*Dummp!*
("Pintu macam apa ini? Hanya bersuara saat ditutup saja.")
Sekarang kami telah masuk ke dalam Kastil Frankenstein. Setelah berjuang melewati Labirin Hidup yang dikendalikan sebuah Golem yang tidak mungkin bisa kami kalahkan tanpa bantuan Arliz. Sekarang Arliz masih belum sadarkan diri setelah menggunakan Crown untuk waktu yang cukup lama, ditambah dua kali secara tidak langsung merasakan tebasan sabit dariku demi mengalahkan golemnya.
Di dalamnya pun begitu gelap dan hanya ada satu cahaya dari lampu kecil tepat diatas kami, membuat jarak pandang kami begitu pendek.
("Kalau begini kita tidak akan bisa bergerak dari tempat ini sekarang.")
("Bagaimanapun juga, keselamatan yang utama.")
"Tuan, itu apa?" tanya Zoker menunjuk sesuatu di depan
"Hmm?"
Kutajamkan mata mencoba melihatnya.
("Aku tidak bisa melihat dengan jelas kalau tidak mendekat langsung.")
"Zoker, kau letakkan dulu Arliz bersandar di pintu." Suruhku duduk membuka isi tas
"B-Baik, tuan."
("Adakah sesuatu yang tidak berguna yang bisa kulempar??")
Kucari aduk-aduk tasnya mencari sesuatu.
("Nah ini ada.")
*Pluck*
"Ini Zoker, habiskan lalu kembalikan botolnya padaku." Suruhku memberikan botol potion
"Baik."
Aku juga mengeluarkan satu untuk Arliz dan kutaruh disebelahnya, dan satu untukku sendiri dan langsung meminumnya.
*Glek.. Glek..*
"Sudah, tuan." Ucapnya memberikan botol yang sudah kosong
Aku ambil botolnya dan melihat bentuknya sebentar sambil bangun berdiri.
"Saatnya percobaan." Ucapku sendiri memasang pose bermain bowling
"Hyaa.."
*Clingilingilingilingilingilingiling.. Cting*
Kugelindingkan botolnya memastikan jalurnya aman hingga menabrak sesuatu yang ada di depan sana.
"Sekitar 4 meter, aman."
"Satu lagi."
"Hya.."
*Clingilingilingilingilingilingiling.. Cting*
Kugelindingkan botol satunya ke kiri memastikan jarak tempat kami berdiri ke tembok.
"Hmm… Sekitar 4 meter juga, ya."
"Kalau sebelah kanan sama dengan sisi satunya berarti jadi 8 meter."
"Berarti jarak aman kami untuk bergerak adalah 32 meter." Jelasku bicara sendiri
*Clap.. clap.. clap...*
"Wo- Woahh.. Kau hebat sekali, tuan." Zoker memuji sambil bertepuk tangan pelan
"Kau membawa kaca atau semacamnya tidak?" tanyaku
"Maaf aku meninggalkannya di penginapan, tuan." Balasnya melas
"Aku tidak tahu kalau kita akan membutuhkannya disaat seperti ini." Lanjutnya
"Tidak apa-apa, aku pakai sabitmu saja sini." Pintaku
"Ini, tuan."
"Sekarang untuk mengetahui benda apa itu sebenarnyaaa.." kataku berjinjit menaikkan sabitnya mendekati lampu
…
"Percuma, lampunya terlalu tinggi."
"Zoker."
"Iya, tuan."
"Naiklah ke pundakku sambil memegang sabit dan cari sudut yang tepat untuk—"
"Maaf tadi kau bilang apa, tuan?"
"Naiklah ke pundakku dan—"
Mukanya terlihat syok dan terdiam dengan mata kosong serta mulut terbuka mendengar perkataanku.
"Oi, Zoker." Panggilku melambai-lambaikan tanganku di depan wajahnya mengecek kesadarannya
"A-A-A-Aku tidak bisa, tuan." Balasnya langsung salah tingkah menolak begitu tersadar
"Ha..? Kenapa? Kau pikir aku tidak kuat mengangkatmu?"
"Bu-Bukan soal itu, tuan." Bantahnya menunduk mencari alasan
"Kalau aku, naik berarti kau akan jadi sangat dekat dengan.. KYAA!!"
Selagi dia bicara sendiri, aku menyusup di antara kakinya lalu memasukkan kepalaku dan langsung mengangkatnya.
"Lihat? Kau ini sangat ringan, bahkan aku bisa mengangkatmu meski hanya berdiri dengan satu kaki." Jelasku mendekap kuat kedua kakinya
"Mmpphh.." responnya malah menutup wajahnya
("Tapi ya.. mungkin kehilangan Crownnya sebentar sudah membuat tubuhnya jadi ringan seperti ini.")
("Karena porsi makannya menurun drastis.")
"Ini." Ucapku memberikan sabitnya
"Arahkan ke lampunya, dan usahakan membuat pantulan cahaya dari sana lalu atur agar pantulannya ke menyinari apa yang ada di depan kita." Suruhku
"Baik, tuan." Balasnya mengambil sabit dan melakukan perintahku
Dia berusaha mencari sudut yang tepat untuk memantulkan cahayanya.
…
..
("Lama sekali.")
"Oi, Zok—" Panggilku mendangakkan kepala melihat apa yang membuatnya lama
*Dap!*
Dengan cepat tangan satunya menahan kepalaku agar tidak melihat ke atas lebih jauh lagi.
"Jangan.. jangan bergerak dulu, tuan."
*??*
"Rambutmu.. menggelitik pahaku."
("Oh iya, dia benar.")
"Maaf." Ucapku melihat ke depan lagi
("Dan juga pahanya terasa empuk sekali.")
"Aku hanya penasaran kenapa kau lama sekali."
*Ngingg*
"Berhasil." Ucapnya girang
Zoker berhasil memantulkan cahayanya ke depan, dan benda itu memantulkan balik cahayanya.
("Apa itu?")
("Semacam podium dari besi?")
Kuturunkan Zoker begitu tahu bentuk benda di depan.
Dengan adanya benda seperti itu disini tentunya terlalu mencurigakan, membuatku tidak ingin mendekatinya. Aku khawatir dengan jebakan yang menunggu atau semacamnya jika aku melakukan hal yang dapat memicunya.
Sementara Arliz tertidur, Zoker terlihat sangat damai memandangi wajah tidurnya Arliz, seolah bersyukur karena dia berhasil selamat.
"Zoker." Panggilku
"Ya, tuan?"
"Kalau lelah, tidur saja sebentar di sebelah Arliz." Suruhku
"Kau juga sudah berjuang tadi."
"Tapi bagaimana denganmu, tuan?" balasnya bertanya balik
"Aku akan berjaga sampai Arliz sadar, nanti kau akan kubangunkan juga."
"Ya.. aku merasa sedikit lelah sih setelah memakai Crown selama itu."
"Baiklah aku akan tidur sebentar, tuan." Jawabnya menurut
Dia mendekat ke Arliz dan saling bersandar memejamkan mata hingga terlelap.
("Meski yang satunya selalu bertengkar dengan Arliz, tapi yang asli malah sangat menyayanginya.")
"Sudah aman." Ucapku setelah Zoker tertidur pulas
Aku juga ikut duduk bersandar di pintu. Meski tidak tidur, setidaknya aku juga harus mengistirahatkan tubuhku sebentar.
~~~
Setelah merasa cukup, aku bangun dan berjalan untuk melihat lebih dekat podium mencurigakan disana sebelum Crown-nya Zoker bangun dan berulah.
Kupaksa mataku berusaha melihat lebih jelas.
("Percuma.. tanpa cahaya, aku tidak bisa tahu apa yang ada di atasnya.")
Kuambil botol yang kulempar tadi dan menyentuh pelan benda yang ada di atasnya.
*Ctink!*
("Bunyi dua kaca yang beradu.")
*Ctink.. Ctink..*
Kusentuh beberapa kali dengan botol tanpa kontak tubuh langsung, sampai aku menghembuskan nafas diatasnya.
*Nngiinngg*
("Heh?")
Tiba-tiba kacanya menyala dan muncul titik merah yang berkedip-kedip.
("Inikan..??")
("Semacam layar LCD.")
Kepalaku terasa sakit karena saking banyaknya keanehan dan berbagai rahasia dunia ini yang muncul sejak aku ambil misi dari Walikota.
("Bagaimana benda seperti ini bisa ada disini coba?")
Selagi aku pusing memikirkan keberadaan benda yang tergolong modern ini, perlahan muncul suara dari layarnya.
*nnnnnNNNIIIIGGGG*
dan tiba-tiba..
*Cekrek!*
"HWAA!!"
*Brukk!*
Aku jatuh terduduk karena kaget terbutakan cahaya yang tiba-tiba keluar dari layarnya.
("Apa itu tadi? Cahaya kamera?")
"Mhmm??" terdengar suara Arliz bangun
"Kau kenapa?" tanyanya melihatku masih duduk syok
"Oh, maaf sudah membangunkanmu." Ucapku berbalik melihatnya berjalan mendekat sambil membawa botol potion
"Tidak apa." balasnya
"Jangan bangunkan Zoker, dia baru saja istirahat." Pintaku
"Ya, aku tahu."
Aku bangun melihat kembali layarnya lagi.
("Aku yakin aku tidak menyentuh apapun, lalu cahaya tadi itu apa?")
Saat kulihat layarnya.
"Ini.. fotoku?" Ucapku
"Foto?" Arliz bertanya-tanya masih di belakang
*Glek.. Glek..*
Suara Arliz meminum potion-nya.
"Apa ini yang berputar-putar, semacam loading?" Ucapku bertanya-tanya sendiri
"Loading?" respon Arliz tidak mengerti dengan apa yang kukatakan
("Tidak salah lagi.")
"Ini adalah benda dari jaman modern, tapi siapa yang telah membuat benda seperti ini di jaman yang masih penuh dengan monster ini."
"Modern?" tanya Arliz lagi mendengar ocehanku
"Hei, kau ini sebenarnya dari tadi ngomongin apa sih?"
"Kau tahu apa itu layar LCD? Kamera? tanyaku ke Arliz
"Hah? Jangan bicara yang aneh-aneh, aku tidak mengerti." Balasnya terdengar mendekat
("Tentu saja dia tidak tahu, tapi benda yang seharusnya tidak ada di dunia ini, saat ini ada dihadapanku.")
*Ting*
Lambang loadingnya berubah jadi lambang checklist.
"Ah, loadingnya sudah selesai."
Muncul tulisan digital di layarnya.
*Trittittititittritititit*
———————————————TINGKAT KECOCOKAN FISIK: 30 %——————————————
———————————————TINGKAT KECOCOKAN SIFAT: 10 %——————————————
("Apa ini? Tingkat kecocokan?")
———————————————————'Kesimpulan: '———————————————————
——————————————————'Kau bukanlah aku...'——-———————————————
—————————————————————...…—————————————————————
—————————————————————'LOL'—————��———————————————
"Hah?" responku merasa kesal membacanya
[Note: LOL adalah kependekan dari Laugh Out Loud, yang artinya tertawa dengan sangat keras.]
"L-O-L? LOL itu apa?" Tanya Arliz bingung mengintip dari belakang
"Kau tidak perlu tahu."
"Duh.. Kok kepalaku sakit, ya?" Ucapnya memegangi kepalanya
"Tidur lagi sana, kau pasti masih kelelahan." Suruhku
"Gak mau, tubuhku pasti hanya kaget karena menggunakan Crown lagi setelah sekian lama." Balasnya keras kepala menolak
"Terserah kau saja."
Setelah menghinaku, tulisan di layarnya tidak berubah dan hanya berkedip-kedip.
("Dengan adanya istilah asing seperti ini, dapat dipastikan kalau pembuatnya berasal dari zaman yang sama sepertiku.")
("Mungkinkah dia terpindah juga sama sepertiku?")
Itulah yang kupikirkan saat itu tanpa mengindahkan kemungkinan lainnya.
*Tiit*
Tulisan di layarnya mulai berganti.
��—————————————————'Kau adalah penyusup'————————————————
———————————————'Apa tujuanmu datang ke tempatku?'————————————
——————————————————————? ? ? ? ?———————————————————
("Mmm… apa aku harus menjawab pertanyaannya?")
Kuturunkan kepala sedikit dan mengira-ngira posisi mic-nya.
"Aku datang berdasarkan quest dari guild, dan datang hanya untuk mengambil foto mengenai harta kerajaan yang tersimpan disini."
("Aku punya firasat buruk kalau berbohong, jadi kukatakan saja yang sebenarnya.")
"Aku datang dengan damai."
("Meski sambutannya tidak damai.")
—————————————————————. . . . . ————————————————————
———————————————————���——...————————————————————
—————————————————————Proses…————————————-——————
("Berhasilkah?")
"Hei, jelaskan benda apa ini sebenarnya?"
"Dan kenapa kau berbicara padanya?" tanya Arliz menarik-narik bajuku
"Hei.. hei… hei…"
("Berisik!! Kenapa setelah bangun tidur dia jadi lebih berisik dari sebelumnya?!")
Aku abaikan dia dan terus memperhatikan layarnya.
("Meski sekilas..")
*Glek*
("…saat tadi cahaya kamera keluar dari layar…")
("...aku bisa melihat ada beberapa senjata besar sedang membidik ke arah kami.")
"AAAAAAAAA!!!" terdengar suara Zoker tiba-tiba teriak mendekat
("Apa lagi sekarang?")
*Plak!*
Zoker menepis tangan Arliz yang sedang menarik bajuku.
"Jangan sembarangan memegang-megang tuanku, dasar sapi rubah!"
"Heee.." Respon tersenyum lebar Arliz mendengarnya
"Bagaimana kalau begini?" tanya Arliz meledek Zoker dengan nada sombong
*Pluk*
(*Boing.. Boing..*)
("Ha?!")
("Sensasi ini..")
Kulihat wajahnya memastikan.
"Heh?? Ada apa? T u a n 〜♥??" tanyanya menggoda
("Tidak salah lagi..")
("Dia mabuk.")
Kulihat lagi botol yang kutaruh di sebelahnya tadi, dan ternyata sudah habis diminumnya.
("I-I-Itu.. Itukan botol bir!!")
("Siapa yang memasukkan botol bir ke dalam..?!")
("Ah.. Sudah pasti aku.")
Mungkin karena terlalu gelap, aku keliru memberi Arliz botol potion dengan botol bir, dan itulah yang membuatnya sekarang bersikap aneh seperti ini.
—————————————————————Proses…———————————————————
Terasa tangan kananku sedang dihimpit dua aset berharga milik Arliz, dan dia terlihat melakukannya dengan sengaja memancing Zoker.
"Aaaarrgghh!! Aku tidak akan kalah." Teriak Zoker melihat yang dilakukan Arliz
*Pluk*
Dia memeluk erat tanganku yang satunya.
("Hmm..")
("Meski sedikit lebih, yaa… yang ini juga luma— Eh, bukan itu!!")
————————————————TINGKAT KECOCOKAN SIFAT: 50%—————————————
Tulisan 'proses'-nya langsung hilang begitu Zoker memeluk tanganku yang satunya, dan berganti lagi.
"Kecocokan sifatnya meningkat drastis?!" kataku melihat tulisan di layarnya
"Ha? Apa ini?" Zoker mendekatkan wajahnya melihat ke layar penasaran
*Tiit*
*Cekrek!*
*HWAA!!" Respon Zoker kaget langsung bersembunyi di belakangku
Selagi cahaya dari layar memenuhi ruangan, terlihat semua senjata besar di luar ruangan kaca benar-benar sedang membidik kami.
"A-A-A-A-A-Apa itu barusan, tu-tu-tu-tuan??" tanyanya masih kaget
*Plung*
Keluarlah foto Zoker yang sedang memeluk erat tangan kiriku.
"Waaa!! Ada aku disitu sedang memelukmu tuan!!" teriaknya heboh sekali
("Tempat apa ini sebenarnya? Photobox?")
[Note: Photobox = Tempat umum seukuran ruangan kecil yang dikhususkan untuk mengambil foto]
"Curang!! Aku mau juga!" Kata Arliz tiba-tiba semangat seperti anak kecil yang tidak mau kalah
Di dekatkan juga wajahnya ke layar seperti Zoker sebelumnya, dan..
*Cekrek*
"HWOO!!" responnya kaget bersembunyi juga seperti Zoker
"Pfft.."
"WAAHAHAHA!"
Mereka berdua tertawa senang sekali diambil fotonya, sedangkan keringat dingin mengalir di sekujur tubuhku.
"Lihat! Ada aku juga disana, hahahaha!" tambahnya lanjut tertawa bersama
("Gawat.")
("Dua orang bodoh ini masih bisa tertawa karena tidak sadar apa yang sebenarnya sedang terjadi.")
*Cekngittt*
Layarnya tiba-tiba mengangkat sendiri mengarah pada kami bertiga, dan..
*Cekrek*
"Heh?"
("Kenapa kali ini dia memotret sendiri?")
————————————————————Proses…———————————————————
"Apanya yang di proses?!"
*Plung*
Keluarlah foto kami bertiga, dengan aku sebagai pusatnya sedang dipeluk mereka berdua.
———————————————TINGKAT KECOCOKAN SIFAT: 100%————————————
("Kenapa bisa jadi 100% coba?!?!")
—————————————————————LOL!—————————————————————
———————————————————Akses diterima.——————————————————
————————————'Kau bisa menyelesaikan questnya dan bertemu dengan...'———————
*Bzzt.. Bzztt…*
Tiba-tiba layarnya nge-glitch dan berubah seperti gambar hati (♥) , tapi tetap digital.
『"Kau sudah pulang ya, professor?"』
『"Setelah 5 tahun Menghilang tanpa kabar."』
『"Rupanya kau belum berubah sama sekali."』
『"Kau kini membawa 2 wanita kesini."』
"Meski gaya bicaranya kaku, entah kenapa aku merasa sedang disarkas oleh robot ini."
『"Mengabaikan perasaan nona yang menunggumu sejak kepergianmu hingga saat ini."』
"Sebentar, apa yang sebenarnya sedang kau bicarakan?" tanyaku tidak mengerti
『"Aku menghormatimu, professor"』
『"Sangat menghormatimu."』
『"Tapi…"』
("Bahaya, dia tidak mendengarkanku sama sekali.")
("Meski aku tidak tahu apa yang ia bicarakan, tapi aku bisa tahu arah pembicaraannya.")
"Daritadi siapa yang ngomong sih?" Ucap Arliz bertanya-tanya melihat sekitar
"Iya, gaya ngomongnya juga aneh." Balas Zoker menanggapinya
『"Kau sudah membuat nona sedih dan mengurung diri di LAB-nya selama ini."』
『"Kau.." 』
『"Harus diberi hukuman.." 』
"Hukuman?"
『"...mati." 』
*Clang!*
"Suaranya seperti sesuatu yang terlep—"
*Swingg…*
Aku melirik ke kanan merasakan ada sesuatu yang datang.
*FWOOSHH!!*
"MENUNDUK!"
*CRANG!!*
Kubentangkan jubahku melindungi Arliz dan Zoker dari pecahan kaca.
*DWARRR!!*
…
Palu besarnya menubruk dinding di sebelah kiriku, menghancurkan layar LCD-nya dan tersangkut ditembok. Anehnya tempat ini tidak terpengaruh getarannya, meski dengan tubrukan sekeras itu.
『"Kenapa kau menghindar, professor?"』
Suaranya tetap ada meski layarnya sudah hancur.
"KALAU TIDAK MENGHINDAR AKU AKAN MATI!"
『"Karena itulah tujuan awalnya."』
"Kau sebenarnya bisa mendengarku, kan?!"
….
("Bagaimana bisa palu sebesar itu datang dari atas?")
("Eh, tunggu.")
("Dari arah serangannya, berarti palu itu memang sejak awal berada tepat di atas kepala kami.")
("Dan bunyi tadi, adalah bunyi penahannya yang terlepas.")
*Srufh*
Kukibaskan jubah menyingkirkan pecahan kaca yang berjatuhan dan karena bahan jubahku yang cukup kuat, kami tidak terluka sedikitpun.
"Kyaaa..!! Tuan memeluk melindungiku dari serangan dan serpihan kaca!!" teriak Zoker heboh
("Crown bodohnya ini benar-benar tidak bisa baca situasi.")
"Kau tidak apa-apa, kan Arliz?" tanyaku
"Ahhnn, bolehkah aku memanggilmu tuan juga, tuan?" jawabnya dengan wajah yang sangat merah malah bertanya tidak jelas
("Percuma ngomong sama orang mabuk.")
*Daph!*
*Daph.. Daph.. Daph.. Daph..Dapdapdapdapdapdapdapdaph!*
*!!*
Tiba-tiba semua lampunya menyala, memperlihatkan betapa besarnya ruangan kastil yang dipenuhi berbagai senjata dari berbagai jenis. Dan interiornya yang khas seperti kastil pada umumnya.
Selagi aku terpana melihat isi ruangan yang baru terlihat begitu lampunya menyala.
*Slurururu!*
Bunyi rantai merambat mendekat dengan cepat.
"Hah?!"
"Apa ini?!"
*Cteng! Cteng!*
*Srufhh!*
"Kyaa!!" Teriak Arliz dan Zoker tertarik ke belakang
*Brukk!*
*Srengesengesengseng.. Damp!*
Tiba-tiba keluar rantai dari lubang kecil yang ada di tembok mengunci kedua kaki mereka dengan borgol dan menyeretnya ke belakang hingga menempel di tembok.
"Zoker! Arliz!" teriakku panik berbalik mendengar teriakannya
"Apa ini?! Arrghh!!" protes Zoker mengeluarkan sabitnya
*Swing*
*Cting!*
*?!*
"Tidak tergores sedikitpun?!" responnya melihat pengekangnya yang terlalu kuat
*Kkrreettt*
"AARRGGHH!!"
Zoker teriak kesakitan karena borgolnya mengunci kakinya jadi lebih kencang dari sebelumnya.
『"Tolong diam sebentar disana."』
『"Semakin mencoba melepaskan diri, semakin kencang borgolnya meremas kaki kalian."』
("Sial, dia tidak ingin mereka berdua ikut campur rupanya.")
"Kau bisa menggunakan Crown-mu dan menghancurkannya Arl—"
"Oh iya, saat ini dia tidak berguna."
*sigh*
("Berarti ini hanya aku yang masih bisa bertarung.")
Kulihat lagi lebih teliti ke ruangan kastilnya.
("Ada tangga menuju lantai dua.")
("Mungkinkah disana kamar 'nona' yang disebut-sebut robot sialan ini berada.")
*!!*
("I-I-Itukan..?")
("Senjata api.")
("Dan juga lubang pelurunya banyak sekali.")
Kulihat ke sisi lain ruangan.
("Rocket launcher?")
("Gila... Ini semua sudah kelewatan.")
("Robot gila itu benar-benar menganggapku sebagai professornya dan berusaha membunuhku dengan senjata yang jelas-jelas bukan dari dunia ini.")
『"Kuharap kau tidak menghindari buatanmu sendiri kali ini." 』
("Buatan?")
("Berarti semua yang ada disini adalah buatan sang professor .")
("Selain dua senjata itu, sisanya hanyalah senjata rendahan yang tidak apa-apanya bagiku.")
"Baiklah, kali ini akan kuhadapi!"
*nnnnnNNNNNNGGGGGG*
Senjata berlubang banyaknya mulai berputar cepat dan semakin cepat.
"Kalau hanya peluru biasa, aku bisa menanganinya…"
"Masalahnya rocket launchernya itu…"
Saat aku sedang memikirkan cara terbaik menghadapi serangan yang akan dilancarkan robot sialan itu.
"Ada apa ini?" tanya seorang gadis muncul di lantai dua
Keluarlah gadis kecil berambut pirang ikal pendek menggunakan jas laboratorium di lantai dua.
『"N-Nona?" 』
『"Baguslah Anda sudah mau keluar sekarang." 』
"Aku keluar karena suara teriakan yang berisik sekali.. dari sini."
("Maafkan partner dan servant-ku yang tidak berguna ini telah menganggu ketenanganmu.")
"Aku belum mengaktifkan Crown-ku sama sekali, tapi gadis kecil itu benar-benar terlihat seperti boneka." Kataku terpesona melihatnya
"Kau sudah memiliki aku, tuan!!" teriak Zoker di belakang mendengar pernyataanku
"BERISIK!" balasku reflek membalas ocehannya
("Diakah 'Nona' yang dimaksud si robot?")
*Ratatatatatatatatatatata!*
*!!*
Senjata lubang banyaknya mulai menghujani kami peluru dengan sangat cepat.
*Puff.. puff… puff… puff.. puff… puffpufpufpufpufpufpufpuff…*
Semua peluru yang menyerang kuubah menjadi gumpalan kapas yang lembut.
("Bantal pedang milik Berlin masih jauh lebih terasa dari ini.")
Dan itu berlangsung cukup lama.
~~~
*Ratatatatatatatatatatata!*
*Puff.. puff… puff… puff.. puff… puffpufpufpufpufpufpufpuff…*
"Hosh.. hosh.."
("Gawat.")
("Pertarungan ini tidak menguntungkanku.")
("Senjata berlubang banyak itu terus menembak tanpa henti.")
("Lama-kelamaan aku akan kalah karena kehabisan tenaga.")
("Dan juga…")
『"Membosankan." 』
*Jek-Hoosshh!..*
("Roketnya mulai menembak?!")
("Aku harus memperluas area skill kalau tidak mau roket itu mengenai mereka di belakangku.")
*Phwooff*
*Bwufh*
Roketnya kuubah menjadi bola besar yang mengenaiku dan pecah mengeluarkan kapas dan berbagai manisan.
*Jek-Hoosshh!… Jek-Hoosshh!…*
*Puff.. puff… puff… puff.. puff… puffpufpufpufpufpufpufpuff…*
("Eh?! Bisa jadi makanan juga rupanya?")
Ini pertama kalinya bagiku mengubah roket, dan baru tahu kalau ternyata Crown-ku bisa mengubah jadi sesuatu yang bisa dimakan.
"WOOOO!! Lihat tuan!! Ada banyak permen berhamburan disana!" teriak Zoker malah heboh mengabaikan keadaanku
"Diam bodoh! Aku sedang kesulitan disini!" Balasku
"Maaf… Aku sama sekali tidak berguna." Ucap Arliz terdengar sedih meski masih mabuk
"AKU MINTA MAAF!" teriaknya tidak jelas semakin kencang
*Jek-Hoosshh!… Jek-Hoosshh!…!*
*Brukk*
"Hosh.. hosh.."
Aku jatuh bersimpuh kelelahan, sementara masih ada satu roket yang sedang terbang ke arahku.
("Tamat sudah.")
("Tenagaku tidak cukup untuk menggunakan Crown lagi.")
("Tubuhku terasa sangat lemas, aku sudah mencapai batas.")
Saat aku sudah pasrah tidak bisa lagi menggunakan Crown.
"Ini.. apa?" tanya si 'nona' memegangi permen
*!!*
Perlahan kulihat ke gadis kecil yang tadi ada di lantai dua, saat ini sudah ada di sebelahku sedang memegang permen yang berjatuhan di lantai.
("Hah?")
("S-Sejak kapan dia ada di—")
"AWAS!" teriakku
Dengan seluruh tenagaku yang tersisa, aku lompat ke gadis kecil itu mencoba melindunginya dengan tubuhku.
("Setidaknya sebelum aku mati.. aku berhasil melindungi gadis yang seperti boneka ini.")
*Fwuushh!*
"TUAN!! MENUNDUK!!" teriak Zoker tiba-tiba
Tidak tahu apa yang ingin dilakukannya, aku menunduk mengikuti perkataannya, dan juga memang sebenarnya aku akan jatuh tergeletak juga kehabisan tenaga.
"RrrwwrraaAAHH!!!"
*Swing!*
Zoker melempar sabitnya seperti boomerang melewatiku ke arah roketnya.
*Fwukfwukfwukfwukfwukfwuk*
*ZrwufhnnNNGG!*
*BWARR!!*
Aku merayap cepat menghampiri si gadis kecil dan memeluk berusaha melindunginya dari serpihan roket.
*Fwukfwukfwuk… Zrep!*
Sabitnya terpental kembali sangat cepat dan menancap di tembok dekat Zoker. Serangannya pun berhenti saat si nona ini berada di jarak serangnya, lebih tepatnya di pelukanku.
"Terima kasih Zoker."
"Hahahaa!! Kau harus memujiku lebih banyak untuk itu, tu—"
"Ini apa?" tanya si gadis kecil memotong masih dalam pelukanku
"Jangan menyela omonganku anak kecil!!" teriak Zoker kesal
"Hmm..?" balasku ke gadis kecil mengabaikan Zoker
"Ini." Lanjutnya menunjukkan permen di tangannya
"Itu namanya.. permen." Jawabku terengah-engah
"Menjauh dari tuanku!"
"Per.. men..?" responnya datar memperhatikan permen di tangannya mengabaikan Zoker juga
("Dia maju-maju ke medan perang hanya untuk mengambil permen?!")
"Hoi! Kalau roketnya mengenainya bagaimana, hah?!" tanyaku kesal ke robot
『"Pertanyaanmu tidak masuk akal." 』 Balasnya
"Hah?"
*Gyut..Gyut..*
Dia menarik-narik baju memanggilku.
"Apa bisa dimakan?" tanyanya polos
"Aku tidak tahu, karena itu bukan permen asli."
"Tapi permen yang biasanya akan terasa manis dan…—"
*Brukk*
Tubuhku ambruk tak kuat lagi, bahkan untuk sekedar menjawab pertanyaannya.
("Ahh.. berakhir sudah.")
Dia membuka bungkus permennya dan memakannya.
"Mmmpp!"
Ekspresinya terlihat begitu terkejut merasakan permen yang masuk ke mulutnya, dan memainkan pelan di mulutnya.
"Kau.. bisa membuatnya.. lagi?" tanyanya padaku
Aku hanya bisa mengangguk pelan membalas pertanyaannya. Matanya yang terlihat kosong dan wajahnya tanpa ekspresi sedikitpun, seolah menunjukkan rasa kesepian dan kesedihan yang teramat sangat, jauh terkubur di dalam dirinya. Sama seperti perkataan Arliz waktu di bar, mungkin dia merasakan hal itu juga darinya.
"Baiklah." Ucapnya bangun setelah menetapkan sesuatu
"AI." Panggilnya
『"Ya, nona?" 』 balas si robot
("Ternyata AI itu nama robot sialan itu, ya.")
"Kumpulkan semua permen yang berserakan, dan.. bereskan sisanya." Ucapnya memerintah si robot
『"Baik, nona." 』 Balasnya
("Gaya bicaranya yang menghela napas di tengah kalimat benar-benar aneh.")
("Dan juga sisanya? Apa dia menyuruh si robot untuk menghabisi kami..?")
*?!*
("K-K-K-Ka-Kakinya??")
("Kakinya melayang?!")
Aku terkejut begitu melihatnya bangun pergi menuju tangga tanpa melangkahkan kakinya mengambang di udara.
("Siapa dia sebenarnya?")
("Tidak, lebih tepatnya..")
("Makhluk apa dia sebenarnya?")
Serangan brutal si robot sudah berhenti sejak terakhir Zoker menghentikan roket terakhir yang mengincarku dengan melempar sabitnya, sedangkan aku mempertaruhkan sisa tenagaku melindungi gadis kecil yang sepertinya adalah tuan rumah di kastil ini.
Meski untuk saat ini kami selamat dari robot gila, tapi aku tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya dan hanya bisa berharap kalau perkataan Arliz yang satunya lagi saat di bar itu salah.