Setelah berhasil masuk ke dalam kastil dan bertemu langsung dengan penghuninya, yaitu pelayan robot bernama AI dan gadis kecil yang terlihat seperti tuan rumahnya. Dan situasi kami sangat tidak menguntungkan setelah aku yang terkapar kehabisan tenaga setelah menggunakan Crown cukup lama menghadapi AI, sementara Zoker yang masih terikat rantai di dinding bersama dengan Arliz yang mabuk karena salah kukasih potion yang tertukar dengan bir.
Sekarang si nona kecil yang melayang itu telah memberi perintah ke AI untuk membereskan kami, sedangkan dia akan pergi ke tangga menuju lantai dua meninggalkan kami dengannya.
("Tidak ada lagi yang bisa kulakukan.")
"Payah sekali kalau perjalananku berhenti sampai disini, bahkan aku belum memamerkan Zoker yang menjadi servant-ku ke Black."
Dalam keadaan terpuruk aku hanya bisa marah-marah dalam hati.
("Sial.")
Menjadi pengguna Crown langka saja sudah membuatku kewalahan untuk mengatur penggunaan Crown yang terus-menerus aktif seperti ini, ditambah pertarungan melawan AI adalah pertama kalinya aku menggunakan Crown tanpa henti.
Saat aku sedang meratapi keadaanku yang sangat tidak menguntungkan menghadapi robot yang tidak punya rasa lelah, si nona terbang tadi kembali lagi menghampiriku.
"Hei, kenapa kau tidak mengikutiku?" tanyanya
("Mana bisalah! Aku tidak ada tenaga lagi, bahkan untuk membalas perkataanmu.")
*!!*
Dia hanya diam melihatku dengan ekspresi datarnya. Dan tiba-tiba menurunkan tubuhnya untuk menyentuh dahi dan menyibak poniku.
("Ap-Apa yang akan dia lakukan denganku?")
Dipejamkan matanya sambil tetap meletakkan tangan kecilnya di dahiku.
"Oh begitu ya." Ucapnya sendiri
("Apanya yang begitu coba?")
"Kau kehilangan kemampuan untuk berjalan." Ucapnya seolah mendengar isi kepalaku
("K-Kau.. Kau bisa membaca pikiranku?")
("Dan juga aku tidak kehilangan kemampuan untuk berjalan, aku hanya kelelahan.")
(("Ya, karena aku bisa menggunakan telepati.")) Balasnya kali ini langsung masuk ke dalam pikiranku
"Hei anak kecil, kau tidak lihat tuanku sedang tidur disana hah?! Jangan ganggu dia!" teriak Zoker padanya
("Dasar servant bodoh.")
("Maaf saja, tapi aku tidak bisa bergerak untuk saat ini.") Balasku padanya lewat pikiran
"Tenang saja, aku bisa membawamu." Balasnya
("Membawa??")
*Nginngg*
Terasa muncul sesuatu yang padat dari lantai di bawahku dan mulai mengangkat seluruh tubuhku mengambang di udara.
("Apa ini?!")
"Ayo." Ucapnya langsung dari mulutnya
Aku diangkat sesuatu yang seperti papan transparan yang muncul entah dari mana yang sangat kuat hingga bisa mengangkat tubuhku melayang di udara.
"Hei anak kecil! Mau dibawa kemana tuanku itu?!"
*Kreseng!*
Tanpa dilihat sekalipun, terdengar jelas kalau Zoker masih mencoba melepaskan diri meski tahu borgol yang mengekang kakinya akan semakin meremas semakin ia mencoba untuk kabur.
"Kembalikan dia padaku!" teriak Zoker melihatku mengambang dibawa nona kecil ini
"Kalian… main dokter-dokteran saja dengan AI disini." Ucap si nona mengindahkan teriakan Zoker
("Main? Dia selalu menggunakan kata dengan makna tersirat dalam menyampaikan sesuatu.")
『"Baik, nona."』 Balas AI
("Yah, setidaknya dia mengganti perintahnya dari membereskan menjadi bermain bersama, meski aku tidak tahu permainan apa yang sebenarnya dia maksud.")
Tanpa perlawan, aku dibawa si nona kecil ini entah kemana di lantai dua, sedangkan Arliz dan Zoker tetap di ruang utama dengan AI.
~~~
*Ceklek*
Kubuka mata perlahan mendengar suara pintu terbuka.
("Dimana.. ini..?")
"Ruang penelitianku." Balasnya bicara langsung masih memegangi kepalaku
*Nngiingg*
*Bufh*
Sesuatu yang menahan tubuhku menghilang setelah meletakkan tubuhku di atas ranjang kecil yang mirip tempat tidur pasien di rumah sakit. Dengan interior ruangan yang seperti ruang operasi, aku bertanya-tanya apa yang akan dia lakukan padaku.
("Dari pakaian dan semua yang ada disini, apa kau seorang dokter atau semacamnya?") tanyaku dengan telepati
"Dok..ter..?" balasnya terlihat tidak mengerti setelah menyentuh lagi dahiku seolah membaca riwayat apa yang telah kupikirkan
"Tidak, aku bukan dokter."
"Yang aku tahu, aku disini adalah asisten professor." Lanjutnya mulai membuka kancing jas labnya
("Professor ya..")
("Sebenarnya aku penasaran orang seperti apa professor yang kalian maksud, sampai kalian sepertinya begitu menghormatinya.")
"Ya, dia adalah orang hebat yang membuatku bisa tetap hidup sampai saat ini." Balasnya sambil menyentuh dahiku lagi setelah semua kancing jas labnya terlepas
("Begitu ya.")
("Aku penasaran dari tadi, kenapa kau terus memegangi dahiku?")
("Dan yang lebih penting, kenapa kau melucuti pakaianmu?")
"Memang tidak boleh?"
("Bukan begitu, itu terserah padamu mau melakukan apapun ju—")
"Kau tidak suka?"
("TENTU SUKA! —Eh?!")
("M-M-Maksudku kau tidak bisa melakukan itu di depan sembarang orang.")
Dan saat dia menanggalkan jas labnya.
("AAAAAAA!!!!") Teriakku dari lubuk hati paling dalam tanpa bisa bersuara
"Tapi professor selalu bilang suka saat aku hanya mengenakan ini."
("DASAR PROFESSOR LOLICON MESUM!")
("Kau membuat gadis yang seperti boneka ini berkeliaran dengan jas lab tanpa memakai apapun dibaliknya.")
"Kau salah, aku masih mengenakan ini…." Balasnya menunjukkan celana dalam bergambar beruang dan kaos kaki panjang yang dipakainya
("Apa yang bisa ditutupi dengan hanya mengenakan celana dalam dan kaos kaki panjang?!")
(("Tenang.. tubuhku sudah dimodifikasi sedikit, jadi seharusnya tidak meningkatkan kadar hormon endorfin di tubuhmu."))
("Modif?")
Saat mau tidak mau mataku menjelajah melihat sekitaran dadanya..
("Oh, 'cherry'-nya tidak ada.")
*Ngiinng*
*Pukk*
Dia melayang dan naik duduk di atasku, tanpa sehelaipun pakaian menutupi bagian penting tubuhnya.
("Syukurlah aku masih normal, karena tidak merasakan apa-apa meski melihatnya langsung di depan mataku.")
("Tapi..")
*Glek*
("Posisinya dan anglenya inilah yang berbahaya bagiku!")
…
Setelah naik di atasku, dia diam dan tidak berbicara ataupun bergerak sedikitpun. Hanya tatapannya yang layu saja terus mengarah langsung ke mataku.
("Hei, apa yang sebenarnya mau kau lakukan padaku?")
…
Dia masih belum menjawab, dan tanpa berkedip terus menatapku.
*Pluk*
Dia merebahkan tubuhnya di atas tubuhku.
(("Aku..")) ucapnya dengan telepati
(("..lelah."))
("Ehh?!?!")
("Posisi ini terlalu berbahaya kalau ada orang lain yang melihatnya.")
"Tenang.. sa.. ja…." Ucapnya langsung seperti berbisik tepat di telingaku
"Fyuu〜"
Dan dia tertidur tepat di atas tubuhku, hanya mengenakan celana dalam dan kaos kaki.
("Oh iya, disini hanya ada kami bertiga, jadi tidak apa-apa kalau salah satu dari mereka yang melihatnya.")
("Dan juga aku khawatir dengan keadaan Zoker dan Arliz di bawah.")
("Tapi saat ini aku tidak bisa bergerak.")
…
..
("Tidur sajalah.")
Akhirnya aku ikut tidur dalam posisi yang aneh .
~~~
(("Observasi, mulai."))
Tidurku terganggu dengan suara yang seenaknya masuk ke kepalaku, dan akhirnya terbangun karenanya.
"Hoammphh.."
Aku bangun setengah sadar melihat sekeliling, dan si gadis kecil tadi sudah mengenakan lagi jas labnya sedang berdiri di samping ranjang memperhatikanku.
"Ah, aku lagi dimana—"
*!!*
*Nyutt… Nyutt.. Nyutt..*
Kupegangi kepala merasakan sakit yang teramat sangat yang muncul dari dalam kepalaku secara tiba-tiba.
"AAAARRGGHHH!"
Kugertakan gigi menahan rasa sakitnya, tapi tetap saja terasa sangat menyakitkan. Kulirik pelan ke gadis kecil yang diam saja melihatku kesakitan.
"Apa yang.. APA YANG SUDAH KAU LAKUKAN PADAKU SAAT AKU TIDUR?!"
Dia diam, diam tidak menghiraukan pertanyaanku sama sekali dengan wajah datarnya.
"Hentikan.. tolong hentikan.." pintaku merintih kesakitan
"Rrrrgghhhh…"
("Kepalaku.. isi kepalaku terasa seperti sedang diaduk-aduk dan digali paksa.")
Saat itulah tiba-tiba aku teringat tentang perintah mutlak servant.
("Zoker..")
"ZOKER!! BANTU AKU!!" teriakku sekuat tenaga berharap Zoker menanggapi panggilanku
*DapDapDapDapDap!!*
Terdengar suara langkah kaki mendekat dengan cepat, dan..
*Dar!!*
"Tuan!!"
Muncullah siluet seseorang menendang membuka pintu.
("Itu pasti Zoker!")
"Cepat tolong a— Eh..??"
…
"KAU SIAPA?!" tanyaku pada orang aneh barusan masuk
("Seharusnya aku memanggil Zoker, kenapa malah orang lain yang datang?!")
"Arghh!! Siapapun kau, cepat ganggu gadis kecil yang sedang mengaduk-aduk isi kepalaku ini!"
"Ah, baik."
Dia menghentakkan kuat kakinya ke lantai, dan..
"Hyaaa!!!"
..dia melompat menerjang si gadis kecil yang masih duduk diam disana, tapi..
*Sreeeekk..*
"Suara apa it— EEEHHH?!"
Aku kaget, terkejut, heran, bingung dengan apa yang sedang terjadi di depan mataku saat ini. Rasa sakitku sampai terasa hilang begitu saja saat melihat..
("K-K-K-Ka-Ka-Ka-Ka-Kakinya…!")
*Swing〜*
*Plek*
"KAKINYA LEPAS!!!" teriakku histeris melihat kakinya Zoker terlepas jatuh dari tubuhnya
*Bughh!*
*Brak!!*
Dia menabrakkan diri ke gadis kecil hingga terjatuh.
Entah karena syok melihat kakinya terlepas atau terganggunya si gadis kecil olehnya, sesuatu yang menggali isi kepalaku sudah berhenti.
*!!*
"Hmpp..!!"
Kututup mulut karena tiba-tiba serasa ada yang menendang dari dalam memaksa keluar isi perutku, dan akhirnya..
"Hueeekk.."
..aku muntah ke sisi lain ranjang.
"Ah.. Kau tidak apa-apa, tuan?" tanya orang aneh yang masuk tadi cemas melihatku
"Hahh…."
Kurebahkan lagi tubuhku lemas sehabis muntah, meski tidak ada yang keluar.
("Oh iya, dari kemarin aku belum makan apa-apa.")
("Dan juga suara dan gaya bicaranya..")
Aku melihat ke orang aneh tadi.
("..mirip dengan Zoker.")
"Terima kasih, dan ..."
"… kau siapa?" tanyaku
"Masa kau tidak kenal sih, tuan." Balasnya bangun berdiri dengan satu kaki
"Ini aku pelayan tercintamu, Zoker." Tambahnya percaya diri seperti biasa
"Zoker..??"
Kuperhatikan dia sekali lagi.
("Rambut biru gelapnya yang pendek memang sama, juga tahi lalat kecil di bawah mata kirinya.")
("Kakinya yang lepas tadi sepertinya lebih panjang dibanding yang satunya.")
("Dan telinga serta ekor rubahnya.. itu sudah jelas milik Arliz.")
("Dadanya.. Sepertinya lebih besar dari biasanya.")
("Entah kenapa aku merasa, kalau itu adalah miliknya Arliz.")
("Satu-satunya darinya yang pasti hanya dimiliki Zoker seorang adalah mata biru gelapnya yang indah, dan dia terlihat jelas sedang menggunakan Crown.")
Selesai mengamati, kualihkan pandangan ke langit-langit.
"Sepertinya bermain dokter-dokterannya sedikit berbeda dari yang kupikirkan." Kataku bicara sendiri
"Bagaimana, tuan? Apa kau menyadari ada yang berbeda dariku? Hmm? Hmm?" tanyanya bangga memamerkan bentuk tubuh abstraknya
"Observasi, selesai." Ucap si gadis kecil tiba-tiba
"Plug out." Lanjutnya masih tiduran di lantai
*Tss*
Terdengar suara seperti api kecil yang padam di telingaku.
"Suara apa itu?" tanyaku sendiri
"Suara? Tidak ada suara apapun, tuan." Balas Zoker
Zoker melirik ke gadis kecil yang mulai bangun mengambang di udara.
"Hanya suara bising dari boneka terbang disana." Lanjutnya menatap penuh kebencian
"Apa yang sudah kau lakukan padaku?" tanyaku mengulang pertanyaan yang sama
"Aku hanya menjalankan perintah professor untuk memastikan tujuanmu yang.. sebenarnya datang kesini, dengan melihatnya langsung ke dalam kepalamu." Jawabnya
"Dan kau tidak menunjukkan tanda-tanda sebagai.. makhluk yang harus dimusnahkan." Lanjutnya
("Professor ini...")
("Ah, aku tidak boleh berpikir sembarangan karena dia bisa membaca pikiran.")
(("Tidak usah khawatir.")) Balasnya langsung ke dalam pikiranku
*?!*
("Bagaimana kau bisa membaca pikiranku tanpa memegang dahiku?")
(("Karena aku sudah menanamkan sebuah chip di dalam sana.")) Jawabnya
("Chip..?")
(("Ya, untuk observasi ingatan."))
(("Dan observasi tadi adalah sebuah tes."))
("Ah terserahlah, yang penting tesnya sepertinya sudah selesai.")
("Dan juga, tes apa maksudmu?") tanyaku penasaran
"Heh? Heh..?"
Sementara kami saling menatap diam karena berbincang lewat telepati, Zoker yang aneh ini terlihat bingung melihat ke kiri dan ke kanan memperhatikan kami.
(("Tes cocok atau tidaknya kau menjadi pemilik kastil ini, beserta.. semua yang ada di dalamnya.")) Jawabnya
…
..
Kukorek kuping memastikan apa yang barusan kudengar.
("Oh iya, dia bicara lewat telepati.")
("Dan itu artinya…")
"HAAA?!?!?!?!"
"WUAAA?!!" teriak Zoker kaget mengikuti teriakanku
"Kenapa? Ada apa, tuan?" tanya Zoker kaget melihatku tiba-tiba teriak
"Aku jadi pemilik kastil ini?" tanyaku mengabaikan Zoker
"Iya." Jawabnya langsung
"Semudah itu?"
"Benar sekali, dan dengan ini secara tidak langsung kau.. telah menjadi 'tuan'ku."
"HAAA?!?!?!?!"
Sekarang giliran Zoker yang teriak duluan.
"Dengar ya anak kecil..!" panggil Zoker
"Ada apa nona rubah imitasi berkaki satu?" balasnya langsung
"Jangan panggil aku dengan sebutan aneh itu!" bantah Zoker kesal
("Dia tidak meledekmu, dia mengatakan kebenaran.")
"Tuanku ini, adalah milikku, dan aku adalah miliknya."
"Jadi.. jangan seenaknya berpikir kau bisa menjadi sejajar denganku semudah itu."
"Kalau kau mau menjadi servant-nya, kau harus .. (blablablabla)."
Dia mulai membicarakan banyak hal, seolah-olah syarat untuk menjadi servant-ku itu sangat banyak dan rumit. Dan gadis itu juga malah nurut mendengarkannya.
"Mengerti?" tanya Zoker setelah puas mengarang bebas
"Baiklah, aku mengerti." Balasnya setelah ocehannya Zoker berakhir
("Omongannya jangan kau anggap serius.") Pikirku mencoba sendiri telepati dengannya
(("Baiklah, tapi.."))
(("Tidak ada data yang tidak berguna, tuan.")) Balasnya
("Sudah memanggil 'tuan' saja kau ini, padahal belum resmi kuterima.")
(("Jadi kau menolakku?")) tanyanya
("Entahlah.")
Aku bangun beranjak dari ranjang.
"Selain itu." Ucapku melihatnya
"Kau tiba-tiba muncul tanpa memperkenalkan siapa dirimu."
(("Aku tidak berniat memberitahukannya pada orang yang akan segera mati.")) Balasnya malah langsung ke pikiranku
(("Tapi, karena kau sekarang adalah tuanku."))
"Gunakan mulutmu untuk bicara." Suruhku padanya
"Baiklah." Balasnya menurut
"Namaku adalah Sylph, Sylph Shield."
"Manusia robot asisten professor Frankenstein." Lanjutnya memperkenalkan diri
"Ah, baiklah."balasku
("Aku sudah tidak terkejut lagi dengan fakta dia manusia robot atau sejenisnya, ataupun hal aneh lainnya yang akan terjadi selanjutnya selama aku masih berada di dunia ini.")
"Namaku Toon."
"Yang penting aku sudah tahu namamu dulu, kita bahas sisanya nanti." Ucapku menyudahi obrolan dengannya
"Sekarang kau, Zoker." Panggilku ke arah Zoker
"Ya, tuan." Balasnya sigap meski dengan satu kaki
"Ada apa dengan tubuhmu?" tanyaku terganggu dengan penampilannya
"Bagaimana tuan? Apa aku jadi tambah seksi?" balasnya bertanya balik langsung berpose
"Jangan pamerkan sifat bodohmu dengan menjawab pertanyaanku dengan pertanyaan lain." Ucapku bersikeras
"Baiklah.. Seperti kata anak kecil in—"
"Namaku Sylph." Ucapnya memotong
..
"Seperti yang anak kecil ini sudah kata—"
"Namaku Sylph." Ucapnya memotong lagi
"Errgghhh!!"
Zoker langsung kesal begitu omongannya dipotong dua kali berturut-turut, meski sebenarnya dia juga yang tidak mau menerima kesalahannya.
"Dengar ya, kalau kau mau menjadi servant-nya tuanku, berarti aku akan menjadi seniormu." Jelasnya menceramahi Sylph
"Dan kau harus menunjukkan rasa hormatmu pada—"
"Zoker, jelaskan." Tegasku memotong ocehannya
"Baik, tuan." Balasnya semangat
"Sebenarnya aku, Arliz dan AI sedang bermain dokter-dokteran seperti yang ana— Ehm, Sylph suruh sebelumnya pada si robot." Jelasnya
"Dan permainan itulah yang membuat tubuhmu seperti sekarang ini?" tanyaku menyimpulkan
"Iya, tuan."
"Arliz masih hidup, kan?"
"Iya, tuan."
"OK, bagaimana dengan keadaannya?" tanyaku teringat dengannya
"Ah, itu.. ya.." balasnya bersikap mencurigakan menggaruk-garuk kecil tahi lalat di bawah mata kirinya
Tanpa menunggu jawaban darinya, aku bawa kakinya Arliz yang entah bagaimana bisa dilepas pasang tanpa darah sedikitpun bagai mainan ini dan keluar dari ruang penelitian kembali ruang utama.
Tapi begitu sampai lorong, ternyata tempatnya begitu luas dan juga aku tidak tahu lewat mana karena aku datang kesininya dibawa Sylph.
"Sylph, tunjukkan jalannya." Suruhku langsung adaptasi dengan statusnya
"Baik, tuan." Jawabnya mengambang menuju ruang utama
"Tunggu aku tuan… Aku tidak bisa mengejar kalian dengan satu kaki seperti ini." Pinta Zoker lompat-lompat dengan satu kaki mengikuti
*Dap..dap..dap..dap..*
Kutinggalkan dia tanpa melihat ke belakang.
"Tuan! Tunggu tuan!!" Panggilnya terus semakin jauh tertinggal
"TUAAN!—"
*Bruk*
Aku berhenti melangkah mendengar suara jatuhnya.
…
"Sylph, tolong bawa dia." Pintaku
"Baik." Balasnya
Sylph melihat ke Zoker yang masih tersungkur di lantai, dan tiba-tiba tubuhnya Zoker terangkat mengambang di udara masih dengan posisi tadi. Seolah ada sesuatu yang tipis tapi kuat dan tidak terlihat yang mengangkatnya.
"WOOAAHHH!!"
"TUAN!! AKU TERBANG, TUAN!!" teriaknya heboh sendiri
Sementara Zoker datang perlahan, kuabaikan dia dan melihat kaki Arliz yang tadi dipakai Zoker.
"Rasanya aneh membawa-bawa anggota tubuh orang lain seperti ini." Ucapku sendiri melihat-lihat potongan kaki yang ada di tanganku
Entah apa yang terjadi di ruang utama selama aku dibawa Sylph tadi, aku hanya penasaran dengan permainan dokter-dokteran seperti apa yang mereka sebenarnya mainkan sampai tubuh Zoker bisa jadi aneh seperti itu. Mungkin kastil ini mempunyai sesuatu yang lebih menarik dari sekedar benteng tak tertembus yang belum diketahui dunia luar.
[Author note: Untuk tanda kurung yang di-double digunakan untuk membedakan antara penggunaan telepati antar karakter lain dan juga kepada Toon (mc), sedangkan tanda kurung biasa adalah apa yang hal dipikirkan Toon. Dia bisa menentukan antara bicara dengan telepati, dan berbicara sendiri dalam pikirannya.]