat tangannya memintanya untuk diam.
"Leon, duduk." Suruh Arliz
Seperti tidak terima, Leon tetap menurutinya untuk duduk kembali. Setelah itu Arliz bangun dari kursinya dan berjalan menghampiriku.
Semuanya melihat ke Arliz, dan dia tetap tegap menghampiriku. Saat sudah tepat di depanku..
*Bow*
..dia menundukkan kepalanya padaku.
"Kumohon, tolong bantu kami."pintanya masih dalam posisi menunduknya
*!!*
"K-Kau tidak perlu sampai melakukan itu, Nona Arliz!" Ucap salah seorang yang diruangan
"Angkat kepalamu, Nona!"
Semua petinggi kota langsung berdiri meminta Arliz agar mengangkat kepalanya.
Aku hanya diam memperhatikan sikapnya yang menurutku berlebihan untuk seorang pemimpin suatu wilayah, memohon pada orang yang belum lama dikenalnya sampai merendahkan dirinya seperti ini. Dia tetap menunduk mengabaikan orang-orang yang meminta dia untuk mengangkat kepalanya.
"Cukup Arliz, kita tidak butuh bantuan dari orang seperti dia!" bentak Leon menunjukku
…
Situasi jadi hening setelah Leon membentak seperti itu.
"Lalu apa yang mau kau lakukan?" kata Arliz masih menunduk
Masih tetap menunduk, perlahan dia melihat tajam ke Leon.
"Kau mau membatalkan undangan dari ibukota dan membantu disini? Begitu maumu?" lanjutnya mengintimidasinya
"Kita tidak boleh mengabaikan kesempatan langka seperti ini, JIKA KITA MAU DIAKUI OLEH KERAJAAN!!" teriaknya keras menunduk
("Sebenarnya aku penasaran dengan bagian undangan dan pengakuan dari kerajaan, tapi sekarang bukan saat yang tepat untuk menanyakannya.")
"Tapi bukankah mempertahankan kota itu lebih penting daripada dapat sekadar pengakuan?! Untuk apa diakui kerajaan kalau kota tempat kita tinggal dihancurkan oleh para monster-monster itu!" balas Leon malah berdebat dengannya
"Memang benar, situasi ini benar-benar membuatku sakit kepala hanya dengan memikirkannya.." Balas Arliz menghampiri Leon
"Tapi saat ini kita bisa mendapatkan keduanya!"
("Dan rapat penting tentang mempertahankan kota, kini berubah jadi medan perang antar dua rubah bersaudara.")
("Aku yang tadinya dibicarakan, sekarang malah jadi pemeran pembantu yang terabaikan bersama semua yang ada diruangan ini diantara perdebatan mereka berdua.")
"Kalau tidak.."
"MANA MAU AKU MENUNDUKKAN KEPALA PADA ORANG MESUM ITU!!" teriak Arliz masih menghadap ke Leon menunjukku
("OI! Jangan menunjukku sebagai orang mesum di depan semua bawahanmu!")
("Sudah cukup, aku akan kel—")
"Tapi…" Ucap Arliz melanjutkan perkataannya
"Sebenarnya dia itu orang yang baik.."
("Wahh.. sekarang dia mengakuinya.")
"Tapi sayangnya mesum." Lanjutnya
("Tolong jangan menyanjung orang lain kalau kau akan langsung menjatuhkannya lagi.")
Selagi mereka asik berdebat, aku berjalan ke pintu keluar.
"Ayo Zoker, Sylp—"
*Grab*
Tiba-tiba Arliz menarik tanganku menahan agar tidak pergi.
"Dan.. dia.." ucap Arliz dengan wajah yang merah padam melihatku
("Apa dia mabuk lagi?")
"Dialah orang yang mengambil.. pertama kalinya bagiku.." lanjutnya mengucapkannya dengan malu-malu
…
..
"He.. HEEEEEE?!?!?!?!"
Kompak semuanya berteriak kaget mendengar pengakuannya barusan, termasuk diriku sendiri.
("D-D-D-Dia lebih gila dari Zoker.")
"Mho! Tuan! Padahal kau sudah punya servant yang masih tersegel sepertiku! Kenapa kau malah melakukannya dengan si sapi rubah?!" protes Zoker
"Kau jangan memperburuk keadaan!" bentakku
"Kalau segelku tidak akan bisa dibuka, tuan." Jelas Sylph ikutan
"Iya, iya.. kau tolong diam sebentar ya.."
『"Professor." 』 Panggil AI
"Apa?! Kau mau bilang apa?! Dan sejak kapan kau ada disini?!"
『"Aku sudah merekamnya." 』
*Tiit*
Sebuah suara muncul dari box AI.
『"Dialah orang yang mengambil.. pertama kaliku.." 』
"HWAAA!!! KENAPA KAU SELALU MEREKAM SAAT-SAAT MEMALUKANKU!!" teriakku histeris
Tiba-tiba aku merasakan hawa membunuh yang kuat dari belakangnya Arliz.
"Sepertinya, sebelum kita membasmi monster yang akan menyerang.." Ucap Leon langsung mengeluarkan katananya
"Kita harus membasmi yang satu ini terlebih dulu." Lanjutnya dengan tatapan penuh amarah
"Arghhh!!" teriakku kesal sendiri
*Puff..puff..puff..puff..puff..puff..*
Aku ubah seisi ruangan dengan Crown-ku agar mereka bisa diam, hanya Zoker dan Sylph yang masih normal.
"Dengar, aku ini masih.. —"
*Glek*
"AKU INI MASIH BELUM PERNAH MELAKUKANNYA DENGAN SIAPAPUN!" teriakku meluruskan kesalahpahaman
("Memalukan sekali mengatakan hal seperti itu di depan orang banyak.")
"Dan kau!" Tegasku ke Arliz
Saat kulihat dia dalam bentuk bonekanya, aku terdiam sebentar karena bentuknya yang terlalu imut.
("Duh, jadi gak tega marahinnya.")
"Apa yang kau maksud dengan pertama kalimu denganku?" tanyaku lebih lembut dari sebelumnya
"Ano.. Itu.. saat aku tidur bersandar di lenganmu." Jawabnya
("Tuh, kan!")
"Itu adalah pertama kalinya bagiku untuk bersandar pada seorang pria."
"Kalian sudah dengar, 'kan?!" Tegasku pada yang lain
"Lain kali, jangan gunakan kata yang bisa membuat orang lain salah paham." Tegasku mengingatkannya
"Mmm.." balasnya mengangguk dengan imut
("Bahaya.. perasaan ini sama seperti saat aku pertama kalinya melihat matanya Zoker.")
Dengan bentuk Arliz yang semanis ini, aku penasaran dengan rubah yang satunya dan melihatnya.
*Jeng!*
("Sebenarnya aku sudah pernah melihatnya, tapi..")
("Tubuh besar seperti campuran antara beruang dan rubah, berotot, mukanya yang garang.. benar-benar mirip dengan Black saat kuubah jadi boneka.")
Aku langsung mengalihkan pandangan setelah melihatnya.
"OI! Aku tidak tahu apa yang kau pikirkan saat melihatku barusan, tapi entah kenapa sekarang aku merasa sangat kesal!"
("Aku.. tidak ingin melepaskan boneka rubah imut yang satu ini.")
Aku angkat dia dan menunjukkannya ke Zoker.
"Zoker, apa yang kau pikirkan saat melihatnya?" tanyaku semangat
"Tch, tidak ada satupun yang menarik dari campuran sapi rubah sepertinya." Balasnya
"Aku bertanya pada Zoker yang asli! Bukan padamu! Cepat bertukar!" suruhku
Setelah dia bertukar.
"Mmm, menurutku Arliz yang seperti ini sangatlah imut, tuan." Jawabnya
"Hmm, baguslah kalau kau mengerti." Kataku mengangguk pelan menurunkannya
*!!*
("Aku dapat ide.")
"Ehem, semuanya sudah tenang, kan?" tanyaku memastikan
"Aku akan menerima ajakan Arliz untuk membantu kota ini."
"Hwaa.." respon Arliz terlihat sangat senang dalam bentuk bonekanya
"Dengan syarat, setelah berhasil mempertahankan kota.. —"
Aku terdiam memikirkan hal yang akan terjadi kalau aku mengatakan langsung apa yang kumau dari mulutku sendiri.
"Karena ini adalah keputusan yang penting, izinkan kami diskusi sebentar diluar."
Kuturunkan Arliz dan lanjut menarik tangan Sylph dan Zoker keluar.
*Krett*
"5 men— eh tidak, 3 menit." Kataku sebelum menutup pintunya
*Darr*
"Jangan kaget, ya." Ucapku mengingatkan
"Mmm."
Mereka hanya mengangguk mengiyakan.
"Dengar, aku berencana menjadikan Arliz sebagai servant-ku." Bisikku memberitahu mereka
"Ap—"
"Ssshh.." responku sigap menutup mulutnya Zoker
("Bagus, Sylph tetap tenang mengikuti apa yang kusuruh.")
"Aku mau menjadikannya servant sebagai ganti habis membantu mereka mempertahankan kotanya, tapi aku tidak ingin aku sendiri yang bilang ke Arliz." Jelasku
"Apalagi didepan Leon dan yang lainnya."
"Jadi Zoker, kau yang akan mengatakan pada Arliz apa yang barusan kubilang padamu."
"Bisa?" tanyaku
"B-Baik, tuan." Balasnya semangat
"Baiklah, ayo kita ma—"
"Apaaa??" Ucap Sylph datar dan tiba-tiba memotong
"TELAT!" responku langsung teriak
"Sshh.. tuan.. sshh…"
Malah mereka yang mengingatkanku yang kelepasan teriak.
"Maaf.. maaf.." kataku
*Krett*
Setelah diskusi, kami masuk lagi ke dalam.
"Ehemm, jadi—"
*Darr!*
Suara berisik pintu menutup mengagetkan hingga menghentikan perkataanku.
("Pintu sialan.")
"Jadi setelah diskusi, servant-ku yang satu ini akan melanjutkan perkataanku yang tadi tertunda." Kataku mempersilahkan Zoker
"Ah, anu.. e-eto.."
Meski hanya diperhatikan oleh banyak boneka, dia tetap saja gugup. Saking gugupnya aku jadi ragu dia akan mengatakan yang tadi dibicarakan dengan benar.
Kudekati dia membisik disebelahnya.
"Tenang saja, mereka semua hanya boneka." Bisikku mencoba menenangkannya
"Baik." Balasnya melihatku sedikit lebih percaya diri
"S-S-Sebagai bayaran telah membantu mempertahankan kota.."
…
"Hump… Hah.."
Dia menghela napas sebelum ke intinya.
"A-Aku.."
"TUANKU INGIN MENJADIKAN ARLIZ SEBAGAI SERVANT-NYA!" tegasnya dengan lantang
("Ah.. percuma, dia terlalu polos untuk bisa berbohong dan malah langsung ke intinya.")
"E-E-EEHH!!" heboh dia panik sendiri menyadari kesalahannya
"Hwaa…. M-Maaf tuan! Aku malah mengacaukannya." Ucapnya minta maaf padaku
"Sudah tidak apa-apa, salahku yang sudah menyuruhmu melakukan hal seperti itu." Balasku
"S-Servant?? Aku akan menjadi servant-mu?" balas Arliz bertanya-tanya
"Ya, bagaimana?" tanyaku
"Kalau kau tidak mau ya …"
("Aku akan membawamu bagaimanapun caranya.")
("Bahkan kalau perlu jalur paksa, aku akan langsung menculikmu tanpa berpikir dua kali.")
Selagi memikirkan betapa menyenangkannya jika dia berhasil kudapatkan, tanpa sadar aku senyam-senyum sendiri melihat boneka Arliz yang sedang berpikir.
"Kalau hal itu bisa menyelamatkan kota ini.."
"Aku terima tawarannya dan akan menjadi servant-mu." Ucapnya yakin setelah mempertimbangkan banyak hal dikepalanya
*ChWIIiii…. BOOM!!*
Saking senangnya aku mendengar jawabannya, seolah ada kembang api yang meluncur dan meledak di dalam pikiranku
"Tunggu Arliz! Aku tidak mengijinkanmu untuk mengambil keputusan sepenting itu sendirian!" bantah Leon tiba-tiba
"Ijin? Aku ini sudah dewasa! Aku akan memilih sendiri apa yang terbaik untuk diriku sendiri dan kota ini." Balasnya membantah
Leon terdiam seribu bahasa setelah Arliz mengatakan hal tersebut.
("Oh iya Crown-ku belum dibatalkan, pantas saja tenagaku terasa terus terkuras.")
"PUFF!*
Semuanya kukembalikan jadi normal, kecuali Arliz yang tetap dalam wujud bonekanya.
"HEI! Kenapa hanya aku yang masih jadi boneka seperti in— Hwaa!!" protesnya terhenti saat kuangkat tubuh kecilnya
"Kalau begitu sudah sepakat ya, mulai sekarang rubah yang satu ini adalah servant-ku." Ucapku menunjuk Arliz yang sedang kugendong
"NANTI! Nanti setelah membasmi monster, aku baru akan jadi servant-mu!" protesnya mencoba berontak dari genggamanku
"Yosh.. yosh.." Ucapku mengelus kepalanya
"Jangan mempermasalahkan hal kecil seperti itu, nanti keimutanmu hilang."
"Dah ya, sekarang kami mau jalan-jalan dulu."
"Beritahu saja kalau monsternya sudah dekat." Lanjutku melangkah keluar ruangan diikuti Sylph dan Zoker
*Krett*
*Darr*
"Kau kelihatannya senang sekali servant-mu bertambah lagi satu, tuan." Ucap Zoker tersenyum melihatku memeluk-meluk lembut boneka Arliz
"Tentu saja, servant yang satu ini begitu halus dan lembut." Balasku masih mengelus-elusnya
"Turunkan! Turunkan aku!" Teriak kesal boneka Arliz
"Oh ya, Zoker." Panggilku teringat sesuatu
"Ya, tuan?"
"Kau jangan bertukar dengan Crown-mu sampai penyerangannya tiba, ya." Pintaku
"A-Ahahaha.. akan aku usahakan, tuan." Balasnya ragu dengan Crown-nya sendiri
"Tapi, tuan.."
"Kalau kau mainkan terus Arliz seperti itu, bukankah doll effect-nya lumayan terasa saat dia nanti kembali jadi normal?" tanyanya
*!!*
("Ah.. benar juga, saking imutnya dia, aku sampai lupa dengan doll effect-nya.")
Arliz yang tadi memberontak pun seketika terdiam mendengar perkataan Zoker barusan.
"D-Doll effect?" Ucap Arliz syok bertanya-tanya
"T-Tidak apa-apa Arliz, tubuhmu itukan kuat, kau pasti bisa menahannya kok." Ucapku menenangkan
"Kembalikan aku jadi normal sekarang atau aku akan membencimu dan tidak akan memaafkanmu sampai kapanpun." Ucapnya datar mengancam
("Kemana perginya boneka rubah yang imut barusan?!")
*puff*
Aku turunkan dia dan mengembalikannya jadi normal.
"Ah iya, tidak terasa apa-apa." Ucapnya terkejut dengan tubuhnya yang baik-baik saja setelah dikembalikan
"Maaf ya Arliz, terkadang tuan memang sulit untuk mengendalikan diri kalau sudah menyangkut kesukaannya, hehe." Ucap Zoker ke Arliz
"Itu karena aku memperlakukanmu dengan saaaangat lembut, jadi kau tidak terkena doll effect-nya." Jelasku
"Tch, diam kau mesum." Balasnya kesal padaku
Meski terlihat kesal, sebelum mengalihkan pandangannya ke depan. Sekilas aku melihat senyum kecil di wajahnya, lalu dia jalan duluan berdua dengan Zoker keluar dari bar. Sementara Sylph..
*Pluk*
"Tuan.. berjalan itu.. melelahkan.." Ucapnya sudah memeluk punggungku seperti koala
"Ya, kau sudah berjuang." Balasku mengelus-elus kepalanya
("Entah sejak kapan kebiasaan mengelus kepala orang lain ini dimulai, hampir setiap saat aku melakukannya pada servant-ku.")
Kami semua keluar untuk jalan-jalan sampai dikabari kalau monsternya hampir tiba seperti yang sudah kukatakan. Arliz yang tadi gelisah dan benar-benar khawatir tentang kota tempat tinggalnya yang terancam hancur dari serangan monster Hutan Terlarang yang entah bagaimana bisa mengarah kesini, sekarang sudah terlihat lebih tenang setelah kuputuskan untuk membantunya. Meski belum pasti hasilnya, sepertinya dia sudah lebih percaya dengan diriku, meski sikapnya selalu berlawanan dengan apa yang sebenarnya dia inginkan.
Syukurlah aku menerima misi dari walikota Omnius sialan. Karena sekarang aku mendapatkan dua servant baru yang kemampuannya cukup menjanjikan demi mencapai tujuan akhirku. Aku yakin Sylph yang sudah membaca ingatanku pasti sudah tahu, tapi aku belum memberitahukan pada yang lainnya. Aku masih menunggu waktu untuk mengatakannya sampai timku lengkap dan benar-benar cukup kuat untuk mewujudkannya.
{note: lihat author thought untuk pemberitahuan)