Asia mengerutu. Dia pun sel0ekas mungkin agar suaminya itu tak mengambil kesempatan untuk melihat. Setelah selesai, dia kembali ke jok depan. "Wah cepat sekali."
"Aku tak mau kau mengambil kesempatan untuk melihat tubuhku lagi. Ayo jalan!" Alexi tersenyum. Dia kembali menjalankan mobil menuju hotel.
"Alexi, kalau dipikir-pikir untuk apa ya kita ke sana? Masa ini masih siang kita ada di dalam kamar?"
"Terus kamu mau apa?"
"Kita pergi saja pas sudah malam. Kalau siang ini kita--"
"Mau berkencan?" Asia memandang Alexi dengan mata melebar.
"Kencan? Denganmu? Nggak ah!"
"Kenapa? Aku ini suamimu loh kalau tak turutin kamu kualat."
"Tapi kita menikahnya secara tak resmi,"
"Kita nikah secara agama sayang, itu artinya kau sebagai seorang istri harus menghormatiku sebagai suami, gimana?" Asia mencebik kesal.
Dia mengerucutkan bibir seraya berpangku dada. "Baiklah aku menyerah." Alexi tersenyum bahagia. Dia lalu menghentikan mobilnya saat lampu lalu lintas berwarna merah.
Ditariknya dagu Asia agar memandang dirinya dan sebuah ciuman mendarat di bibir gadis muda tersebut. Asia terkejut bukan main. Buru-buru dia mendorong Alexi sebab keduanya menjadi tontonan dari beberapa orang yang melewati zebra cross.
"Dasar pencuri ciuman!"
"Biarin, yang penting aku curi ciuman istriku." Asia mencebik. Lampu kembali hijau menandakan mereka bisa jalan. Saat itulah Alexi berputar haluan.
Keduanya berhenti di sebuah tempat pariwisata. Asia tidak mengatakan apa-apa dan menurut saja saat Alexi menggandeng tangan mssuk ke tempat yang bernama Atlantis. Di dalam, Asia menemukan banyak sekali ikan di akuarium besar.
Bsnyak jenis ikan bahkan ada ikan hiu mungkin juga ada ikan paus. Asia lalu berjalan mendekat, menyentuh kaca akuarium yang dingin. "Kenapa kau diam begitu?"
"Karena ini pertama kalinya aku datang ke sini,"
"Benarkah? Kau tak pernah pergi dari rumah untuk jalan-jalan?" Asia menggeleng.
"Meski Ayah punya uang banyak yang bisa aku buat untuk jalan-jalan tapi tetap saja aku tak mau. Hidupku cuma rumah, galeri, sekolah dan melukis. Aku jalan-jalan pun saat kami pergi sekeluarga." Alexi mengangguk mengerti. Ditangannya terdapat ponsel dan diam-diam dia membuka kamera ponsel.
Dia lalu mengambil foto tanpa diketahui oleh Asia. "Apa yang kau lakukan?"
"Tidak kok,"
"Kau mengambil gambar ya?"
"Tidak." Saat Asia berjalan mendekat, Alexi buru-buru menyembunyikan kamera dan malah merangkul pinggang sang istri.
"Ayo kita lebih ke dalam lagi, masa kita berhenti?" Mereka berdua lalu berjalan lebih ke dalam akuarium. Asia menyadari bahwa akuarium yang mereka datangi sangatlah besar.
"Setelah ini kau mau tidak ke bioskop kita nonton?" Tak disangka Asia menggeleng.
"Kenapa? Padahal aku memiliki film yang ingin aku nonton."
"Aku tak tertarik pergi ke sana. Cari saja yang lain, taman hiburan mungkin,"
"Taman hiburan?"
"Iya, aku ingin masuk wahana rumah hantu, apa boleh?" Tubuh Alexi mematung, dia meneguk ludah.
"Ru-rumah hantu?"
"Iya, soalnya sewaktu kami pergi ke taman hiburan Mummy tak mengijinkanku untuk ke sana. Dia bilang nanti aku menangis karena masih anak-anak, nah aku ini sudah besar juga sudah punya suami jadi wajar dong tak ada alasan untuk tak masuk ke sana."
"Ba-baiklah." Alexi dan Asia pun bergerak ke taman hiburan. Sepanjang perjalanan Asia menyadari riak wajah Alexi tak nyaman. Apa dia keberatan dengan permintaan Asia?
Sampailah mereka di taman hiburan dan mereka tanpa membuat jeda menuju pintu masuk rumah hantu. "Asia sayang, kau tak lapar? Ayo kita makan dulu."
"Alexi, kau tak mau ya masuk ke dalam sana?"
"Tidak bukan seperti itu. Kita makan lebih dulu supaya lebih siap sih lagi pula aku lapar." Alexi lantas menyeretnya masuk ke dalam sebuah restoran yang tak jauh dari mereka untuk membeli makan siang.
"Alexi, katakan saja kalau kau keberatan kau tak usah ikut. Biar aku saja."
Mata Alexi membulat. "Tidak, mana mungkin aku membiarkan istriku yang aku sayang ini pergi ke tempat menyeramkan seperti itu seorang diri. Di mana fungsinya aku sebagai seorang suami?"
"Tapi kau terus menunjukkan wajah tak nyaman."
"Jangan khawatir, aku baik-baik saja kok." Dalam diam mereka makan tapi bohong jika Asia tak memikirkan Alexi yang kini berusaha menunjukkan wajah santai. Tak berapa lama mereka menyelesaikan kegiatan makan dan kembali bergerak kembali pada pintu masuk rumah hantu.
Alexi lagi-lagi tak nyaman. Kali ini bercampur kegelisahan yang luar biasa sehingga dia berjalan di belakang sementara Asia berjalan di depan dengan sangat bersemangat. Sungguh sangat bertolak belakang. Mendadak Asia berhenti dan menoleh pada Alexi.
"Kenapa kau berhenti? Tak mau masuk?" Tangan Asia lalu terulur mengambil tangan Alexi untuk digenggamnya hangat.
"Kalau kau ketakutan, cukup genggam tanganku erat ya." Seketika kegelisahan menguap berganti dengan tersipu malu. Dia mengangguk meskipun menundu dan keduanya sama-sama berjalan masuk.
Mereka dihadapi dengan ruangan yang gelap sedang penerangannya remang-remang. Beberapa boneka manekin menyeramkan di taruh di setiap sudut rumah hantu itu. "Waa!!" Alexi dan Asia sama-sama terkejut saat seseorang dengan pakaian beserta make up yang menakutkan mengejutkan mereka.
Asia sama sekali tak ketakutan. Dia malah melempar senyuman dan pergi begitu saja berbeda dengan Alexi yang merapalkan doa terus menerus sekaligus mengeratkan genggaman tangannya.
Karena tingkah Alexi itu, Asia jadi terhibur dan tak terlalu mementingkan "hantu-hantu" yang mencoba menakuti mereka berdua. "Ah sudah berakhir ya, tidak menakutkan." Asia beralih pada Alexi, disentuhnya wajah Alexi yang pucat.
"Kau baik-baik saja?" Alexi mengangguk. Pria itu merasa senang saat wajahnya disentuh lembut oleh Asia.
"Ayo kita berfoto. Aku ingin membuat kenang-kenangan." ucap Alexi tiba-tiba.
"Kenapa tiba-tiba berfoto?" Tangannya seketika menjauh dari wajah suami secara mendadak.
"Ini ritual sayang. Aku mendengar Ayah dan Ibuku mengambil foto saat mereka kencan dulu. Aku pun tak akan ketinggalan."
"Tapi aku jelek,"
"Hah? Jelek, cantik kok." Alexi lalu memeluk dekat sang istri seraya mengambil ponsel. Dengan cepat dia membuka kamera dan tersenyum begitu juga Asia meski memasang senyum tipis.
Dia mengambil satu gambar sedang satu gambar lagi Alexi selekas mungkin mencium bibir milik Asia. Mata Asia membulat ketika mendengar suara jepretan kamera saat mereka berciuman. Alexi terkekeh begitu menjauh sedang istrinya tersipu malu. Berani-beraninya dia membodohi Asia.