Aku bermimpi, mimpi terbangun sedang berada di perkebunan melon dan tiduran di tanahnya yang entah bagaimana terasa empuk, sangat nyaman rasanya. Satu-satunya yang aneh menurutku adalah bau alkohol menyengat dimana-mana.
Tiba-tiba saja aku merasa haus dan lapar, aku juga penasaran dengan satu melon besar yang menggantung tepat diatas kepalaku. Aku tertarik dan bangun coba menggapai berusaha menariknya dari dahan tempat dia menggantung.
*Pyuu〜tt*
Tidak seperti melon pada umumnya, tekstur kulitnya sangat lembut, tapi tebal. Semakin kuraba melon itu, entah kenapa perasaanku semakin merasa bersalah karena hanya mengelus-elus tanpa mencoba untuk mengupas dan segera memakannya. Saat sedang asyik mengelus-elus melonnya, tiba-tiba dari kejauhan datanglah ombak yang menghanyutkan semuanya.
*Byurr*
"HAH!?!?!"
Aku terbangun kaget, aku menyeka-nyeka wajah. Setelah kulihat siapa pelakunya, ternyata paman yang menyiramkan air membangunkanku dari tidur mimpi indah. Dan saat sadar, tidak tahu kenapa posisi tidurku jadi terlentang, seingatku tadi lagi duduk di kursi.
"Mengganggu tidur orang saj—"
"Se-Selamat pagi, tuan."
Terdengar suara Zoker menyambut dengan lembut.
"Ah.. pagi." jawabku setengah sadar menenggelamkan kepalaku ke sesuatu yang kukira bantal
Aku sedikit bertanya-tanya kenapa aku disiram, kenapa wajah paman terlihat kesal, kenapa ada sesuatu yang empuk disini. Aku tidak peduli dan mencoba tidur lagi.
"Bangun, tuan.."
"Lima menit lagi." Kataku
"Oii, cepat bangun!! Pelangganku tidak ada yang berani masuk kalau kau masih disitu!" teriak paman dari jauh
"Iyaa-iyaa." kataku bangun perlahan
Bangun pagi disambut dengan senyum manis Zoker dan cahaya mentari yang mengintip masuk dari jendela, meski sudah agak terik. Ditambah segelas kopi yang sudah siap di atas meja, kuhirup perlahan dan meminumnya.
*Slurrpp*
"Ini kau yang pesan?" tanyaku
"Benar, tuan." Balasnya
"Hmm." jawabku lanjut minum
*Slurrp*
"Ahh, beginilah cara menikmati hidup."
〜Hening〜
"EHHH!!!"
*Brak!!*
Aku kaget sampai terjatuh dari bangku.
"Ke-Ke-Ke-Ke-Kenapa kau ada disini?" tanyaku panik baru sadar
"So-Soalnya saat aku bangun, aku tidak tahu ada dimana.. dan juga tuan tidak ada di sebelahku." Jelasnya
"Bukannya sudah aku tinggalkan pesan di kamar?" tanyaku
"Pesan? Pesan apa?" tanyanya memiringkan kepala
"Pesan kalau aku akan kembali di pagi hari." Jelasku
"M-Maaf, sepertinya aku tidak lihat karena panik dan langsung keluar mencarimu, tuan." Balasnya memelas
"Bagaimana kau tahu aku disini?"
"Aku berlarian mencari ke seluruh kota sejak pagi." Jawabnya
Aku lihat jam dan terkejut karena ternyata sudah hampir tengah hari.
"Se-Sepertinya tuan kelelahan setelah berurusan denganku semalam.."
"Jadi begitu sampai disini, aku pindahkan tuan ke pangkuanku hingga tuan bangun." jelasnya dengan senyum tanpa dosa
Aku merasakan tatapan paman yang melihatku seperti orang mesum dari penjelasannya yang absurd.
"Dan juga, tadi tuan me-mera.. meraba-raba da—" lanjutnya pelan
"AAAAAAAAAAAAAAAA!!!" teriakku histeris memotong
Terjadi kilas balik di kepalaku, mengingat mimpi, posisi tidur, dan paman yang menyiramku, semuanya terhubung dengan penjelasan Zoker barusan.
("Itu artinya, melon yang kuelus-elus di dalam mimpi tadi adalah…")
Aku meminta maaf, meluruskan kesalah pahaman pada paman dan menjelaskan kalau Zoker yang sudah menjadi servant-ku, jadi dia tidak perlu takut lagi. Setelah itu aku bayar tagihan dan keluar dari bar.
Saat di luar, kota sedang ribut membicarakan kejadian semalam. Semuanya saling membantu memperbaiki rumah mereka yang jadi korban kebrutalan Zoker, dan dia sepertinya juga terlihat merasa bersalah.
Kalau aku datangi satu-persatu warga, akan memakan banyak waktu. Jadi aku pergi ke kantor walikota untuk memberikan bantuan langsung untuk dialokasikan bagi yang membutuhkan. Meski kepalaku masih terasa sakit bekas alkohol semalam, aku paksakan pergi secepatnya dengan Zoker yang menunjukkan jalannya. Karena dia berasal dari sini, dia pasti tahu seluk-beluk kota.
~~~
Setelah sampai di kantor walikota, kami langsung masuk ke dalam.
"Selamat datang, ada keperluan apa, tuan?" tanya resepsionis menyambut
"Aku mau bertemu pak walikota, ada urusan penting mengenai perbaikan kota." Jawabku
"Atas nama siapa?" tanyanya lagi
"Namaku.. emm.. Toon." Jawabku mulai pusing
"Baiklah, tunggu sebentar." Balasnya pergi entah kemana meninggalkan kami
("Kepalaku terasa berputar-putar dan pandanganku sedikit kabur, efek alkoholnya masih terasa.")
Setelah itu kami dipersilahkan bertemu dengan walikota di ruangannya.
"Selamat datang.. kau tidak apa-apa?" tanya walikota melihatku yang terlihat mau pingsan
"Tidak apa-apa. Langsung pada intinya saja, aku ingin memberi bantuan ke warga perihal.."
*Deng*
("Gawat, aku sudah mencapai batas.")
Langsung kukeluarkan sejumlah koin emas dan kuberikan padanya tanpa tahu berapa jumlahnya.
"Pokoknya.. tolong bagikan uang itu untuk warga membutuhkan, aku permisi dulu." kataku meninggalkan ruangan
"Kau yakin uang sebanyak ini kau—"
*Darr*
Suaranya tak terdengar lagi setelah pintunya tertutup.
("Untung dia tidak menanyakan alasannya, aku tidak mau dia sampai curiga.")
Kepalaku masih terasa sakit, perutku juga rasanya lapar sekali. Di jalan aku mencari-cari makanan yang enak yang sekiranya pantas untuk standar kelas atas, mengingat Zoker dulunya bangsawan, aku jadi ingin merayakannya sedikit untuknya.
"Zoker." Panggilku
"Ya, tuan."
"Apa ada yang kau inginkan sebagai perayaan kau menjadi pelayanku?" tanyaku sempoyongan berjalan di sebelahnya
"T-Tidak perlu repot-repot, tuan." Balasnya
"Lebih baik kita cari tempat istirahat dulu, cara berjalanmu sudah tidak normal, tuan."
"Ya sudah, kita beli cemilan saja." Ucapku memutuskan
Kebetulan ada tukang buah di dekat kami.
"Permisi, tolong apelnya sekantung." Kataku memesan
"Baikla— Hwa..!" penjualnya tiba-tiba berteriak kaget
Setelah melihat reaksi aneh penjualnya, aku melihat apa yang dia kagetkan. Dan saat itulah aku baru sadar kalau dia keluar membawa sabit itu lagi.
"Oh, tenang saja, dia tidak akan melakukan hal buruk atau apapun sejenisnya kok." Kataku menenangkan
"I-I-I-Ini." Penjualnya gemetaran memberikan apel
"Ini uangnya." Ucapku membayar
Kami lanjut jalan lagi mencari tempat duduk.
"Kenapa kau tidak tinggalkan sabit itu di kamar?" tanyaku heran
"I-Ini benda berharga bagiku, jadi aku tidak akan meninggalkannya bagaimanapun juga." Balasnya yakin
"Meski aku yang perintahkan?" tanyaku lagi
"K-Kalau itu... emm... " balasnya terlihat dilema kebingungan
"Tidak kok, cuma bercanda."
Aku tertawa kecil melihat responnya.
Aku jadi penasaran dengan dengan wajahnya yang tidak tertutupi rambut, poninya itu sungguh mengganggu. Dan juga bajunya basah terkena cipratan air di bar tadi, kurasa aku harus membelikannya baju baru. Penampilannya yang sekarang benar-benar mengundang banyak tatapan-tatapan mesum, termasuk diriku sendiri.
Aku menghentikan langkah didepan salon pinggir jalan.
*Grab*
Aku memegang sabit di punggungnya.
"Eh.. apa yang tuan.." ucapnya bertanya-tanya
"Aku hanya akan menjaganya untukmu sebentar, kau masuklah." kataku mengambil sabitnya dan menyuruhnya masuk ke dalam
*Deg..Deg..*
("Eh?")
Aku merasakan ada sesuatu yang aneh dari sabitnya, meski aku sendiri tidak tahu apa itu.
*Klenteng.. Klenteng..*
"Ara, selamat datang.." sambut pemilik salonnya menghampiri
"Bibi, tolong buat dia menjadi lebih cantik lagi, aku akan menunggu di luar." Pintaku ke pemilik salon dengan satu tangan tetap di luar memegang scythe
[Note: Sabit besar = Scythe]
"Baiklah, silahkan lewat sini nona." Balasnya membawa Zoker masuk
"Jangan tinggalkan aku, tuan." melasnya seperti kucing yang akan ditelantarkan
"Tenang saja, aku tidak akan meninggalkanmu." kataku menutup pintunya
*Kruyukk…*
Perutku yang lapar sudah mulai memberontak. Sambil menunggu, aku makan satu apelnya lalu tidur sebentar meringankan beban di kepalaku yang serasa mau meledak sambil menunggunya di kursi depan salon.
~~~
..
"T-Tuan.. Tuan" terdengar samar suara Zoker mencoba membangunkanku
"Hmm??" aku setengah sadar mengusap-usap mata
"WAAAAA!!" teriakku kaget melihat bungkus makanan berbicara
Setelah kuperhatikan lagi, itu adalah Zoker.
("Akhir-akhir ini aku sering sekali dikejutkan oleh berbagai hal, ini tidak baik untuk jantungku.")
"Kenapa kau pakai bungkus ma— Eh, apelnya sudah habis?" tanyaku bingung sendiri
"A-Aku tidak percaya diri dengan penampilanku saat ini, jadi tolong izinkan aku memakai ini untuk seterus— Kyaaa!!" teriaknya saat kulepas bungkusan dari kepalanya
...
Aku terdiam melihat penampilan barunya, poni yang menutupi wajahnya kini telah hilang. Wajah cantik yang malu-malu, mata birunya yang indah, dan tahi lalat kecil di bawah mata kirinya. Ditambah juga bajunya yang berbeda dari sebelumnya, membuatnya tambah manis. Jika saja tidak membawa scythe, dia pasti terlihat seperti gadis pada umumnya.
Aku tidak bisa berkata apa-apa lagi, tapi kucoba tetap terlihat tenang sebagai tuannya.
"Ehm.. Penampilanmu lebih cocok begini." kataku menggangguk-angguk setuju
"Te-Terima kasih, tuan." Balasnya malu-malu mencoba menyembunyikan senyum di wajahnya
"Tapi sepertinya, jepit rambut dariku kurang cocok dengan penampilanmu yang sekarang."
"Ayo kita cari yang baru." Ajakku bangun dari duduk
"TIDAK!" balasnya berteriak menolak
Dia reflek menutup mulutnya seperti merasa bersalah sudah berteriak di depan umum.
"M-Maksudku, jepit rambut ini adalah pemberian pertama dari tuan, tidak akan ada yang bisa menggantikan.. nya." jelasnya dengan suara yang semakin mengecil
"Baiklah kalau kau suka yang itu." Balasku mengiyakan
Aku lihat menara jam masih menunjukkan jam dua, berarti baru satu jam yang lalu dia di dandani, dan apel sebanyak itu sudah dihabiskannya sendirian dalam sekejap.
("Kurasa aku akan makan di penginapan.")
Setelah kuperhatikan lagi, tempat ini juga menyediakan baju-baju perempuan.
Aku masuk untuk membayar tagihannya, sedangkan Zoker hanya memasukkan kepala mengintip dari luar menjaga sabitnya.
"Selera anda bagus sekali, bibi." kataku semangat sampai mengacungkan jempol
"Ara-ara.. terima kasih pujiannya." Balasnya senang memegangi pipinya
"Dari awal pacar anda memang sudah cantik, memakai baju apapun pasti akan terlihat cocok." Lanjutnya
"Pa-Pacar??" respon Zoker terdengar terkejut senang mendengarnya
"Ah..Ahaha..ha... terima kasih." balasku mengiyakan kesalahpahaman
("Dia ini servant-ku, bukan pacar.")
~~~
Setelah itu kami berjalan kembali ke penginapan dengan seluruh perhatian menuju ke arah Zoker, lebih dari sebelumnya. Penampilan baru Zoker menarik perhatian semua orang di jalan, seperti melihat bangsawan dan pelayannya. Tentu saja aku yang jadi pelayannya, karena aku yang membawakan scythe dan berjalan di sampingnya.
Sampai ada segerombolan pria tiba-tiba muncul mendekati Zoker.
"Tunggu-tunggu.." ucapnya menghadang kami
"Hei manis, mau ikut main sama kami sebentar?" kata salah seorang dari mereka dengan gaya-gaya tengil khas berandalan
"A-Anu." Zoker terlihat ketakutan dengan kehadiran mereka
("Ingin rasanya kuberitahu mereka kalau 'dia' yang lain sungguh mengerikan, tapi kulihat dulu sampai sejauh mana mereka bertingkah.")
"Ayolah, tinggalkan saja pelayanmu yang membosankan ini, pelayan lemah seperti dia tidak akan bisa melindungimu."
"Di-Dia bukan pelayanku.. dia adalah tuan—"
"Lebih baik ikut kami saja." Potong seorang lagi yang kelihatannya seperti pemimpin mereka
"Pfft.."
Tanpa sadar aku hampir tertawa.
"Maaf." kataku langsung menutup mulut mengalihkan pandangan
*Sring*
"Hah?? Apa maksudmu? HAH?!" bentaknya mengintimidasi menghunuskan pedang
"HWOA!! Ada perkelahian!!���
"Cepat panggilkan petugas keamanan!!"
Warga sekitar pun langsung panik berlari ketakutan melihatnya mengeluarkan senjata di tengah kota seperti ini.
("Tingkah mereka sudah mulai kelewatan dan meresahkan warga.")
("Ditambah…")
("Perutku yang kelaparan yang baru diisi satu apel sudah mulai memberontak, akan aku coba percepat event kali ini.")
"Maaf, tapi kami sedang buru-buru." kataku menyingkirkan pedangnya dan mencoba menyelinap keluar sambil menarik tangan Zoker
"Tunggu dulu." mereka menghadang kami dengan pedang dan tongkat sihir
("Merepotkan!!")
"Kita selesaikan ini nanti, ada yang harus kami lakukan saat ini." Ucapku berusaha lari dari mereka
"Kau pikir bisa pergi begitu saja? HAH?!" teriaknya tepat di sebelah telingaku
("Apa orang-orang ini tidak bisa mengendalikan volume suaranya?")
���Itu! Disana!" kata seorang warga menunjuk kami dari kejauhan membawa petugas keamanan
Para petugas keamanan sudah mulai bermunculan ingin menertibkan kami.
"Aku akan menyerah dan meninggalkan 'tuan'ku ini pada kalian." Kataku
"Eh?!" respon Zoker terlihat terkejut mendengarnya
Aku melihatnya dan memberikan senyum kecil secepat kilat sebagai kode.
"Itu juga jika kalian bisa mengalahkanku nanti malam di luar kota." Pancingku
"Tapi jika aku yang menang, jawab semua pertanyaan yang kuajukan pada kalian." Lanjutku
"Bagaimana?" tanyaku membujuk mereka
("Dengan ini aku bisa mendapatkan informasi sendiri tanpa bantuan Informan.")
"Cih, sombong sekali kau." Ucap salah satunya terpancing
*Srepp*
Dia menyarungkan kembali pedangnya.
"Baiklah, jangan salahkan kami kalau kau jadi cacat nantinya." lanjutnya
"Sabar ya cantik, kau pasti akan menjadi milik kami. Hahahahahaha." ucapnya dengan senyum menjijikkan mengelus dagu Zoker dan membawa pergi gerombolannya
"Sialan.." gumam Zoker
Saat itu terlihat dari matanya Zoker kalau dia sudah menggunakan Crown menggertakkan giginya. Segera kutarik tangannya sebelum dia mengamuk dan pergi ke arah berlawanan secepat mungkin.
("Bisa gawat kalau yang 'satu'-nya lagi keluar sekarang, keuanganku akan terancam.")
~~~
Di penginapan, aku menyuruh Zoker ke kamar duluan dan aku makan sebentar di bawah. Penginapan ini menyediakan bar juga, tapi tidak menyediakan bir, sehingga aku biasa minum di luar.
Aku membawa beberapa roti untuk Zoker yang sedang menunggu di atas.
"Mengisi perut sudah, sekarang saatnya membuat potion untuk berjaga-jaga nanti." Ucapku bicara sendiri
~~~
Di kamar. Kulihat Zoker sedang duduk diam di sudut kasur melamun melihat ke arah jendela, mungkin karena kejadian tadi.
Kuhampiri dan duduk di sebelahnya.
"Kau masih memikirkan yang tadi?" tanyaku
Dia tidak membalas dan tetap diam mengabaikanku. Aku sadar aku yang salah, dan segera bangun meminta maaf.
"Aku minta maaf karena tidak menolongmu saat itu dan membiarkan mereka menyentuhmu." ucapku menunduk minta maaf
("Sepertinya dia tidak menangkap sinyal dariku tadi.")
Perlahan dia melihat ke arahku dan terkejut.
"Tidak-tidak-tidak-tidak, kau tidak boleh menundukkan kepala ke pelayanmu, tuan." Ucapnya panik melihat sikapku
"Tuan tidak salah apapun, aku yakin semua yang tuan lakukan pasti ada tujuany—"
Seketika Crown-nya aktif dan dia berganti ke diri yang satunya lagi. Dengan cepat aku segera menutup rapat pintu kamar dan juga telingaku.
("1.. 2..")
"DASAR BODOH!!"
"KENAPA KAU BIARKAN MEREKA MENYENTUH WAJAHKU DENGAN TANGAN KOTOR MEREKA?!"
"PADAHAL AKU MAUPUN KAU BISA MENGHABISI MEREKA DENGAN MUDAH!" protesnya marah-marah padaku
"Maaf, aku melakukan itu karena punya tujuan lain." Balasku kembali menundukkan kepala padanya
"Kalau tidak, mana mungkin aku membiarkan orang-orang seperti mereka menyentuh sesuatu milikku, meski seujung jari." Lanjutku
"Kita butuh informasi dari mereka terlebih dahulu, setelah itu kau bebas melakukan apapun." kataku meyakinkan
..
"Hmph, baiklah kalau kau bilang begitu." Balasnya menerima pembelaanku
"Mereka beruntung karena tidak menyentuhnya..." lanjutnya memegangi jepit rambut dariku
"Kalau mereka menyentuhnya bahkan sedikit saja." Ucapnya mengepalkan tangan kuat-kuat
"Aku akan langsung menghabisi mereka di tempat."
("Ternyata Crown-nya bisa aktif sendiri, bisa repot kalau aktif disaat tidak tepat.")
Zoker kembali dengan wajah kebingungan, sedangkan aku kembali sibuk meracik potion.
"A-Apa aku tadi menggunakan Crown-ku, tuan?"
"Ya… kau tidak ingat?"
"Mmm." balasnya menggelengkan kepala
"Terkadang aku bisa mengingat semua yang kulakukan saat menggunakan Crown, dan terkadang tidak." Jelasnya
Dia diam sebentar lalu bicara lagi.
"Tuan, sebenarnya... "
Aku menoleh ke arahnya yang sedang menyatukan telunjuk tanda ingin mengatakan sesuatu.
"Tidak jadi tuan, maaf." Lanjutnya malah tiduran menutup dirinya dengan selimut
Bersikap seperti itu malah membuatku jadi makin penasaran, tapi tetap aku tidak tanyakan.
Kalau itu adalah sesuatu yang penting baginya, biar dia yang menjelaskan sendiri pada waktunya. Dan kuharap dia menceritakan tentang dirinya, karena aku belum mengetahui banyak tentang dirinya.