Chapter 35 - Karyawan Baru

"Wah selamat, Asia-san tidak mengatakan jika dia telah menikah." ucap pemilik galeri dan dibalas Alexi dengan senyuman.

"Istri saya memang pemalu. Kalau soal kehidupan pribadi dia lebih agak tertutup, benar, kan sayang?" Asia memutar matanya bosan namun mengangguk membenarkan. Dia tak mau mencari masalah.

"Kalau begitu saya permisi dulu." si pemilik galeri pergi meninggalkan keduanya sementara Asia dan Alexi menatap lukisan lain dari Asia.

"Katakan padaku, lukisan mana yang ingin kau bawa pulang, biar aku menawarnya dengan harga yang tinggi dan kau bisa memilikinya."

"Ah tidak, akan lebih baik orang lain saja yang mengambilnya."

"Kenapa?"

"Aku yang melukisnya jadi aku tak perlu membawanya ke rumah. Oh iya kenapa kau masih ada di sini? Kau bukannya harus bekerja?"

"Demi kamu aku bisa membuang waktuku kok," Asia melayangkan delikan pada Alexi yang terkekeh pelan. Selalu saja menggoda dirinya namun Asia pun tersenyum sesaat setelahnya.

"Kau selalu saja seperti itu. Ayo pulang."

"Ok." Tepat ketika mereka sudah keluar dari galeri, ponsel milik Alexi berbunyi tanda bahwa seseorang menelepon.

"Dari siapa?" tanya Asia menyelidik.

"Dari sekretarisku. Masuklah aku akan mengangkat teleponnya." Asia patuh dengan masuk terlebih dahulu sementara Alexi menerima panggilan tersebut.

"Halo, Adya ada apa?"

"Alexi, kapan kau sampai ke sini?" Nada Adya agak gelisah membuat Alexi mengerut.

"Iya aku akan pulang dulu mengantar Asia, ada apa?"

"Nandini, dia datang ke perusahaan."

"Lalu? Usir saja dia!"

"Dia datang ke sini bukan sebagai tamu tapi sebagai karyawan baru lebih tepatnya asisten pribadimu."

"Hah? Kenapa bisa seperti itu?!" Suara Alexi nyaris memekik namun pria itu langsung merendahkan nadanya.

"Aku juga tak tahu. Tiba-tiba saja dia datang dan memperlihatkan surat kerja di perusahaan kita. Sepertinya Ayahmu memberikan persetujuan untuk dia bekerja." Alexi mengumpat dalam hati. Sebenarnya apa sih yang dipikirkan oleh Ayahnya sampai-sampai mau memberi persetujuan?

Jika dipikir-pikir, Ayah dan Ibunya tak tahu bagaimana sifat Nandini yang sebenarnya jadi wanita itu dengan mudah memperoleh pekerjaan di perusahaan Denzel. Sial!

"Ok, aku akan segera ke sana." Telepon dimatikan oleh Alexi dan masuk ke dalam mobil dengan raut wajah tak nyaman.

"Ada apa? Kok kamu kesal begitu?"

"Nandini, dia datang ke kantorku sebagai karyawan baru." ujar Alexi tanpa berbasa-basi.

"Kenapa bisa?" Kok Asia jadi kesal juga. Karyawan baru di perusahaan suaminya, jelas saja ada udang di balik batu. Pasti ini menyangkut Alexi.

"Ayah sepertinya memberikan dia pekerjaan. Aku tak tahu apa yang dia katakan tapi yang jelas, dia mendapat pekerjaan sebagai asisten pribadiku." Mendengar itu makin memuncaklah amarah Asia, dia pun meluapkan kemarahannya dengan menggebrak dashboard. Hal itu membuat Alexi terkejut bukan main.

"Ini tak bisa dibiarkan, aku akan bicara pada Ayah."

"Tidak Asia, jangan kesal begitu." ucap Alexi seraya menghentikan aksi Asia yang ingin menelepon Axton.

"Kenapa? Nandini itu terobsesi padamu dan aku tak akan mau suamiku didekati wanita gila macam dia." Kata suami yang keluar dari mulut seorang Asia sekali lagi membuat Alexi senang. Dia pun hanya melempar senyuman saat memandang Asia yang senantiasa menatap layar ponsel.

Kekesalan yang memuncak membuat dia tak bisa berkonsentrasi dalam membuka pin ponselnya sendiri dan pada akhirnya dia melempar ponsel yang mahal itu ke dashboard saking marahnya.

"Dasar ponsel sialan!" Napasnya yang memburu perlahan tenang tatkala rambutnya dibelai suami sendiri. Dia lalu memandang pada Alexi yang tidak mengucapkan sepatah kata apa pun sampai Asia benar-benar menguasai dirinya sendiri.

Kemarahan di matanya perlahan menghilang. "Asia, aku mengerti kau tak menyukai Nandini. Aku pun sama tapi percayalah padaku ya, aku akan menyelesaikan masalah ini sendiri. Kau cukup menunggu saja."

"Tapi--"

"Asia, aku suamimu. Sebagai seorang istri, kau harus--" Asia membuang napas lalu menjawab.

"Mematuhi perintah suami."

"Bagus. Aku akan mengantarmu pulang baru ke perusahaan nanti kita bicarakan lagi soal ini setelah aku pulang ke rumah." Asia menyambutnya dengan anggukan. Kini dia pasrah saja dan memilih untuk diam.

Jauh di dalam lubuk hati Asia, gadis itu ingin persoalan tentang Nandini cepat diselesaikan. Jujur dia sangat tidak nyaman pada wanita itu sejak pertama kali bertemu.

Nandini wanita bermuka dua yang mengejar-ngejar Alexi bagai orang tak waras. Kalau dia menyukai Alexi, kenapa Nandini minta putus dari Alexi? Itulah yang dia dengar dari cerita suaminya.

Setelah larut dalam pikirannya, Asia lalu memandang pada Alexi. Entah kenapa Asia lebih suka melihat Alexi akhir-akhir ini. Mungkin karena Asia tinggal bersama Alexi jadi gadis itu terbiasa.

Kebiasaan yang aneh tapi Asia suka. Sekarang Asia sangat sadar jika suaminya adalah pria tampan setelah Ayah juga Abang Kaito. Mobil Alexi lalu berhenti melihat lampu lalu lintas berubah menjadi merah.

Dia lalu memandang pada Asia yang masih melihat padanya dengan tatapan lekat. Alexi tersenyum, dia mencondongkan wajahnya ke depan hingga jarak mereka tinggal sesenti lagi. "Kenapa kau memandangku seperti itu?"

Asia mengerjapkan mata, tersadar jika dia kepergok sama suami sendiri. "Tidak aku tak memandangmu."

"Eh aku jelas menangkap basah, kau masih berbohong padaku. Oh iya akhir-akhir ini kau sering menatapku lama. Kenapa? Jatuh cinta padaku?"

"Tidak, jangan menggodaku. Jika iya maka aku akan menghajarmu!" balas Asia kesal.