Chapter 16 - Masalah

Ada perasaan marah melihat hal itu, tapi Asia tak melakukan apa-apa toh Asia bukan siapa-siapa jadi gadis itu segera mengambil langkah seribu. Adya jelas melihat Asia yang berjalan cepat masuk ke dalam gerbang kampus. Dia sangat mengenal punggung gadis itu jadi dia sangat yakin bahwa gadis yang dilihatnya adalah Asia.

"Tuan, Asia sudah datang." Alexi lantas menoleh tapi tak menemukan punggung Asia di mana-mana.

"Di mana? Aku tak melihatnya."

"Dia sudah masuk." Alexi lalu memandang lagi Umeko.

"Maaf aku harus pergi, aku harus mengejar seseorang."

"Apa kau ingin masuk? Aku juga ayo bersama-sama."

"Tapi aku terburu-buru."

"Tak apa-apa aku juga." Akhirnya Alexi menyerah kemudian berjalan bersama Umeko dengan perasaan cemas tak karuan. Semoga saja Asia tak salah paham.

Sedang itu Asia memasang wajah cemberut sepanjang dirinya berjalan menuju kelas. Pikirannya kembali tertuju pada Alexi dan gadis yang berkenalan dengannya. Kalau tak salah dia adalah senior di kampus Asia bernama Umeko.

Dia memang terkenal cantik, pandai dan selalu menjadi primadona dari kampus tersebut. Satu hal yang tidak disukai oleh Asia terhadap Umeko, dia memiliki sifat angkuh terhadap sesama perempuan.

Ya sama seperti orang bermuka dua. Dia akan menampakkan wajah dan suara yang teramat lembut kala dirinya sedang berhadapan dengan seorang pria terlebih yang menjadi incarannya namun akan berubah kala dia tatap muka dengan seorang gadis terutama jika si gadis ini adalah orang yang merebut gebetannya.

Sekarang dia melihat Alexi bersamanya. Jika Umeko tahu bahwa Alexi dekat dengan Asia, maka sudah pasti akan ada masalah terjadi. Asia sering mendengar rumor jika Umeko sengaja berteman dengan beberapa orang berandal agar melindungi atau sama-sama menghancurkan orang yang membuat Umeko sakit hati.

Semoga saja gosip itu tak benar!

Selain itu yang dipikirkan oleh Asia adalah dia teringat akan semua ucapan dan lamaran dari Alexi. Sekarang dia meragukan keseriusan pria itu, melihat sikapnya pada seorang wanita. Tapi bukankah kita harus bersikap sopan pada setiap orang?

Pikiran Asia buyar kala lengannya dicegat dan Asia mendapati Alexi bersama Umeko. "Asia, kau sudah datang." Asia tak menjawab, dia membuang muka dengan dingin dan menyingkirkan lengan Alexi. Bukti dia tak senang.

"Asia aku--"

"Aku tak butuh penjelasan." potong Asia memakai intonasi datar. Dia lalu berjalan meninggalkan kedua orang tersebut. Alexi membuang napas kasar saat Umeko berjalan menghampirinya.

"Alexi," pria itu menoleh.

"Apa dia pacarmu?"

"Tidak," Umeko lantas bernapas lega. Itu artinya dia punya kesempatan untuk bisa dekat dengan Alexi.

"Dia calon istriku." Umeko terkejut.

"Baiklah aku pergi dulu, terima kasih karena sudah mau menemainku sampai ke sini." Alexi pun pergi meninggalkan Umeko sendirian.

Di dalam mobil Alexi langsung mengeluarkan keluh kesahnya pada sekretarisnya, Adya. "Bagaimana ini Adya? Dia akan terus marah padaku dan tak akan mendekatiku lagi."

"Ya itu bagus dong."

"Ini tak bagus Adya!"

"Bukan seperti itu Tuan. Jika dia marah artinya dia cemburu, tanda kalau rencanamu berhasil."

"Rencana apa? Aku bahkan belum memulainya."

"Tuan kenapa dalam urusan cinta otakmu yang cerdas itu tak bisa kau gunakan dengan baik? Kau sudah melakukannya. Berkenalan dengan Umeko."

"Oh begitu, jika dia cemburu apa dia suka padaku?" Adya mengangguk. Alexi bersorak gembira. Ternyata Asia punya perasaan yang sama dengannya dan Alexi tak sabar ingin menjadikan Asia sebagai istrinya.

"Tapi Tuan anda sepertinya perlu menunggu beberapa waktu,"

"Kenapa? Bukankah Asia memiliki perasaan yang sama denganku?"

"Aku juga tahu hal itu Tuan hanya saja jika dia tak berkata jujur maka sama saja kau gagal mendapatkan cintanya Asia kendati dia memiliki perasaan yang sama denganmu."

"Oh begitu. Jadi apa aku akan gencar jika mendekatinya?"

"Yah itu terserah Tuan saja jika mau memiliki Asia."

*****

Di kampus, Asia terus saja melukis tanpa henti. Orang-orang yang satu klub dengannya pun tampak konsentrasi dengan lukisan mereka sendiri sampai suara pintu mengejutkan mereka.

Masuklah beberapa wanita dengan rokok yang masih mengeluarkan asap dan sesekali mereka menghisapnya. "Siapa di sini namanya Asia?"

"Ya itu aku. Ada apa?" tanya Asia tenang tanpa terganggu.

Salah satu wanita berjalan ke arahnya menatap Asia baik-baik sebelum akhirnya menampakkan senyum sinis. "Jadi kau yang namanya Asia, hm ... ya kau memang cantik sayangnya kau itu perebut pacar orang."

Kali ini Asia menatap balik si wanita. "Aku? Perebut pacar orang? Dengar ya, aku tak mengenal seorang pria apa lagi merebutnya dari seorang wanita."

"Tapi teman kami mengatakan kalau pacarnya direbut olehmu."

"Itu berarti temanmu yang bodoh karena telah mengatakan hal yang tak berdasar seperti itu. Aku juga tak mengenal siapa pacarnya." balas Asia santai.

"Kau!?" Tangan wanita itu melayang hendak memberikan tamparan atau pukulan pada Asia tapi dengan refleks yang cepat pula Asia menghentikan tangan wanita asing tersebut.

"Jangan melakukan sesuatu di luar batas. Ini masih di kampus, apa perlu aku menghubungi pihak kampus agar kau mendapat masalah. Aku yakin kau bukan salah satu mahasiswa di sini." Rahang si wanita asing mengeras dan melepas kasar cekalan tangan Asia.

"Awas saja kau! Masalah kita belum selesai. Akan aku balas perbuatanmu." Segerombolan wanita itu lalu keluar dari ruang kesenian meninggalkan Asia yang mendecih.

"Dasar anak-anak ingusan, mau jadi jagoan." desisnya tajam.