Chereads / PADI DAN KAPAS / Chapter 2 - bab 2

Chapter 2 - bab 2

Walau sebenernya mereka sadar, yang lucu adalah sampai kapan menahan senyum dengan pura-pura cuek.

Ketika pagi datang matahari menerangi seluruh bumi yang di kenainya, semua terlihat yang sesungguhnya, kecuali untuk mereka berdua.

Pagi yang cerah adalah awal semangat untuk beraktifitas.

 Sesampai di depan sekolah Kapas melihat Padi yang sedang berdiri di depan pintu kelasnya. Sementara niat Padi memang untuk menggoda Kapas dengan keisengannya.

 Bel tanda waktu istirahat tiba, guru kelas mempersilahkan kepada murid-muridnya untuk istirahat. Para murid pun bergegas untuk keluar kelas, begitu juga dengan Padi dan Kapas. Saat Kapas melangkahkan kakinya, Padi sengaja menghalangi langkahnya hingga Kapas pun terjatuh.

"Ooooo ooo ada bidadari jatuh nie… jatuh dari mana yaaa". Ujar Padi yang sengaja iseng.

 Kapaspun bangun dan segera mendorong Padi dengan wajah marahnya.

Tapi justru Padi berpegangan tangannya bermaksud agar Kapas jatuh kepelukannya.

"Aaaaaaaaaaaaa !!!!!! sakittttttt". teriak Padi yang kakinya di injak oleh Kapas.

"Puas …..? !!!". bentak Kapas dengan nada serius.

"Belom Nona galak". jawab Padi sambil menahan rasa sakitnya.

 Dengan tatapan juteknya Kapas pergi keluar kelas dan di ikuti Padi yang mengejarnya, mereka sama-sama saling menahan tawanya hingga di depan Kantin Sekolah.

"stop!" kata Kapas dengan menahan Padi dengan kedua tangannya. Kapas berusaha untuk menghentikannya.

"Kenapa? menyerah lah!" rayu Padi.

"Helloooooo dari tadi aku di depan anda pak!" ucap Kapas yang tidak ingin tergoda.

"Oh iyaaaa, baiklah kali ini anda menang Nona galak".

Dalam benak Padi yang terfikir "Memangnya ini lagi lomba lari kali yaa?, baiklah! ku ikuti kemauanmu sekarang hahaha".

Tidak hanya cukup di hari itu saja namun sepanjang waktu selama mereka bersama ada saja kejahilan yang mereka lakukan. Hingga berlanjut keseokan harinyapun belum selesai, itu sudah hal yang biasa.

Keesokan harinya saat kapas hendak masuk kelas, Padi kembali dengan keisengannya.

"Selamat pagi Nona galak." sapa Padi dengan senyum yang penuh mencurigakan. Dan dengan tangkas juga Kapas langsung membalasnya.

"Pagi juga". jawab Kapas dan tanpa sedikitpun mempedulikan Padi yang ada di sampingnya. Dengan langkah cepat dia berjalan menjauhi Padi. Tetapi karena belum puas Padi pun mengikuti langkah Kapas.

"Apa hari kita tidak akan bertengkar lagi Nona galak?"

 Kapas yang mendengar itu memundurkan langkah kakinya dan menatap wajahnya Padi.

"Aa !!!! bilang apa?"

"Enggak. gak ada apa-apa!"

"Iiiiiccccchhhh nyebelin banget si jadi orang". Gumam Kapas dengan pergi meninggalkan Padi.

"Eeeehhhh air minum nya bocor itu" teriak Padi berharap Kapas akan peduli.

"Masa sich"

dan dengan cepat Kapas mengecek botol minum yang dia taruh di tas belakangnya. Namun Kapas tersadar bahwa dia hanya terjebak oleh keisengannya Padi. Dan ternyata Padi sudah ada di seberang halaman kelas, tertawa dengan melambaikan tangannya, rasa kesal, gemas dengan tingkah lakunya Padi tidaklah membuat Kapas membencinya tapi justru dia semakin bahagia, dan sebuah kebahagiaan tidak selalu terlihat, karena Kapas tidak ingin kebahagiaannya terbagi.

Bagi teman kelasnya antara Padi dan Kapas adalah sosok yang sama-sama angkuh, jutek dan seakan tidak ada rasa suka sama sekali. Mereka berdua adalah termasuk dalam deretan murid yang banyak di bicarakan dalam lingkungan Sekolah. Keduanya memiliki penggemar masing-masing. Berbeda dengan Kapas yang selalu ada teman di sisi kanan kirinya. Padi justru lebih sering terlihat sendiri dalam kesehariannya di kelas.

"Hay". Panggil seorang gadis kepada Padi yang sedang menikmati suasana sekolah yang asri.

"Hmm, panggil saya kah kamu?" tanya Padi penasaran.

"Iya kak, aku adik kelasnya Kakak. Tiap hari aku sering lihat Kakak lewat sini" ucap gadis itu dengan gugup.

"Oh iyaa sampai gak tau aku. Maksudnya aku gak pernah liat kamu"

Jawab Padi dengan gugup

"Oh iyaa ada yang bisa saya bantu mungkin?" Tambahnya lagi.

"Enggak kok kak, cuma mau kasih gambar ini buat Kakak" ucap gadis itu dengan memberikan selembar kertas

"Oh waoo, buat aku?". Padi yang terkejut, merasa tidak menduga dengan pemberiannya tersebut.

"Eh jangan di buka dulu Kak kertasnya. Nanti saja kalau Kakak udah pulang" pesan gadis itu dengan lembut. Dan Padipun hanya mengiayakannya, melipat dan memasukkannya ke dalam saku bajunya. Tanpa di sadari oleh Padi. Sebenernya Kapas memperhatikannya dari jauh. Di sela-sela kesibukan bergurau dengan kawan-kawannya. Sesekali matanya jauh fokus memperhatikan Padi. Badannya dan canda tawanya memang bersama kawan-kawannya. Tapi tidak dengan hatinya. Rasa yang sebenarnya meluap melihat Padi yang seakan tampak mesra berbincang dengan adik kelasnya bisa teredam karena rasa kebohongannya untuk tidak peduli kepada Padi. Tapi tidak bisa lagi menahan rasa emosinya kala melihat Padi menerima pemberian dari anak tersebut dan seakan wajahnya Padi tampak bahagia.

"Sirl aku mau ke belakang bentar ya, nanti aku langsung ke kelas!" pesan Kapas kepada Sirlina yang ada di dekatnya.

Dan kapaspun langsung beranjak pergi dengan membawa minuman yang di beli dari kantin yang belum sempat Kapas minum. Sedang para temannya sedikitpun tidak mengetahui ada apakah dengan Kapas. Bukan teman-temannya yang tidak peka. Tapi karena Kapas terlalu jenius untuk mengelabui mereka. Kapas mampu pura-pura ceria meski dalam keadaan cemas dalam hatinya.

Sesampai di depan Padi, Kapas menumpahkannya air minum yang ia bawa tepat di saku bajunya Padi tanpa bertanya apa yang ada di sakunya Padi terlebih dahulu.

Padi pun tidak menyangka dengan tingkah Kapas yang tiba-tiba datang dengan menyiram air dingin padanya. Dengan terkejut dan tidak menduga Padi hanya menatap Kapas dengan hati yang terheran-heran dan tanpa sedikitpun kata-kata Kapas pergi dengan meninggalkannya, dan dengan tatapan kesalnya dan juga rasa dingin di bajunya Padi. Padi yang tidak mengerti dengan maksudnya Kapas, hanya terdiam menahan tawa sambil mengusap-usap wajahnya yang juga terjiprat air dingin. Hanya ada satu hal yang bisa terasa tapi tidak ada ungkapan tepatnya. Padi tau Kapas kesal karena kertas yang ada di sakunya. Sejenak Padi merasa bahagia karena ada rasa cemburu darinya.

"Dari mana. Kok mukanya jutek gitu si?" tanya Henni dengan pandangan aneh.

Tapi Kapas justru tertawa dan tak menjelaskan apapun yang tidak lama kemudian di susul dengan kehadirannya Padi yang basah kuyub. Di tengah teman-temannya Kapas yang sedikit memperhatikan Padi dan Kapas masih saja tertawa. Tidak sedikit yang menyimpulkan bahwa mereka usai bertengkar lagi.

"Hemm tidak di ragukan lagi nie". Ucap Sirlina.

"Bukan gue yang mulai duluan Sirl". Bela Kapas menjelaskan pada teman-temannya dan masih saja dengan tawa ucapannya. Sedang Padi tidak menghiraukan mereka. Hanya mengeringkan bajunya dengan handuk kecil yang biasa dia siapkan di dalam tasnya.

Kapas tertawa karena lega. Usahanya sukses dalam membuat rusak kertas yang ada di sakunya Padi.

Entah itu apa, tidak peduli itu nomer hape atau sesuatu apapun yang ada di dalam kertas tersebut. Dalam hati Kapas tertawa puas dengan melihat Padi yang tidak berkutik kala dirinya menumpahkan air es ke bajunya. Dan juga sebagai balasan untuk Padi karena sering iseng dengan banyaknya ulah.

 Tak ada hari tanpa pertengkaran itulah mereka tidak peduli di mana pun tempatnya.

Bukan terlalu banyak apa yang ada di unek-uneknya Padi. Hanya saja Kapas adalah bukan tipe yang mudah suka pada sebuah perhatian. Baginya terlalu mudah baber dengan kehadiran orang baru adalah lebay. Membiarkan waktu saja yang bagaimana nantinya menjawab. Bukan tanpa usaha tapi tidak perlu menjadi orang lain untuk menarik perhatian, apalagi tebar pesona untuk mencuri banyak pandangan mata. Sesosok Kapas yang tanpa riasan apapun sudah nampak kecantikannya, dia ceria energik, mudah berteman, mudah beradaptasi dengan lingkungan yang baru.

Sekolah adalah tempat mencari jati diri bukan tempatnya jatuh hati. Kunci suksesnya utamakan sekolah untuk menggapai jalan citamu. Bukan bersekolah hanya untuk aktifitas mengisi waktu yang kau gunakan untuk menggendongi tas dari rumahmu menuju sekolahmu di tiap pagi, dan menggendong tas dari sekolahmu ke rumahmu setelah jam sekolah usai. Jadi bagi Kapas tidaklah hal yang tepat jika berangkat sekolah dengan banyak membawa bekal peralatan kecantikan, lipstik contohnya.

Bahkan parfum aja Kapas tidak pernah memakainya.

"Tapi Kapas itu selalu wangi. Dan tau gak si kalau wanginya itu, kaya wangi minuman yang ada di sarapan ayahku". Gurau Sirlina kepada anak lain yang belum pernah dekat dengan Kapas. Dan mereka yang mendengar langsung tertawa dan menjadi tambah penasaran dengan Kapas.

Sirlina adalah teman baru yang Kapas dapat di sekolahan baru ini. Dia sangat suka mengoleksi pewarna kuku dan lipstik, meski ke sekolahan tidak pernah terlupa dengan ke dua hal tersebut. Bahkan tidak jarang dia habiskan waktu hanya untuk mencari cat kuku di seluas Mall yang dia inginkan. Berbeda orang berbeda keinginan dan saat pertama antara Kapas dan Sirlina menceritakan diri mereka masing-masing untuk saling mengenal. Merekapun saling mengagumi. Tertawa kecil tertawa lepas tapi bukan untuk melecehkan. Tapi karena mereka jadi bisa paham ada hal yang mengagumkan dari orang lain yang mungkin kita belum mengetahui, tidak menyangka dan mungkin kita tidak bisa melakukannya.

Sirlina adalah yang termasuk paling dekat dengan Kapas. Di karenakan juga arah jalan dari rumah Sirlina ke Sekolahan itu satu arah dengan rumahnnya Kapas. Terkadang mereka berangkat bersama dan pulang bersama. Meski yang paling dekat bukan berati bisa paham dengan alam perasaan Kapas, karena kedekatannya hanya untuk bercanda gurau dan juga Sirlina punya banyak hobi yang membuatnya tidak sempat peduli dengan rasa hati orang lain. Dan Kapaspun bisa memahami bahwa Sirlina memang dekat, memang bisa di ajak bicara tapi tidak jika untuk urusan curhat, karena orang yang selalu bahagia seperti Sirlina tidak akan bisa menjadi pendengar aduan perasaan yang berkeluh kesah, karena dia sendiri belum pernah ada di posisi tersebut.

Dalam lingkup sebuah lingkungan akan ada banyak berbagai kreteria kepribadian orang-orang yang pastinya tidak sama.

Begitu juga dengan Kapas dengan Sekolah barunya ini. Dia punya banyak hal baru yang dia dapatkan. Bertambahnya usia menambah sedikit demi sedikit kedewasaan yang ada padanya. Tidak seperti dulu yang pilah-pilih teman untuk di dekatinya. Kini dia lebih bijak dalam berkawan, sehingga mudah kenal dan akrab dalam lingkungan sekolahnya.

"Selamat siang Nona galak" sapa Padi yang baru saja datang.

"Iicch itu udah pasti dia" gumam Kapas yang sudah merasa yakin bahwa itu adalah suaranya Padi.

Dan benar saja Padi sudah berdiri di dekatnya. Dengan gaya percaya dirinya dia memandangi Kapas. Ingin bahagia dengan tatapannya Padi. Tapi itu terlalu lebay untuk seorang Kapas, dan akhirnya Kapas pergi seakan tampak jutek dan bodo amat. Padahal dengan senyum yang di sembunyikan perasaannya sangat amat gembira. Dan demikian juga Padi yang hanya membiarkannya pergi dengan rasa berbunga-bunga di hatinya. Siapa si yang tidak berharap untuk tidak selalu bertemu dengan sang pujaan hati. Ya meski dalam kebersamaan yang tidak memiliki banyak waktu. Tapi setidaknya melihat dia. Melihat juteknya, diamnya dan semua tingkahnya adalah kekaguman.

"Hey Kak" ucap seorang gadis yang imut kepada Kapas yang sedang lewat di depannya.

"Siapa? apa aku" tanya Kapas dengan rasa penasarannya.

"Iya kak, mau tanya apa Kakak kenal dengan Kak Padi?"

"Emmm"

Kapas yang tidak menyangka dengan pertanyaannya dan bingung dengan jawabannya.

"Iya Kak, gimana?" tanya anak gadis itu yang tidak paham dengan maksudnya jawaban dari Kapas.

"Eh iya maksudnya itu, iyaa ada. Ada di sana kamu lurus saja nanti kamu bakal ketemu dia, tadi ada di sana" tambahnya kapas untuk membuatnya paham.

Dalam hatinya Kapas terbesit "Siapa dia? Lucu dan manis. Atau mungkin dia adiknya Padi ya mmm"

Dan mobil jemputan pun tiba.

"Maaf Non, sudah lama nenunggu ya? Tadi lumayan macet di sebelah pasar non" ucap supirnya dengan membukakan pintu mobilnya.

"Udah gak pa-pa kok, aku juga baru keluar kelas"

"Capek pasti ya Non?" tanya supirnya iseng.

"Ah enggak kok biasa aja" jawabnya Kapas dengan pandangan kosong.

"Muter lagu apa ini Non maunya biar tidak jenuh nanti kalau macet di jalan" ucap supirnya bercanda.

Belum sampai Kapas berucap dengan jawabannya. Kapas melihat wajah Padi dan gadis yang tadi dia temui di sekolahan. Melihat itu Kapas langsung terfokus hingga tidak lagi menghiraukan pembicaraan dari supirnya. Dia hanya membalas omongan si supir dengan kata "Mmm" dan Iya" dan begitu saja tanpa menoleh sebentar, matanya hanya tertuju pada Padi. Bukan Padi tidak mengetahui, tapi hanya pura-pura tidak tau saja.

"Non ada jaket di situ di pakai dulu, itu sudah pesan dari ibu" suruh Supirnya kepada Kapas.

Tapi kapas belum juga menghiraukannya, Kapas masih saja teringat dengan wajahnya Padi dan asik mengikuti lagu yang di putar dengan menikmati sendu alunan alur jalan yang padat merayap.

"Sudah sampai Non, Ibu menunggu di lantai dua. Di salon yang biasanya"

Kapas pun hanya menjawabnya dengan kata "Mm" tanpa mengingat pesan dari si supir untuk memakai jaketnya.

Kapaspun langsung menuju lantai dua dan menemui ibunya.

"lhoo sayang. Kok tidak di pakai jaketnya. Tadi kan udah ada di mobil, Bibi' kan udah siapin tadi buat kamu" ucap ibunya yang menyapa Kapas yang baru saja datang dan langsung duduk terdiam, dengan tidak merasa bersalah karena tidak mendengarkan apa yang menjadi pesan untuknya. Hanya sedikit ingat memang iya tadi dia sedikit mendengar ada kata-kata itu, tapi Kapas hanya tertawa karena yang ada di ingatannya ternyata adalah Padi saja.