"Aku sarankan ya besok kalau besuk temen kita ke Rumah Sakit, jangan pake kain putih polos, entar di masukin ke kamar mayat". Ucap Padi berpesan kepada teman-temannya yang sedang menunggu jam pelajaran di dalam kelas.
"Oooohhhh terima kasih anda sangat baikk sekali" jawab Kapas dengan Nada cuek bodo amat yang bertambah amat.
"Dan spesial bagi yang barusan menjawab. Boleh saja kalau dia mau pakai baju pelangi. Kalau punya!" sindir Padi.
Dan pastinya yang merasa adalah Kapas sedangkan yang lain semuanya tertawa. Dan seperti biasa ada juga anak yang ikut nimbrung dalam candaannya.
"Jangankan baju pelangi, baju bulan dan bintangpun dia punya pak. Nanti bapak Padi yang jadi langitnya" seru salah satu teman sekelasnya.
Padipun tidak menyangka akan ada yang bisa membalikkan gurauannya. Sementara Kapas hanya diam tidak peduli.
Bagi mereka Sekolahan atau Rumah Sakit bukanlah penghalang untuk mereka berengkar dan itu memang sudah bukan hal yang aneh lagi.
Adalah sudah pemandangan yang biasa, yang sudah paham dan tidak di permasalahkan lagi. Serasa minum teah di pagi hari saja kala melihat Padi dan Kapas mengoceh.
Tidak lama setelah semua anak bersiap berkumpul di depan sekolah. Bis pun datang untuk membawa mereka membesuk salah satu teman kelasnya yang sedang di rawat di Rumah Sakit.
"Ayo masuk-masuk antri ya, buat yang putra silahkan nanti nunggu anak putri duduk semua dulu, jangan berebut apalagi rebutan joknya!" perintah aba-aba dari ketua kelas kepada semua kawannya. Tetapi nyatanya juga tidak semuanya menuruti aturan tersebut.
"Eh Padi duduk sendirian itu" ucap Sirlina kepada Kapas
"Hemm"
"Hemm doank"
"Ya aku harus apa sich Sirl?"
Tidak tersadar ternyata Kapas berbicara dengan keras hingga temannya menoleh padanya. Dan Sirlina pun langsung diam tanpa berkutik.
"Maaf Sirl". Ucap Kapas yang merasa bersalah, padahal Kapaspun tidak menyangka kalau dia bisa sekenceng itu jawabannya.
"Iya. Putri Kapas, ya maaf. Kan aku kasih tau gitu kirain kamu mau pindah duduk sama Padi" mendengar itu Kapaspun hanya bisa mengusap dan menutup wajahnya karena dia sendiripun tidak tau apa kiranya yang benar untuk dia lakukan.
"Tolong ya kepada semua anak untuk menjaga ketertiban selama di dalam Rumah Sakit, ingat kita ke sana untuk mejengung teman yang sakit, bukan untuk liburan apalagi uji nyali. Jadi tolong tetep damai tidak ada keributan selama ada di sana!!" Pesan ketua kelas mempertegas kepada semua kawannya.
"siap ...!!!". jawab serentak semuanya.
Selama di dalam kamar pasien memang hening damai begitu pula dengan Padi dan Kapas mereka hanya menggunakan matanya untuk iseng tidak sampai berani dengan suara.
Setelah keluar dari kamar pasien kebiasaan mereka pun mulai tampak.
"Apa kau tidak merasa ada yang ketinggalan Nona galak …?" tanya Padi yang sudah mulai iseng.
"O ooooh sepertinya tidak" ucap Kapas yang langsung terbawa perasaan.
"Apa kau yakin?" tambah Padi yang sengaja mengecoh.
"mmmmmmmmmmmmmm sepertinya aku udah mulai ingat sesuatu, aku harus mengantar mu ke ruang oprasi yaaa?" Kapas yang mulai membalasnya.
"Oooooooooooooogaaaaaaaaaah!!" jawab Padi yang menantang.
"Sepertinya dia takut!" ucap Kapas tambah meledek.
"Apa …. !! takut … hellloooooooooooooooo"
"Hhmmmmmm … lalu?"
"Aku. masih. waras.". pertegas Padi yang dengan serius menatap matanya Kapas. Dan melangkahkan kakinya pergi. Meski begitu Kapas tidak merasa takut dan justru merasa lucu melihat Padi dengan tingkahnya.
"Yaaa baiklah, mana ada orang gila mengaku dan tau kalau dirinya gila" gurau Kapas dengan tawa yang tertahan, Merekapun tidak sadar bahwa teman-temannya sudah pergi dari mereka, dan mereka masih saja nyaman dengan keisengannya.
"Klik". Satu pesan masuk dari hapenya Padi
"halloooooo udah selesai belom kalian, kita udah sampai rumah ini?"
Dan Padipun terkejut dengan pesan itu. Dan tersadar bahwa ternyata semua temannya sudah meninggalkan mereka.
"Aaaaaaaaaaaaaaaaa!!". Teriak Padi terkejut.
"Tu kan. gara-gara kamu itu kita udah di tinggal sama rombongan kelas kita, mereka udah sampai rumah" ucap Padi yang memberi tau Kapas
"Aaaaduuuuuuuuhhhhh ini semua karena kamu pangeran uler keket" tuduh Kapas yang kesal kepada Padi
"Apa buktinya kalau itu salah ku,apa ?" bela Padi untuk dirinya sendiri.
Kapaspun mulai cemas dengan keadaan bagaimana bisa mereka tertinggal.
"Lalu ini siapa yang salah, aaaaaaaaaaaa siapa ?" Kapas yang sengaja memperpojok Padi dengan kekesalannya.
Dengan kesal Kapas berjalan mencari tempat yang kiranya bisa membuat dia berfikir tenang. Sedangkan Padi hanya pura-pura tidak mempertikannya. Kapaspun duduk di area halaman rumah sakit yang lumayan sejuk karena adanya pohon yang rindang. Dengan segera menelfon supir untuk menjemputnya.
"Halo pak. tolong jemput saya di Rumah Sakit ya pak. Sekarang"
"Non Kapas di rumah sakit. Ya ampun Non Kapas sakit apa kok saya dan Bibi' di rumah tidak tau Non?" tanya supirnya karena terkaget mendengar Kapas yang tiba-tiba meminta di jemput tapi di Rumah Sakit.
"hadech" Kapaspun tidak bisa menjelaskannya hanya terus menepuk-nepuk keningnya seraya bernafas lebih dalam karena supirnya yang terlalu cemas memikirkannya.
"Iya Non saya berangkat sekarang ya. Non Kapas di situ yang santai saja. Apa yakin tidak perlu Mamanya non Kapas tau akan hal ini Non?" tanya supirnya yang masih ragu.
"Iyaa pak saya baik saja. Saya tunggu di sini"
Mendengar percakapan Kapas dengan supirnya. Padipun lega, karena bagaimanapun semua ini terjadi karena ulahnya.
"Eh pangeran uler keket, ngapain coba dari tadi di situ?"
"Enggak kok, aku lagi cari sinyal ini" jawab Padi dengan santai.
"Aku tu tau.." belum sampai Kapas selesai berbicara Padi sudah memotong perkataannya. "Apa, emang kurang kerjaan
aku jagain puttteri Kapas di sini" Bela Padi karena malu.
"Kamu takutkan?, kalau sendirian terus ketemu yang di sono" ucap Kapas sambil menunjuk ke arah ruang UGD. Mendengar itu Padipun Langsung tertawa tak tertahan.
"Lah bodo amat dengan ruang UGD. Emang kenapa?" Tanya Padi sambil tertawa.
"Lah kan di ruang UGD itu lebih serem dari pada ruangan lainnya" perjelas Kapas. Tapi Padi masih saja tertawa mendengarnya.
"Gak paham aku sama ucapan kamu itu, maksudnya gimana, kenapa meski ruang UGD juga" Tanya Padi yang belum paham maksud dari ucapannya Kapas.
"Ya seremlah, karena apa. Karena UGD itu kan yang boleh masuk adalah orang dalam keadaan darurat, sakit yang paling sakit" Kapas yang mulai mengeluarkan unek-unek dalam fikirannya. Dan memang mungkin kata-katanya itu belumlah tepat dengan sepenuhnya.
"Jadi menurut kamu yang boleh masuk UGD yang sakitnya gimana. Kenapa kamu meski bilang serem" tanya Padi.
"Ya pokoknya yang sakitnya paling parahlah!" ucap Kapas menjelaskan
"Iya yang seperti apa contoh sakitnya, kena pisau atau jatoh tertimpa tangga gitu contohnya?"
"Ya bukan gitu. Yang boleh masuk UGD itu adalah nomer satunya itu orang yang gak sadar" jawab Kapas yang sudah gak betah pura-pura jutek.
Padahal hatinya bahagia di tinggal temannya pulang. Karena memiliki banyak waktu untuk berdekatan dengan Padi.
"Orang yang masuk UGD adalah di utamakan orang yang tidak sadar ya?" tanya Padi yang justru penasaran.
"Iya" jawab Kapas singkat dengan berani memoleh ke wajahnya Padi yang terlihat santai dengan senyuman yang selalu tampak.
"Berati harusnya kamu juga perlu nie di masukin ke UGD" tantang Padi kepada Kapas.
"Lah kok bisa jadi aku. Gimana maksudnya?" tanya Kapas yang merasa ada yang aneh
"Iya kan kamu itu juga orang yang gak nyadar kalau aku selalu perhatiin kamu" jawab Padi yang tidak sadar juga dalam melepaskan kata-kata itu.
Mendengar itu hatinya Kapas mulai terenyuh tapi ternyata Padi juga tidak mau kalau Kapas tau, bukan takut apa yang di katakan teman-temannya akan menjadi kenyataan. Selain ego masing-masing sama tinggi. Tapi juga ada segaris lurus tidak ingin merasakan patah hati terlebih dahulu sebelum menjadi manusia yang sukses menata masa depannya. Masalah perasaan bisa di atur di kemudian hari, itu adalah pemikiran mereka saat ini.
Tapi memang siapa yang akan menduga jika ternyata tidak semua jatuh cinta itu mengundang kebahagiaan. Ada juga yang ternyata adalah justru merasakan sakit Karena mencintai. Yang bisa jadi itu adalah penghancur harapan yang indah untuk diri sendiri. Ingin di bahagiakan oleh cinta. Tapi tidak semua itu bisa terjadi sesuai dengan keinginan.
Seperti yang di inginkan oleh Kapas tentang ucapannya "Memperhatikan. Mu" tapi ternyata di ujung kalimat ucapannya adalah "memperhatikanmu di saat ada di kantin sekolah. Udah bayar belom" sedangkan yang Kapas inginkan adalah Perhatian dari Padi yang mengagumi untuk dirinya dan tentu saja Kapas yang awalnya berbunga-bunga jadi layu seketika harapannya. Wajah yang hendak ceria langsung muram seketika hingga tangganya reflek memcubit-cubit tasnya karena ujung kalimat yang tak sesuai dengan yang Kapas inginkan.
"Lagian kalau misalnya Padi memang memperhatikanku selalu, apa aku bahagia, apa aku tidak risih" pikir Kapas hingga pandangannya kosong.
Ingin melampiaskan kekesalannya tapi tidak ingin menjadi keributan di Rumah Sakit. Padipun hanya diam kala melihat Kapas yang mulai lesu. Yang pasti karena ucapannya barusan. Sedikit menyesal tapi juga untuk apa. Jika terjadi kerukunan juga pasti akan di tertawakan oleh teman-temannya.
Tidak lama kemudian jemputan untuk Kapas pun sampai. Supirnya turun dan membukakan pintu.
"Silahkan Non Kapas masuk. Maaf jika sudah lama menunggu ya Non" ucap Supirnya, sedangkan Kapas hanya diam karena masih kesal dengan ucapannya Padi.
"Mari Den, temannya Non Kapas ya. Mau pulang sekalian tidak?" tanya sang Supir kepada Padi, hendak menawarkan tumpangan kali saja jalan rumahnya searah.
"Gak usah gak usah Pak. Udah tinggal saja dia di sini. Biarin masuk UGD" perintah Kapas kepada supirnya. Padahal dalam hati Padi pasti seru jika sampai bisa duduk di sampingnya Kapas, namun wajahnya jadi cemberut karena Kapas yang lebih dulu menjawabnya.
Dan supirnya justru mendekati Padi dan bertanya apa itu UGD. Dan Padi jawab dengan nyleneh.
"Demi, Demi. G itu kepanjangan sayanG dan U.nya itu untukmu" ucap Padi yang sengaja bergurau. Sedangkan supirnya yang tidak tau asal-usul UGD yang di bahas oleh mereka hanya mengiyakannya saja dan mengambil kesimpulan bahwa mereka saling menyayangi.
Gemes campur aduk yang di rasakan oleh padi. Karena harapannya ingin duduk di samping Kapas dan membayangkan Kapas tertidur di pundaknya kini musnah sudah. Saat ada kesempatan bisa ada di Mobil bareng Kapaspun hilang, sangat menyesal karena menolak ajakan dari supirnya Kapas. Dan yang lebih bikin gemes lagi kenapa tadi meski ucapan "perhatiannya malah berujung tidak sesuai dengan keinginannya untuk merayu Kapas.
Taksi panggilan dari Padi pun segera mengantarnya pulang. Padi hanya terus menutup matanya karena gemas dengan semua kejadian ini, ingin kesal tapi pada siapa. Terkadang juga selalu terbesit di dalam hatinya "Mengapa aku tidak bisa menjadi diriku sendiri di depan Kapas"
"Hayo Non Kapas kenapa kok senyum-senyum seperti itu pasti karena cowok tadi itu ya Non?, saya sering lihat dia, dia satu Sekolahan kan dengan Non Kapas?" tanya Supirnya yang mulai iseng. Dan kapas pun langsung tertawa mendengarnya. Yang Kapas tertawakan adalah karena Kapas tau bahwa supirnya tidak tau apa yang sedang dalam ingatannya. Yang Kapas selalu berantem dengan Padi, yang seakan semua waktu terlewati tanpa ada pertengkaran.
Cinta. Tidak semua orang mengerti dan mampu menunjukkan cinta itu apa? apa dia yang selalu membuatmu tertawa riang atau dia yang selalu cerewet penuh perhatian. Atau dia yang selalu diam, seakan tidak menganggapmu ada, padahal diamnya karena tidak ingi salah tingkah, meski ternyata juga salah. Tapi bagaimana jika diamnya karena terlalu kagum. Hingga untuk bicarapun tidak berani apalagi untuk memandangnya. Meski begitu tidak juga kehilangan kala waktu menunjukkan siapa dirinya.
Dia adalah orang yang hangat di kala danau membeku dia adalah orang yang ceria bahkan meski hanya dengan tatapan matanya bisa terbagi rasa kebahagianya. Mungkin tidak akan habis ucapan kekagumannya. Andai bisa di ungkapkan dalam seumur hidup tidak ingin usai. Mungkin itu perlu, andai saja dia adalah yang tidak ingin menyimpan kata-tanya.
(Sedalam-dalamnya lautan bisa di ukur. Dalamnya hati siapa tau?).
Ungkapan itu memiliki arti. Dalamnya lautan ada alat untuk mengukurnya. Tapi kedalaman hati seseorang mana bisa ada yang mengukurnya. Kedalaman dalam mencintai atau kedalaman dalam membenci.
Perasaan memanglah rahasia bisa terlihatnya damai tapi mungkin itu adalah luarnya saja. Bisa terlihat acuh tapi ternyata adalah wujud sayang yang teramat mendalam, bisa karena di sengaja demi adanya kebaikan.
"Kayaknya saya itu kenal Non dengan anak tadi. Itu Padi kan ya?" tanya si supir pada Kapas.
"Eh iya kok Bapak bisa tau kalau dia itu namanya Padi" sahut Kapas dengan cepat.
"Cie cie. Bener berati kalau dia itu pacarnya Non Kapas ya?" ucap supirnya denga senang.
Mendengar supirnya berkata demikian Kapas pun jadi salah tingkah, ingin berkata tapi tidak bisa. tertawa tapi juga bingung dengan tawanya.
"Kok Bapak bilang dia pacar aku, itu dapet info dari mana Pak, ngelawak aja dech nie"
"Pernah kok Non, waktu saya anter Non Kapas itu pas makan di pestanya siapa itu lupa?"
"Oh pas di undang ke pestanya Greta kali yaa" jawab Kapas dengan tidak ragu
"Nah iya. Itu kan saya nungguin Non Kapas lama banget, saya nunggu di seberang itu Non. Yang di depan rumah yang ...tanamannya bunga-bunga, itu kan banyak yang ngomongin pas Padi datang, kata mereka, " Pacarnya Kapas", gitu Non" ujar supirnya menjelaskan.
"Hmmm berati udah lama ya?"
"Ya belum Non, baru bulan kemaren kok"
"Oh iya sampai lupa Pak"
"Ya begitulah orang kalau lagi jatuh cinta"
"Tai kucing rasa coklat haha" jawab Kapas dengan tertawa
"Pantesan Non Kapas itu dari tadi terlihat senyam-senyum ternyata hehehe"
"Gak lah Pak, aku emang biasa kaya gini."
"Enggak bukannya tadi ketawa yaa?
kayaknya memang lagi ada yang berbunga- bunga nie cieeeee hayoooo kanapa?"
"Iihhhhhhh apaan si. Tapi emang iyaa si" jawab Kapas yang tak bisa lagi mengelak.
"Iya lah … bisa di lihat dari senyumnya Non Kapas yang begitu indah dari tadi itu" jawab supirnya dengan ikut berbahagia.