"Mimpi basah? Memangnya pria dewasa bisa mimpi basah?" tanya Asia polos.
"Memangnya waktu sekolah dulu Nyonya Asia tidak belajar soal ini?" Asia nyengir dan mulai menjelaskan apa yang terjadi ketika dirinya menyimak pelajaran.
"Jadi begini, aku memang belajar soal itu tapi setiap kali pelajaran yang dimaksud, para lelaki bertingkah aneh. Mereka selalu tersenyum atau mengucapkan beberapa kata yang tak jelas. Hal itu membuatku terganggu secara waktu itu aku selalu duduk di dekat mereka yah begitulah aku kurang konsentrasi." Penjelasan Asia membuat Tisa cuma bisa tersenyum.
"Nyonya tahu tidak penyebab pria mimpi basah?"
"Tentu. Mimpi basah itu karena--" suara Asia terhenti dan dengan membulatkan mata, dia menatap ke arah Tisa. "Nyonya, ada apa?"
"Mimpi erotis?" Tisa ingin membenarkan akan tetapi melihat ekspresi kesal dari Asia, wanita paruh baya itu mengurungkan niatnya.
"Nyonya, mungkin saja ada penyebab lain." Asia sama sekali tak tenang malah makin masam saja raut mukanya.
"Aku yakin Alexi bermimpi erotis. Dia, kan mimisan. Pertanyaannya siapa wanita yang ada di dalam mimpinya?!" Lantas Asia mendekat pada pintu kamar mandi dan mengetuk secara kasar.
Terdengar suara shower dimatikan lalu suara sahutan Alexi dari dalam. "Kapan kau selesai mandi? Aku mau bicara sama kamu."
"Tak akan lama tunggu saja." Asia mendengus sedang Tisa menggelengkan kepalanya melihat sifat kekanak-kanakan Asia. Dia pun memilih membereskan ranjang. Dimulai dari seprai basah, Tisa memasukkannya ke dalam baskom yang dia ambil sebelumnya kemudian kasur.
Sementara Asia menunggu, di dalam kamar mandi Alexi bukannya mandi, pria itu malah duduk di kloset. Wajahnya dia usap kasar sendiri dan tampak rona merah di pipi sampai menjalar ke telinga.
Di waktu bersamaan sepasang kedua mata Alexi memancarkan rasa frustrasi. Dia berulang-ulang kali menggerutu pada diri sendiri sebab merasa malu.
Malu kepada Asia. Bisa-bisanya dia bermimpi basah dan ketahuan sama istri polosnya itu. Sekarang Alexi merasa tidak akan bisa menatap Asia lagi dan tentunya pengalaman ini tak akan pernah dilupakan oleh Alexi sendiri.
Sekali lagi Alexi mendengar suara ketukan kasar namun dia mengabaikannya. "Baiklah kalau kau tak keluar, aku akan mandi di kamar tamu sampai jumpa waktu sarapan."
Setelah itu tak ada lagi suara yang menandakan jika Asia telah keluar dari kamar. Barulah Alexi mandi kemudian bersiap-siap untuk ke kantor.
Dia berupaya lebih cepat dari Asia agar mereka tidak bertegur sapa setidaknya untuk pagi ini. "Bibi, apa sarapannya sudah siap?" tanya Alexi sambil berjalan tergesa-gesa menuju ruang makan.
"Sudah siap Tuan, Tuan makan sendiri, tak bareng sama Nyonya?"
"Tidak, dia masih mandi. Jika dia bertanya tolong katakan saya sudah pergi duluan." Tisa agak merasa kecewa atas sikap yang diambil Alexi tapi apalah dirinya cuma seorang pelayan. Dia tak bisa mengatur tuannya kendati Alexi berusia lebih muda dari Tisa.
"Baik Tuan." Alexi mengambil waktu setengah jam untuk makan sedikit dan pergi begitu saja tanpa mengatakan apa pun pada istrinya.
Kini, marahnya Asia makin menjadi-jadi setelah tahu kalau dia ditinggalkan begitu saja suaminya, padahal Alexi sendiri yang bilang kalau ke tempat kuliah nanti dia akan mengantar Asia.
Gadis itu sekarang kurang yakin kalau hari pulangnya Alexi akan mangkir lagi. Entah ada apa dengan Alexi?
"Kalau begitu saya pergi dulu." Ketika Asia mendongak, dia bisa melihat raut wajah Tisa yang kurang nyaman.
"Bibi, kenapa wajah Bibi muram? Apa ada orang melakukan sesuatu yang buruk pada Bibi?"
"Ah bukan Nyonya hanya saja saya kurang enak badan." ucap Tisa berbohong.
"Bibi tak berbohong?"
"Tidak." Asia kemudian membuang napas. Dia menyentuh tangan milik Tisa dan menatap wanita paruh baya tersebut dengan tenang.
"Bibi, katakan apa yang menjadi masalah Bibi. Aku dan Alexi akan mendengarkan kok, jangan dipikirkaj sendiri. Bibi sudah kami anggap keluarga, oh iya boleh tidak aku panggil Tisa Bibi?" Tisa mengangguk pelan sebelum akhirnya memulas senyuman.
"Terima kasih Nyonya."
"Kalau begitu aku pergi dulu ya, jaga rumah baik-baik."
"Baik Nyonya." Setelah itu Asia kembali menggerutu tentang Alexi, suaminya tak berperasaan. Kalau tahu begini, akan lebih baik dia pergi dahulu.
Sampai di kampus Asia tetap saja menggerutu bahkan dia tak konsen sama sekali untuk melukis padahal dia sangat suka menggambar di atas kanvas.
Pada akhirnya, Asia pun pergi ke temannya Emi sekedar bertanya sesuatu. Kebetulan Emi itu dokter umum jadi Asia bisa bertanya soal kesehatan termasuk mimpi basah.
Memasang wajah sebal, dia menghampiri Emi dan duduk langsung di samping sahabatnya. "Loh kok kamu di sini? Sudah tak ada kelas lagi? Terus, kenapa pasang wajah begitu? Pasti mau curhat ya?"
"Tidak. Aku cuma mau tanya boleh?"
"Boleh. Mau tanya apa?"
"Soal mimpi basah," tatapan Emi berubah menjadi aneh kepada Asia. Tak biasanya Asia bertanya tentang mimpi basah.
"Jadi begini kalau pria dewasa mimpi basah disertai mimisan, apa dia sedang bermimpi erotis?" Sepasang mata milik Emi menyipit.
"Asia, kok kamu tiba-tiba bertanya sesuatu yang aneh?"
"Jawab saja pertanyaanku." kata Asia memaksa.
"Hmm ... mimisan itu kondisinya pembuluh darah pecah sebab terlalu banyak mengorek lubang hidung tapi jika disertai mimpi basah dan yang mengalaminya adalah seorang pria kemungkinan besar ya." Tangan Asia mengepal erat sedang wajahnya memerah menahan emosi.
"Tapi belum tentu prianya mimpi erotis ketika mimpi basah, ada beberapa penyebab lain--" Sebelum Emi melanjutkan kata-katanya, Asia sudah berdiri.
"Terima kasih atas penjelasannya aku pergi dulu." Asia melangkah dengan cepat sekaligus tegas yang membuat Emi hanya bisa menggelengkan kepalanya.
❤❤❤❤
See you in the next part!! Bye!!