Chapter 24 - Kabur

"Sekarang tidurlah." Tak berapa lama lampu dimatikan, Asia langsung tertidur namun tidak dengan Wenda yang memperhatikan wajah gadis yang sudah tidur dengan damai.

Senyuman perlahan muncul. Ada niatnya untuk menjadikan Asia sebagai anaknya dan jalan yang ditempuh hanyalah satu cara.

Keesokan paginya, Wenda menghampiri sang suami yang masih tertidur. Tanpa malu-malu dia merangkak ke atas Axton lalu memeluknya. Axton yang menyadari itu membalas pelukan Wenda. "Selamat pagi."

"Pagi juga, kau langsung ke sini begitu bangun?" Wenda mengangguk.

"Ayo bangun, kita harus bertemu dengan orang-orang penting."

"Orang-orang penting apa? Perasaan aku tak punya janji dengan siapa pun,"

"Ada ayo bangun."

"Bagaimana aku bisa bangun? Kau berada di atasku." protes Axton membuat kekehan keluar dari Wenda. Dia lantas bangun dan meninggalkan Axton untuk memasak sarapan.

Semua orang termasuk Asia berkumpul setelah sarapan siap dan mereka makan bersama. Sekali lagi Asia disuapi oleh Wenda pagi itu sedang Alexi hanya bisa diam tak memprotes. "Ayah mau ke mana? Kok pakai baju rapi?"

"Iya ... Ibumu menyuruh Ayah pergi bersamanya di suatu tempat entah ke mana." Alexi lantas memandang pada Wenda yang tersenyum seakan mengatakan itu rahasia. Akhirnya pria itu menyerah dan kembali memakan sarapannya sampai habis.

Asia lalu pamit untuk pulang bersama Alexi dan begitu mereka pergi, Wenda dan Axton juga meninggalkan rumah. "Kita mau ke mana Wenda?"

"Ini rahasia. Ayo ikut saja denganku." Mobil yang mereka tumpangi berhenti di restoran mewah, Axton tentu saja masih bingung tetapi menurut saja kala dirinya dituntun oleh Wenda yang menggandeng tangan miliknya.

Wenda dan Axton berhenti di depan meja yang telah terisi. "Maaf apa kalian Tuan Wynne dan Nyonya Wynne?"

"Iya itu benar."

"Perkenalkan namaku Wenda dan ini Axton, suamiku. Kami orang tua Alexi."

"Ah salam kenal, Tuan Denzel dan Nyonya Denzel. Perkenalkan Karma Wynne dan ini istriku Rani Wynne." Keduanya memandang Ibu Asia yang menorehkan senyuman simpul.

Mereka kemudian duduk saling berhadapan. "Maaf Tuan Axton, untuk urusan kerja sama bukankah sudah selesai? Kenapa anda memanggil kami?" tanya Karma bingung.

"Tuan Karma bukan suami saya yang memanggil kalian tapi saya ... saya ingin membicarakan tentang sesuatu yang penting."

"Silakan katakan saja,"

"Ini menyangkut putra kami dan putri kalian, Asia. Kami ingin melamar anak gadis kalian sebagai menantu di keluarga kami." ucap Wenda seraya tersenyum.

❤❤❤❤

"Abang," ucap Asia yang lalu mendekat pada Kaito.

"Iya ada apa?"

"Daddy dan Mummy belum datang?" Kaito mengangguk. Sepulang dari rumah Alexi, Asia mendapati bahwa keduanya orang tuanya pergi dan sampai sekarang belum kembali. Padahal Asia ingin bercerita banyak pada mereka.

Kaito dan Maria telah mendengarkannya tinggal mereka saja. Dia tak sabar untuk menceritakan lagi. Pintu rumah terbuka, setelahnya Karma dan Rani tampak. Wajah mereka terlihat gusar sekali. "Daddy, Mummy, aku ingin membicarakan sesuatu."

"Daddy juga ingin bicara denganmu. Kaito kecilkan volume tv-nya." Mereka bertiga lalu duduk di ruang tamu dan suasananya sangatlah canggung.

"Asia, apa kau dekat dengan Alexi?" Gadis itu terdiam. Jika dia mengatakan tidak itu sama saja dengan bohong, kalau iya firasat Asia tak enak.

"Iya. Memangnya kenapa?" Rani dan Karma saling berpandangan. Mereka sama-sama membuang napas lalu melihat lagi pada Asia.

"Kami bertemu dengan kedua orang tua Alexi dan mereka ingin agar kau menjadi menantunya." Sepasang mata Asia membelalak.

"Ak-aku dilamar sama keluarga Alexi?!" Karma mengangguk. Bukan hanya Asia yang terkejut, Kaito pun terperanjat mendengar kabar itu.

"Daddy sudah diberitahukan semuanya tentang kau dan juga Alexi. Supaya tak menjadi bahan gosip orang, kau menikahlah dengan Alexi tapi jika kau tak mau Daddy tak akan memaksa. Pikirkan baik-baik ok." Karma kemudian pergi meninggalkan Asia dan Kaito yang termangu.

"Mummy ...." rengek Asia dan berjalan mendekat pada Rani. Dipeluknya sang Ibu dengan erat.

"Mummy, aku tak suka dengan ini. Aku nggak mau dipaksa nikah."

"Tidak sayang ini bukan paksa nikah kok, Mummy dan Daddy akan hargai keputusan Asia begitu juga mereka. Mummy hanya ingin kau membuat keputusan yang terbaik." balas Rani menenangkan Asia.

"Menikah di usia muda memang tidaklah mudah tapi seiring berjalan waktu pasti akan berjalan lancar." lanjutnya.

"Itu, kan karena Mummy dan Daddy saling mencintai, punya perasaan satu sama lain tapi Asia nggak suka sama Alexi."

"Benarkah? Pria yang sangat perhatian sekali sama kamu, yang selalu bersamamu, kau tak suka?" Mengingat peristiwa yang dia lewati bersama Alexi membuat Asia tersipu malu.

Rani tertawa pelan. Ah Asia raut wajahnya jelas-jelas menunjukkan kalau dia memiliki perasaan pada Alexi namun tak menyadarinya. Jadi ingat di masa dulu. "Ya sudah kalau kamu masih bingung, pikirkan baik-baik tapi jangan terbawa pikiran nanti stres lagi." Kemudian Rani melerai pelukan Asia dan berlalu pergi.

Sungguh Asia tak ingin hal ini terjadi jadi lebih baik dia pergi dari rumah ini sebelum Ayahnya bertanya banyak hal tapi dia harus ke mana ya? Asia pergi menuju kamar untuk mengemas beberapa baju.

Dia sudah menetapkan akan pergi jam lima pagi dan akan menginap di rumah Pamannya bernama Dani secara sembunyi-sembunyi. Sepertinya Abang Edward bisa membantu dia. Asia bertekad dia akan pulang setelah lamaran batal.