Chapter 2 - Chapter 2: Awal yang Buruk

Aku terbangun menggenggam kepala Gat dan juga karena rasa lapar yang sangat. Kuusap-usap mata sebentar, dan yang pertama kali kulihat adalah langit-langit yang tidak kukenali, ruangan dari kayu dengan interior seperti jaman dulu. Panik dan tidak bisa memahami situasi, kutaruh kepala Gat di saku dan aku mencoba cari pintu keluar dari sana.

Begitu keluar, semua yang kulihat hanyalah pepohonan rindang menjulang tinggi sejauh mata memandang. Tak mempedulikan semua itu, aku mulai lari tanpa arah.

Meski baru sebentar, rasa lapar membuatku tidak punya tenaga untuk berlari lagi. Bahkan untuk berjalan saja sudah tak sanggup, aku berhenti istirahat di bawah pohon. Dan tiba-tiba..

*Step.. Step..*

Terdengar suara langkah kaki mendekat, tapi tidak seperti suara langkah manusia.

*Degdegg.. Degdeg..*

*!!*

Dan ternyata benar, seekor serigala besar muncul dari balik pohon ke hadapanku dengan air liur menetes tanpa henti dari mulutnya.

*Grrr*

Aku sangat ketakutan dan ingin melarikan diri, tapi sudah tidak punya tenaga lagi. Saat dia meloncat ingin menerkam, aku reflek menutup kedua mataku dan..

*puff*

*Kyut...Kyut...*

Saat aku sudah pasrah dengan kematianku yang jadi santapan seekor serigala di tempat yang tak kukenal, sekarang tanganku malah terasa geli seperti digigit sesuatu yang lembut. Karena penasaran apa yang menggigit tanganku, aku mengintip sedikit.

*?!*

Dan benar saja, serigala menyeramkan dan besar tadi berubah jadi boneka hidup yang sekarang sedang mencoba menggigit tanganku.

*Bukk..*

Kupukul serigala jadi-jadian tadi sekuat tenaga dan dia langsung jatuh tak bergerak, begitupun juga aku yang lemas langsung kehilangan kesadaran, lagi.

*Dapp*

Tepat saat aku terjatuh, aku merasa kalau ada tangan besar yang menangkap tubuhku sebelum jatuh ke tanah.

~~~

Untuk kedua kalinya, aku terbangun di tempat tidur yang sama. Badan lemas yang tadinya tak bertenaga, langsung semangat begitu mencium aroma masakan, tapi aku tidak punya tenaga untuk berjalan. Kulihat di sebelah ada pria besar dan kekar mengenakan celemek, seperti sedang menungguku siuman.

"Yo." Sapanya sok akrab

"Aku tidak akan berbuat jahat padamu, jadi jangan takut. Aku hanya ingin bertanya beberapa hal padamu." lanjutnya memulai pembicaraan senyuman lebar

Jujur, jika saja aku bisa berlari, aku pasti akan berlari sejauh mungkin. Pria besar ini jauh lebih menakutkan dibanding serigala tadi, tapi aku mencoba tenang.

"Maaf sebelumnya.." Kataku menyembunyikan ketakutan

"Tapi, tubuhku terlalu lemas untuk sekarang. Jadi... ermm... bolehkah aku meminta sedikit makanan? Aku merasa sangat lapar sekarang." Lanjutku

"Oh iya, kalau begitu isi dulu perutmu, setelah itu kita bicara." balasnya pergi mengambilkan makanan

~~~

*??*

"Apa ini?"

Aku yang biasa makan dengan peralatan lengkap, hanya terdiam melihat makanan di depanku disajikan di atas piring begitu saja. Dia yang melihatku kebingungan, memperagakan cara makan dengan tangan kosong di depanku, dan aku langsung menirukannya.

"Sepertinya kau— Ahh, tidak jadi, lanjutkan saja." Ucapnya berjalan melihat ke luar jendela

Aku tidak menghiraukan perkataannya saat itu, karena perhatianku sedang tertuju pada makanan yang ada di hadapanku sekarang. Meski terasa hambar tapi aromanya sungguh menggoda, dan juga aku tidak tahu daging apa yang sedang kumakan sekarang.

Selesai makan, kami melanjutkan pembicaraan tadi. Rasa takutku sudah agak berkurang setelah makan, walau selera berpakaiannya masih membuatku merasa aneh.

"Jadi, siapa namamu?" tanyanya memulai

"Hiro, Kurobane Hiro." Jawabku

..

Dia berpikir sendiri setelah mendengar namaku, dan lanjut bertanya lagi.

"Nama yang aneh... oh ya, namaku Black." balasnya

"Bagaimana dan kenapa kau ada disini?" lanjutnya bertanya dengan nada bersahabat

"Aku sendiri tidak tahu apa yang terjadi, dan kalaupun aku ceritakan.. kau pasti tidak akan percaya." Jawabku melemas

"Tidak apa, ceritakan saja... kebetulan aku juga suka dengan hal-hal yang tidak masuk akal." balasnya meyakinkan

Setelah itu aku ceritakan padanya kalau aku bukan berasal dari sini, dan semua kejadian hingga aku bisa terpindah kesini dan Lily yang menghilang entah kemana. Dia sedikit terhentak saat kusebut nama Gat. Selesai menceritakan semuanya, dia mulai bicara lagi.

"Apa kau yakin kalau gadis yang kau maksud itu ikut terpindah juga?" tanyanya meyakinkan

"Tentu tidak." Balasku

"Kalau dia ikut terpindah ke dunia ini juga, maka aku akan mencarinya dan dengan pasti membuatnya menyesal dengan apa yang telah dilakukannya.�� Jelasku kesal mengepalkan tangan

"Tapi kalau tidak.."

"Maka aku akan mencari cara untuk kembali ke dunia asalku, dan membalasnya disana."

"Hmmm.." responnya mengiyakan jawabanku

"Lagipula, bagaimana bisa aku pindah ke dunia ini? Kalau semua ini adalah perbuatan seseorang, kenapa harus aku? Untuk apa dia memanggilku kesini?!" lanjutku mulai protes sendiri

"OK-ok, tenanglah, aku percaya dengan ceritamu." Balasnya berusaha menenangkan

"Dan juga karena tidak ada juga alasan buatmu berbohong."

"Dan nama, namamu terdengar asing disini, Mystopia."

"Jadi aku akan memberikan nama untukmu sesuai kekuatanmu." Jelasnya

"Kekuatan? Kekuatan apa?" tanyaku bingung

….

Untuk sesaat kami saling menatap satu sama lain dengan wajah penuh kebingungan.

"Hah??"

Dia membalas dengan wajah bingung juga.

"Hmmm." gumamnya melipat tangan

"Disini, di Mystopia, ada kekuatan misterius yang dinamakan Crown."

"Dan kau beruntung memilikinya, tapi kalau kau dapat menggunakan Crown, berarti kau telah kehilangan sesuatu yang berharga dalam hidupmu. Itulah konsekuensinya." jelasnya

"Apa ada sesuatu yang diambil darimu?" lanjutnya bertanya

"Ada, dan itu adalah sebagian dari benda kesayanganku."

"Aku pasti akan mengambilnya kembali dan membuatnya menyesal sudah memanggilku seorang pecundang, bagaimanapun caranya." lanjutku mengepalkan tangan

"Dengan kata lain balas dendam?" balasnya

"Ahh, mencari musuh itu memang lebih mudah dari mendapatkan teman, bahkan kau sendiri tidak akan tahu kapan temanmu akan menjadi musuhmu." Tambahnya seolah paham mengangguk-angguk

"Aku tidak punya teman, jadi aku tidak tahu hal itu." Balasku menanggapi

Tiba-tiba dia menoleh dan menepuk pundakku sambil menggeleng-geleng pelan kepalanya. Aku tidak tahu apa maksudnya, tapi entah kenapa kelakuannya barusan membuatku kesal.

"Dan juga, gayamu terlihat seperti.. bagaimana aku mengatakannya ya.."

"Umm, kurang jantan?" lanjutnya bertanya-tanya

"Bukan urusanmu." Balasku cepat

("Aku paling tidak suka saat ada orang yang mengkritik sesuatu tentangku.")

"Ya ya ya, aku mengerti kenapa kau tidak punya teman." Ucapnya menyimpulkan sendiri

"Karena aku sedang bosan disini dan ada tujuan tersendiri, aku akan melatihmu menjadi lebih kuat dan lebih jantan dari kau yang sekarang sehingga—.."

"Ehem, pokoknya aku punya prediksi tersendiri dari ceritamu dan akan mengajarkanmu cara bertahan hidup disini."

"Selama di Mystopia, namamu adalah.... emm... Toon, terdengar cocok dengan jenis kekuatan dan sifatmu, ingat itu." Lanjutnya

Aku tidak terlalu mengerti apa maksudnya dan hanya mengiyakannya begitu saja. Selama aku bisa membalaskan apa yang dilakukan cewek tomboy itu, aku akan menelusuri jalan itu tak peduli apapun.

~~~

Hari-hari latihanku pun dimulai, dengan penjelasan Crown lebih detail dan cara menggunakannya. Black mulai dengan menunjukkan Crown miliknya terlebih dulu.

"Untuk menggunakannya, cukup bayangkan apa yang menjadi sumber kekuatanmu dan fokuskan seperti ini." Jelasnya sambil mengeraskan tubuhnya

Sebenarnya aku masih tidak percaya kalau kekuatan seperti Crown itu ada, tapi sekarang buktinya ada di hadapanku. Setelah konsentrasi sebentar, tubuhnya perlahan menjadi lebih padat dan mengeras berlapis berlian.

"Crown milikku bertipe buff, membuat tubuhku menjadi sekeras berlian."

"Kalau milikmu mungkin seperti sihir bertipe area, mengubah semua yang di sekelilingmu menjadi seperti boneka."

"Selama kau tidak bisa mengendalikannya, kekuatanmu tidak hanya akan berdampak pada lawan, tapi juga kawan." Tambahnya perlahan kembali normal

"Dengan kata lain, bumerang atau senjata bermata dua."

"Dan ingat, meski terkesan sama, sihir dan Crown itu berbeda."

"Untuk saat ini kau berlatih cara menggunakannya saja dulu, tidak perlu terburu-buru."

"Karena, kalau ceritamu benar, gadis kuat itu pasti bisa bertahan hidup hingga kalian bertemu lagi nanti." Jelasnya

Aku mencoba apa yang diajari Black. Tenang, tarik napas, dan fokus membayangkan mengubah sekelilingku menjadi boneka. Namun tidak bisa juga meski berkali-kali kubayangkan dunia boneka yang ada di kepalaku.

Semua itu berlangsung berhari-hari, sampai suatu pagi dia mengajakku berburu untuk makan malam.

~~~

Di jalan mencari mangsa.

"Black." Panggilku

"Hmm?"

"Kenapa di hutan ini tidak ada orang lain lagi selain kita?" tanyaku penasaran

"Karena... Mmm... K-Karena hutan ini aku yang jaga agar tidak ada monster besar yang datang ke kerajaan, dan juga aku sendirian cukup kuat untuk melawan monster yang datang. Hehe." Jawabnya terdengar meragukan

*stop*

Tiba-tiba dia menghentikan langkahnya dan mengisyaratkanku menunduk diam.

"Ssst, diamlah. Itu makan malam kita nanti" bisiknya tiba-tiba

*?!*

*Bakk*

Aku jatuh terduduk melihat betapa besarnya tubuh monster sedang tidur di tanah lapang tengah hutan. Bentuknya seperti kelinci besar dengan punggung berduri, dan saat itu aku mulai memikirkan daging apa saja yang sudah kumakan selama disini.

"Kau diam disini dan perhatikan." ujarnya memberi isyarat

Kupikir dia akan membunuhnya diam-diam agar aman, tapi ternyata tidak.

*Fwoosh!!*

Dia mengaktifkan Crown-nya langsung lompat tinggi ke punggung penuh duri itu dan..

*Duar!!*

*KWRAAAWRRR!!!*

Lalu memukulnya hingga tanahnya sekitarnya hancur dan monster kelinci tadi mati seketika. Aku merasa kasihan dan syok melihat kelinci mati dibunuh di depan mataku. Darahnya yang muncrat kemana-mana membuatku tidak kuat lagi.

"A-Aku rasa aku tidak bisa melanjutkannya, aku tidak tahan melihat makhluk tak bersalah dibunuh begitu saja." ucapku gemetaran

Black terdiam melihat sisi lemahku dan mulai berbicara dari atas punggung monster kelinci yang sudah mati tadi.

"Mungkin hal seperti ini tidak biasa di dunia asalmu, tapi disini kau harus berjuang keras demi bertahan hidup!" Ucapnya lantang melangkah pelan turun ke arahku

"Kalau kau masih merasa kasihan pada sesuatu yang dapat membunuhmu, LEBIH BAIK KAU MATI SAJA!" teriaknya lompat ke arahku

("Kali ini aku pasti akan benar-benar mati.")

Meski tahu tidak berguna, aku menutupi kepala dengan tanganku.

*puff*

Situasi takut diambang hidup dan mati membuatku panik dan tanpa sadar membuat Crown-ku aktif dengan sendirinya.

Seketika Black yang masih menggunakan Crown berubah menjadi boneka beruang besar. Dia melihat seluruh tubuhnya yang menjadi boneka dan menghentikan niatnya menyerangku.

"Kemampuan yang mengerikan. Bahkan Crown milikku seperti dibatalkan paksa." ucapnya terkesan

"Tapi, meski aku menjadi boneka, aku masih bisa mengalahkanmu." lanjutnya memukul dengan tangan lembutnya

*pukk*

Pukulannya tidak terasa sakit, tidak sama sekali. Tapi entah kenapa tenagaku seperti terkuras habis setelah menggunakan Crown, dan aku pun jatuh pingsan.

~~~

Saat aku tersadar, ternyata sudah malam hari. Aku bangun dan menghampiri suara Black yang berisik dari ruang makan. Dia sedang sibuk menyiapkan makanan hasil tangkapan tadi siang untuk makan malam dengan tangan kanannya yang entah kenapa dibalut perban.

("Apa dia terluka setelah memukul monster tadi?")

Aku datang membantu karena kutahu pasti sulit beraktifitas dengan satu tangan yang tidak biasa kita gunakan.

Setelah makan, Black mengajak ngobrol.

"Maaf soal tadi siang, aku tidak berniat sungguh-sungguh memukulmu, hehe." Ucapnya tersenyum

"Hmm, tidak bersungguh-sungguh sampai teriak begitu ya." Balasku

"Baiklah aku maafkan."

"Oh iya, apa kau sadar? Saat menggunakan Crown, mata penggunanya akan berubah." Jelasnya antusias

"Tapi kau berbeda, hanya mata kirimu yang berubah, sedangkan mata kananmu tidak. Ini bisa menjadi kasus langka dan belum pernah ada." ujarnya makin heboh sendiri

"Eh-Ehmm.. maaf kebiasaan lamaku keluar." ucapnya sadar langsung menurunkan intonasi suaranya

"Kemungkinan kau memiliki sesuatu yang berbeda dari pengguna Crown lainnya." Lanjutnya

"Mataku juga?" tanyaku langsung berlari berkaca di cermin

Setelah memastikan sebentar, aku bingung dengan mataku.

"Umm, jadi kenapa Crown-ku masih aktif juga hingga sekarang?" tanyaku heran melebar-lebarkan mataku melihat pupilku yang benar-benar berubah

"Mana kutahu. Tapi sekarang aku tidak jadi boneka tuh." katanya dengan nada sombong bertolak pinggang

"Aduh duh duh."

Dia kesakitan sendiri memaksa menggerakkan tangan kanannya.

..

"Masalahnya, setelah menggunakan Crown, biasanya tenagaku langsung terkuras habis. Dan kalau selalu aktif seperti ini, berarti tenagaku juga terus terpakai." kataku mencoba memikirkan keanehannya

"Kalau begitu ada dua kemungkinan, antara penggunaan Crown milikmu butuh tenaga yang banyak atau staminamu yang masih terlalu sedikit." ucapnya mencoba menyimpulkan

"Sepertinya kali ini, mataku tidak akan kembali normal." aku masih melihat-lihat ke cermin mengabaikannya

"Akan kuberi sebutan untuk efek dari Crown-mu.. Doll Effect." Ucapnya seenaknya memberi nama

("Hah?? Seleranya dalam memberi nama benar-benar unik.")

"Kemampuan mengerikan milikmu itulah yang sudah membuat tanganku jadi seperti ini hanya karena memukulmu pelan." Jelasnya

*??*

("Dia yang memukul, dia yang terluka?")

"Baiklah, mulai besok kita akan berlatih meningkatkan batas staminamu, kau tidak mungkin pingsan saat berada di tengah pertempuran, kan." katanya menentukan menu latihanku seenaknya

[Note: Doll Effect; efek dari Crown milik Toon: Mengubah targetnya menjadi boneka dan akan merasakan dampak serangan berkali-kali lipat dari yang seharusnya saat kembali normal, dan juga bisa menggagalkan beberapa penggunaan Crown tertentu]

~~~

Besoknya dimulailah latihan intens-ku, yang diatur seenaknya oleh Black. Tubuh yang jarang kugerakkan ini, tiba-tiba disuruh berlari naik turun gunung dan juga keliling hutan dengan medan yang tidak mudah dipijak. Tidak hanya melatih tubuh, aku juga diajari membuat potion dari tanaman-tanaman herbal sekitar yang mungkin berguna juga suatu saat nanti.

[Note: Potion adalah cairan obat untuk menyembuhkan luka dan bisa juga untuk menambah kekuatan, tergantung bahan penyusunnya]

Setiap hari menjalani latihan berat membuatku merasa ingin menyerah, saat itulah aku selalu mengingat alasan aku menjalani semua ini.

Benar, hanya untuk membalaskan apa yang dilakukan cewek itu pada Gat suatu saat nanti. Dengan begitu, tak peduli seberat apapun, aku pasti akan termotivasi kembali.