Chereads / Crown: Transferred to Another World to 'Realize' My True Feeling / Chapter 1 - Chapter 1: Lelaki yang Belum Terbentuk Sepenuhnya

Crown: Transferred to Another World to 'Realize' My True Feeling

🇮🇩Levi11
  • --
    chs / week
  • --
    NOT RATINGS
  • 131.3k
    Views
Synopsis

Chapter 1 - Chapter 1: Lelaki yang Belum Terbentuk Sepenuhnya

<"Maafkan Ayah, Hiro.">

<"Ayah akan selalu menunggu, hingga kau memilih sendiri jalan yang terbaik bagimu.">

Entah di umur berapa aku mendengar Ayahku mengatakan itu padaku, dan juga aku tidak mengerti maksud perkataannya saat itu. Meski tidak ingat kapannya, aku selalu mengingat senyum rapuh yang terlihat jelas di wajahnya saat itu.

~~~

Namaku Kurobane Hiro, terlahir sebagai laki-laki dari keluarga kaya yang menginginkan anak perempuan, membuat perlakuan mereka selama 15 tahun membentuk kepribadianku menjadi seperti layaknya perempuan yang suka bermain boneka, masak-masakan, dan lain sebagainya. Meski aku dibesarkan seperti perempuan, ayah selalu berusaha membujuk ibuku agar dia membesarkanku sebagaimana mestinya, namun selalu gagal dan hanya sedikit permintaannya yang didengarkan. Meski sedikit, salah satu permintaannya yang paling berpengaruh adalah membuatku tetap berpenampilan seperti anak laki-laki pada umumnya saat masuk SMP.

Aku lama sekolah privat di rumah, hal itulah yang membuatku tidak pernah bermain keluar. Dan memang karena menurutku tidak perlu, semua kebutuhanku sudah terpenuhi dan selama ada 'mereka' di sisiku maka aku sudah senang.

~~~

Saat pertama kali masuk sekolah di sekolah umum saat SMP, aku pernah mencoba mendekati anak laki-laki di kelasku untuk pertama kalinya.

"Hai, apa kau ingin bermain bersama?" tanyaku sambil menyodorkan Gat (boneka panda kesukaanku)

"Ha?! Kau ini laki-laki, kenapa bermain boneka? Jangan bicara denganku, pecundang!" balasnya menjauh

*???*

("Pecundang? Pecundang itu apa?")

Awalnya aku tidak mengerti maksudnya karena aku tidak pernah tahu rasanya dihina sebelumnya, dan itu adalah yang pertama kalinya. Aku tetap mencoba mendekati setiap orang di kelas, bahkan hampir semua murid yang seangkatan denganku. Namun pada akhirnya mereka semua mengatakan hal yang tidak jauh berbeda.

*Teng.. Teng.. Teng..*

Tak terasa sudah seharian aku bergerak kesana-kemari, waktu bebasku kuhabiskan mencoba bersosialisasi mencari teman, meski tidak ada hasil.

~~~

Setelah pulang aku langsung menanyakan kata yang menurutku asing pada ibuku.

"Bu." panggilku berjalan mendekat

"Ya sayang, bagaimana sekolahnya?" balasnya bertanya masih sibuk mengetik di laptopnya

"Tidak ada yang spesial." Balasku singkat

"Aku mau bertanya, bu." kataku menaruh tas dan duduk di sebelahnya

"Hmm, tanyakan saja." sambil tetap fokus ke laptop

"Pecundang itu artinya apa?" tanyaku langsung

Dia tersentak dan terdiam dengan pertanyaanku. Dia menutup laptop dan melihat ke arahku sambil melepas kacamatanya.

"Kamu dengar darimana kata itu? Teman sekolahmu?" tanyanya dengan sedikit nada serius

"Ya, tadi waktu aku ingin mencoba berteman dengan mereka sambil menyodorkan Gat pada mereka, tapi mereka malah menyebutku pecundang." Jelasku

"Inilah kenapa aku tidak pernah menyetujui…" gumam ibuku hampir tidak bersuara melihat ke arah lain

"Itu artinya mereka tidak ingin bermain denganmu hanya karena kau berbeda dengan mereka." Balas ibu padaku

Ibu maju lebih dekat lagi dari sebelumnya.

"Dengar."

"Abaikan saja mereka yang menolakmu, hanya karena kau sedikit berbeda dari mereka" ujarnya mulai menasihati

"Akan selalu ada orang seperti itu di dunia ini, maka tidak apa-apa kalau mereka hanya sebatas menghinamu."

"Tapi.." ucapnya memegang erat pundakku

"Bila ada orang yang mengusikmu bahkan sampai merusak sesuatu yang berharga bagimu, kau boleh membalasnya saat itu juga." lanjutnya mendekat memegang kedua pundakku meyakinkan

"Aaaa.. Mmm, baiklah." Jawabku mengiyakan

Aku tidak terlalu mengerti kenapa aku harus menjauhi mereka hanya karena hal itu, tapi karena itu adalah perkataan dari ibuku sendiri, aku coba untuk tetap mencari teman sambil tetap mengingat nasihatnya.

Hampir selama satu semester aku coba mendekati semua orang tanpa pilih-pilih, setiap orang yang aku ajak bicara pasti langsung menjauhiku seperti yang lain. Bahkan sebelum kuhampiri, seolah ada yang menyebar kabar tentangku. Karena saat mereka melihatku, mereka langsung menjauh seolah sudah tahu apa yang akan terjadi.

Karena sudah lelah, aku berhenti mendekati siapa pun lagi dan mulai menghabiskan waktu seorang diri di sekolah.

~~~

Semua koleksiku adalah boneka hewan, aku punya bermacam-macam boneka hewan. Tapi diantara mereka semua, yang paling spesial menurutku hanyalah Gat, boneka panda dengan syal biru di lehernya yang selalu ada di sisiku. Bukan karena aku selalu membawanya kemana pun aku pergi, tapi dia yang selalu ada kemana pun aku pergi.

Saat di rumah, ukurannya membesar ada di atas kasur saat aku mengalihkan pandanganku, meski hanya sebentar. Dan ketika pagi ukurannya sudah mengecil lagi dan menggantung di tas. Aku tidak terganggu dengan itu dan tidak pernah membicarakannya dengan orang lain, karena kurasa tidak perlu juga.

~~~

Dua tahun kujalani masa-masa sekolah yang membosankan tanpa menjalin hubungan dengan siapa pun di sekolah, karena mereka semua sama, mereka tidak akan pernah menerima apa yang kusukai. Fokus belajar dan selalu memperhatikan sekitar, mencoba memahami pikiran orang-orang berdasarkan tingkah mereka. Ini semua kulakukan semata-mata untuk melindungi diri sendiri, aku tidak ingin mengambil keputusan yang salah lagi seperti dulu.

Sampai pernah aku ikut coba memainkan video game yang sedang ramai dibicarakan, hanya karena penasaran dengan sesuatu yang belum pernah kucoba dan sekiranya tidak mengganggu belajarku. Dan seperti rumor yang beredar, gamenya tamat saat sudah berhasil mengalahkan Bos terakhir dan dunia menjadi damai. Sayang sekali hal itu hanya dapat terjadi di dalam game, padahal bagus sekali kalau dunia yang tak mengenal perbedaan itu benar-benar ada.

Karena tidak menemukan titik kesenangan seperti yang mereka rasakan, aku membuang game tersebut dan kembali ke dunia nyata.

~~~

Sering kudengar rumor tentang Mariana Lily, primadona sekolah yang terkenal dengan kepintaran, paras yang cantik, rambut perak, sifatnya yang tomboy dan juga jago beladiri yang seolah menjadi daya tarik tersendiri. Dia sering menjadi pusat perhatian, tidak jarang juga aku melihat wajahnya yang memang terlihat lebih cantik dari siswi lainnya, tapi aku tetap tidak tertarik. Tidak peduli seberapa menariknya dia, aku sudah terlanjur menganggapnya sama seperti mereka. Dan kalau diingat-ingat, sepertinya aku belum pernah mencoba mendekatinya selama ini.

Walau sering dibully karena hal yang aku sendiri tidak tahu alasannya, aku tidak pernah melawan sedikitpun, dan karena tidak bisa juga.

Pernah sekali, dia menolongku saat aku dibully anak-anak berandalan yang merasa hebat hanya karena berkelompok memojokkanku yang sendirian.

Pada saat itulah entah dari mana dia lompat ke depanku dan..

*Bukk.. Bakk.. Bukk..*

Lalu dengan mudah mengalahkan mereka semua sendirian.

"Tch, awas saja kau jalang!!" teriak mereka lari

"SIAPA YANG KAU PANGGIL JALANG, HAH!!" balasnya teriak kesal mengepalkan tangan

Saat sudah tinggal kami berdua. Aku yang sudah babak belur terduduk lemas bersandar di dinding, berusaha berdiri dan berjalan menghampirinya.

"Terima kasih, tapi kau seharusnya tidak menolongku karena kau mungkin.. akan diincar mereka juga." Kataku mengingatkan

("Meski sepertinya mustahil sih.")

"Hah? Apa maksudmu?" balasnya bingung melihatku

"Aku hanya menegakkan keadilan, melindungi yang lemah adalah salah satunya!" Tegasnya bertolak pinggang

("Memangnya dia ini superhero dari dunia lain?")

Dia jalan mengambil tasnya yang tergeletak.

*Krasak.. Krusuk..*

Dia merogoh-rogoh tasnya mengambil sesuatu.

"Ahh, masih ada satu." Ucapnya bicara sendiri

"Sini, perlihatkan lukamu." Lanjutnya mendekat ingin memasangkan plester luka di pipiku

Aku reflek mundur menjauh saat dia melangkah mendekat.

"Tidak perlu, aku bisa pasang sendi—"

*Dakk*

("Sial, aku sudah tidak bisa kemana-mana lagi.")

Tidak ada jalan kabur lagi, sekarang aku malah terpojokkan dengan dia.

"Kau ini.."

Protesnya mendekat menempelkan plesternya.

"..mau diobati malah menghindar."

*Deg..Deg..*

("Apa ini?")

"Sebenarnya lukaku cukup banyak kalau kau lihat lebih teliti." Kataku memperlihatkan tanganku yang lecet-lecet

"Sudah dikasih gratis masih bisa protes?!" balasnya terdengar kesal

"Kau beruntung masih sisa satu di tasku." Ucapnya setelah selesai menempelkan plesternya

"Kau harusnya lebih berterima kasih." Tambahnya

*Ssrret*

Dia menutup tasnya dan melihatku dengan serius.

"Kau ini laki-laki, kau harusnya melawan jika diperlakukan begitu." Jelasnya menunjuk-nunjuk dadaku

"Kau beruntung aku melihatmu dibawa kemari, tapi lain kali aku tidak jamin bisa membantumu, jadi kau sendiri harus berubah!" lanjutnya menenteng tas di punggungnya

"Ba-Baik.."

Karena sikapnya itu, ada sesuatu yang tumbuh jauh di dalam diriku.

("Aku telah diselamatkan oleh seorang gadis.")

"Terima kasih banyak Ma.."

("Siapa ya nama keluarganya??")

"Lily." Lanjutku karena mendadak lupa dengan nama keluarganya

"E-A-Ermm.. Mmmmppp…" responnya dengan wajah memerah sambil mengepalkan tangan

("Eh? Apa dia tidak suka dipanggil dengan namanya?")

"Hmmph!!" lanjutnya cemberut kesal pergi meninggalkanku

Karena kejadian itu kupikir dia orang berbeda dari yang lain, orang yang tulus dan baik padaku. Walau serasa posisinya terbalik, aku yang masih remaja jadi memiliki perasaan khusus padanya. Dialah cinta pertamaku…

("Walau sesaat kupikir begitu…")

~~~

Hari-hari berjalan seperti biasa tanpa gangguan sama sekali, hingga dia muncul di hadapanku, lagi, kali ini dengan peran yang berbeda. Aku tidak tahu kenapa, si putri tomboy beserta pengikutnya yang mulai menggangguku setiap hari. Mengejek dan menghina kesukaanku keras-keras di depan murid lain, namun karena sudah terbiasa juga, aku jadi tidak mempedulikannya.

Semua perlakuannya padaku sekarang, membuat penilaianku padanya berubah drastis, dan melupakan cinta pertamaku begitu saja. Meski menggangguku setiap hari, dia tidak pernah bermain secara fisik, dan aku juga sudah kebal dengan hinaan.

Mungkin karena kesal dia tidak pernah aku hiraukan, akhirnya dia mengincar barang kesayanganku, yaitu Gat.

~~~

Suatu hari, sepulang sekolah biasanya aku lewat jalan pinggiran sungai untuk bermain dengan hewan-hewan peliharaan orang yang sekedar jalan-jalan maupun kucing-kucing liar yang sedang bermain juga disana.

Tapi sore itu berbeda dari biasanya, seakan sudah tahu kalau sesuatu akan terjadi disana, tempatnya jadi benar-benar sepi, hanya suara pelan rerumputan yang tertiup angin, dan aku mendengar langkah kaki berat dari rumput yang terinjak mendekat perlahan. Kulirik sedikit mencari tahu siapa yang ada di belakangku.

*!!*

Ternyata si putri tomboy yang entah sejak kapan mengikutiku dan sekarang sedang menatapku dengan serius.

"Aku sebenarnya tidak ingin mengatakan hal ini dan ingin kau menyadarinya sendiri, tapi ini sudah terlalu lama dan sudah tidak bisa kutahan lagi." Ucapnya memulai ocehannya

("Apa-apaan dia ini, tiba-tiba muncul dan bicara tidak jelas seperti ini.")

"Kenapa kau tidak pernah mendengarkan perkataan orang lain? Kau itu laki-laki, tidak seharusnya bersikap dan bermain permainan lemah seperti itu!" Bentaknya tiba-tiba menaikkan intonasi

("Lemah?!")

"Dan apa itu? Jepit rambut? Mana ada laki-laki yang kemana-mana memakai aksesoris wanita seperti itu?!" lanjutnya mengkritik penampilanku

Tidak terima dengan perkataannya, tanpa pikir panjang lagi aku membalas.

"Kau juga kenapa?! Kenapa selalu mengikuti dan mencampuri urusanku?! Aku tidak ingat pernah sekalipun berbuat salah padamu, lalu kenapa?! Kenapa kau selalu menggangguku?!" balasku melepaskan semua yang kupendam selama ini

"Lalu ikat rambutmu."

"Ikat rambut macam apa yang tebal dan kelewat panjang seperti itu?" tambahku protes mengkritik penampilannya juga

"A-Aku hanya tidak suka kalau ada sesuatu yang menurutku tidak sesuai tempatnya." jawabnya sedikit ragu

"Dan penampilanku ini ada alasannya!" lanjutnya membentak membela diri

"Aku bukan barang!" bentakku memperjelas

"AKU TAHU! Bukan itu maksudku bodoh!" responnya langsung

"Arrgh… Kenapa kau tidak mengerti juga sih!!" balasnya kesal mengacak-acak rambut

"Pria itu tidak seharusnya bermain mainan seperti ini!" teriaknya tiba-tiba ingin merenggut paksa Gat yang menggantung di tasku

Melihatnya mengincar barang kesayanganku, rasanya aku ingin marah untuk yang pertama kalinya, sangat marah sampai aku serasa ingin mengutuknya. Aku masih mengingat pesan ibu untuk tidak membiarkan orang yang merusak barang kesayangan milikku dan..

("Dialah orangnya.")

*grab*

Dengan cepat, aku reflek memegang kepala Gat dan berusaha mengambil kembali sekuat tenaga, tapi cengkramannya terlalu kuat.

"Hei, lepaskan Gat! Kalau tidak aku akan lakukan sesuatu yang buruk padamu." Ancamku selagi tarik-menarik

"Hah?! Memangnya kau bisa apa? Dasar pecundang!" balasnya spontan langsung menunjukkan mata seakan kaget dengan ucapannya sendiri

Setelah mendengar kata itu lagi setelah sekian lama, aku merasa seperti ada sesuatu yang terlepas dari dalam diriku. Tiba-tiba saja kekuatanku meningkat dan aku menarik Gat lebih kuat lagi, namun dia juga melakukan hal yang sama. Dan akhirnya..

*Srekk*

Kepala dan badannya sobek terpisah menjadi dua..

*Sringg…*

Dan saat tubuhnya terpisah, tiba-tiba muncul cahaya menyilaukan dari dalam badan Gat. Tubuh kami terhempas karena tarik menarik tadi, untuk sekilas waktu terasa melambat dan aku seperti melihat siluet beruang besar dengan mahkota sedang melambai-lambai padaku, semakin lama semakin menjauh dan menghilang.

Setelah hilang, waktu kembali normal dan tubuhku lanjut terhempas dari tempatku berpijak.

*step*

Saat aku menginjakkan kaki ke belakang menahan agar tidak terjatuh.

"Hah??"

Saat itulah aku terpindah ke tempat lain.

"Ini dimana?" aku bertanya-tanya sendiri melihat tempat yang belum pernah kulihat sebelumnya

Tempat ini jelas bukan tempat yang tadi, dan juga Lily yang tadi di hadapanku juga telah menghilang entah kemana. Suasana mencekam dari hutan di malam hari, membuatku bingung dan tak tahu apa yang harus kulakukan.

Aku berjalan pelan menyusuri hutan dengan pepohonan yang kering tak berdaun sama sekali.

*AAUUUU*

*GWUKGWUKGWUK*

Diiringi suara-suara burung hantu dan auman serigala dari segala arah membuatku panik mencari-cari ke sekeliling.

*Krekk*

*WwaaK.. Waak.. Wak.. WaaaKk*

Suara gagak yang tiba-tiba berterbangan saat aku secara tak sengaja menginjak ranting yang berserakan di tanah, membuatku memilih untuk berdiam bersandar pada salah satu pohon. Hanya ditemani cahaya bulan, aku mengharapkan keajaiban yang dapat menyelamatkanku dari tempat mengerikan ini.

Sambil terus berharap dan menutup mata, tanpa sadar aku pun tertidur karena lelah.