Rani terkejut melihat Asia masuk ke dalam halaman rumah dan hanya menyapa malas padanya sebelum setelahnya masuk. Tahu akan kondisi sang putri, Rani masuk ke dalam rumah dan menemukan Asia melepas dan melempar tas ke arah sofa.
Dia lalu duduk disertai mengembuskan napas. "Asia, kau sudah pulang. Kau diantar siapa dan kenapa wajahmu tertekuk seperti itu?" Dengan cemberut, dia memandang Mommy-nya sebentar kemudian menoleh ke tempat lain.
"Seorang teman yang membuatku kesal."
"Oh ya? Teman siapa lalu kau menginap di mana?"
"Di rumah teman, dia itu menyebalkan sekali." Alis Rani bertaut.
"Menyebalkan?"
"Iya, dia itu ...." Asia mengerjapkan mata lalu memandang lagi pada Rani. Hampir saja dia keceplosan tentang dirinya bersama Alexi. Tidak, dia tak boleh memberitahu bahwa dia sedang dekat dengan pria gila itu.
Bisa-bisa dia disuruh nikah paksa sama Alexi. Mengingat kalau Ibunya itu menikah muda di usianya seperti ini ada sedikit kekhawatiran dalam diri Asia jika dia berkata jujur. "Pokoknya dia itu menyebalkan, Mommy aku mandi dulu aku lelah sekali."
"Eh, kau tak kuliah?" Asia menggeleng lalu berdiri dan mengambil tas lalu melangkah naik ke lantai dua. Rani pun tak bertanya lagi dan lebih memilih melanjutkan pekerjaannya.
Hari berganti malam, Asia girang sendiri menonton upacara penutupan olimpiade hanya untuk melihat pemuda idamannya tampil meski bukan hanya dia yang menonton. Begitu tampak Hideyoshi, senyum Asia cerah dan sambil memandang tangannya tak berhenti menyuapi mulutnya dengan cemilan yang dia pegang.
Bukan hanya dirinya melainkan ada Maria dan Kaito yang sibuk dengan urusan mereka sendiri. Kadang-kadang mereka hanya menyimak sesaat kemudian kembali lagi pada pekerjaan mereka. "Kyaa ... Hideyoshi, dia tampan sekali."
Maria mendongak lalu menatap pada Asia yang memunggunginya. "Kakak suka sama senpai Hideyoshi?" Asia mengangguk cepat. Maria tak bertanya lebih jauh dan lebih memperhatikan bukunya lagi. Kamera lalu menyorot Hideyoshi tapi kali ini dia sedang mengobrol dengan seorang wanita dan lebih bikin panas hati mereka bergandengan tangan.
"Ish, kenapa si cewek itu dekat sama Hideyoshi? pakai pegangan tangan lagi." Maria kembali mendongak dan menampakkan wajah.
"Loh, kakak tak tahu ya? Cewek itu, kan pacarnya Hideyoshi senpai?" Petir menggemuruh dalam batin Asia. Dia menoleh dengan tatapan membelalak menatap pada Maria.
"Pa-pacar? Yang benar?"
"Iya, aku lihat instagram Hideyoshi senpai yang dipenuhi foto cewek itu." Mata Asia mulai mengeluarkan air mata dan pergi ke kamar mengambil tas kecil untuk dia pergi.
"Kakak, kau mau ke mana?" tanya Maria hendak berdiri tapi Kaito menahan lengan sang adik bungsu dan menyuruhnya agar tetap tinggal bersamanya di ruang tamu.
"Tapi Abang Kakak Asia ...."
"Jangan khawatirkan dia, Asia bisa jaga diri." Maria mengembuskan napas panjang lalu duduk kembali di samping Kaito.
Langkah Asia berhenti tepat di sebuah kursi panjang untuk mendudukan diri. Sial, dia telah didahului! padahal sudah lama sekali dia menyukai Hideyoshi tapi kenapa dia tak pernah bisa mengatakannya. Sekarang dia kembali lagi dikalahkan. Tanpa sadar air mata jatuh dan mengalir dengan derasnya.
Kendati sudah dihapus beberapa kali tapi tetap saja selalu mengalir. Jujur, hatinya sangat sakit sekarang dan ini sangat tak disukai oleh Asia. Menjadi seorang gadis lemah di depan semua orang. Sebuah sapu tangan tampak di depannya.
Dia mendongak, menemukan Alexi yang menyodorkan sapu tangan tersebut. "Ayo ambil, tak baik gadis manis sepertimu menangis." Asia menerimanya dan menghapus air matanya. Kehadiran Alexi membuat Asia teringat lagi akan semua peristiwa bersama Alexi.
Ada rasa kekesalan dalam diri gadis itu. Secara tak sadar, air matanya tak turun lagi berganti dengan raut wajah yang menekuk. "Kau pasti bahagia bukan ... melihatku menangis karena putus cinta?"
Alexi tersenyum. Tangannya menggapai rambut Asia untuk dia mainkan. "Tidak, aku tak suka kau menangis begini. Tak cantik tahu."
"Lalu, buat apa kau ke sini?"
"Tentu saja untuk menenangkanmu."
"Tapi aku tak mau ditenangkan."
"Yakin?" Asia mengangguk. Kemudian, Alexi memandang Asia dari kepala sampai kaki. "Keadaanmu tak mengatakan hal yang sama," lantas, Asia melihat penampilannya.
"Apa maksudmu?"
"Kemarilah, mendekat."
"Tidak, aku tak mau dicium sama kamu."
"Jangan curiga dulu, ayo mendekat."
"Tidak mau!" Alexi mengeluarkan decak lalu merentangkan kedua tangannya.
"Kau tak mau pelukan dariku?" Untuk sementara Asia tertegun lalu mendekat dan memeluk tubuh Alexi yang juga membalas pelukan. Asia menyesap aroma mint dalam tubuh Alexi, rasanya benar-benar nyaman.
Alexi tersenyum merasakan pelukan Asia makin erat. Tadi siang, dia pergi ke tempat ibadah dan memohon agar hubungan Asia dan pria bernama Hideyoshi itu tak baik. Rupanya permintaannya dikabulkan dengan cepat, Alexi yang setelah bekerja datang ke rumah Asia dan menemukan calon istrinya itu sedang bersedih.
Tak ada salahnya, kan mengambil kesempatan.
"Aku tak suka kau seperti ini Asia, aku ingin kau bahagia jadi menikahlah denganku dan aku akan membuat kau bahagia." Asia yang awalnya memejamkan mata membuka matanya.
Dia tak menjawab tetapi terus memeluk Alexi. Rasa kantuk menyerang, Asia lagi-lagi memejamkan mata dan karena aroma mint yang menenangkan Asia tertidur pulas. "Asia ... kau mendengarku?" Alexi menggoyangkan lembut bahu gadis itu namun tak ada respons.
Setelahnya Alexi tertawa kecil. Pria itu seketika sadar, dia telah berbicara dengan orang tidur.