Sepanjang hari Asia habiskan untuk berada di kampus. Jam lima sore, Asia menyelesaikan rutinitasnya untuk melukis lalu pulang dengan rute yang biasa dia ambil. Belum mencapai terminal LRT, di sebuah jalan yang sepi dirinya dihadang oleh sekelompok gadis yang pernah mendatanginya tadi.
"Kalian, mau apa kalian?" tanya Asia tenang kendati sekarang dia waspada. Asia memiliki firasat bahwa mereka datang dengan niat yang buruk. Di antara mereka terdapat Umeko yang memandangnya sinis.
"Masih bertanya lagi? Tentu saja kau memiliki masalah dengan kami."
"Jika itu menyangkut seorang pria, maaf aku tak merebut kekasih siapa pun. Jadi biarkan aku pergi."
"Kau pikir kami akan percaya padamu? Jelas-jelas Umeko yang melihat sendiri kau berdua dengan kekasihnya." Asia menatap tajam pada Umeko yang masih juga memandangnya.
"Oh begitu, kau melaporkanku hanya karena berbicara dengan Alexi? Setahuku, Alexi dan kau itu baru saja berkenalan. Dia tak memiliki kekasih atau pun seorang wanita yang dekat dengannya selain aku tapi kau langsung mengklaim bahwa Alexi kekasihmu? Hebat sekali. Terlalu percaya diri!"
"Hei!" hardikan keras keluar dari mulut Umeko. Kefeminiman yang awalnya tampak berubah menjadi sosok beringas. Asia hanya bisa tersenyum kemudian menggelengkan kepalanya.
"Aku merasa kasihan pada kalian semua, mau saja dibohongi oleh gadis itu."
"Diam kau!" seru si gadis yang berada di garis depan. Dia segera berlari menerjang pada Asia untuk memberikan pukulan namun bukan Asia yang mendapatkan pukulan darinya, Asia menendang perut si gadis dengan melempar tas untuk mengecoh si lawan.
Melihat keberanian Asia dan seorang teman mereka terluka, beberapa orang datang menghadang Asia. "Dasar kalian suka main keroyok."
Asia sama sekali tak kesulitan melumpuhkan mereka semua dikarenakan pandai dalam berkelahi. Laki-laki saja kalah darinya apa lagi seorang wanita yang hanya bisa main tonjok dan menjambak rambut.
Kala dia sedang berusaha mempertahankan diri, Asia tak sadar jika salah seorang penyerang membawa sebuah pisau dan berhasil menancapkan pisau tersebut pada lengan milik Asia.
Asia menggertakkan giginya ketika pisau itu tertancap. Karena itu dia juga memutar tubuhnya dengan cepat dan menendang tepat di wajah si penusuk.
Otomatis si penusuk langsung terbanting di tanah dan tak sadarkan diri. Asia melihat pisau itu seraya mengatur napas sebelum akhirnya mencabut pisau tersebut.
Tangannya yang agak sedikit memiliki luka kecil akibat perkelahian sengit kini berdarah akibat luka yang terbuka. Meski demikian, gadis itu bangkit dengan tatapan serius menakutkan beberapa orang yang belum mendapat bagian berkelahi. "Sekarang ayo maju!"
Nyali mereka ciut lalu pergi meninggalkan beberapa anggota mereka yang masih terkapar. Sungguh tindakan memalukan. Mereka berani menantang seseorang saat mereka tak sendiri tapi ketika teman mereka terluka mereka tak memperdulikan malah lari tunggang langgang.
Kini hanya Umeko yang mematung. Dirinya menatap nanar pada Asia yang terluka dan dilihat dari pandangan, dia merasa ketakutan. Asia tersenyum sinis melihat Umeko yang tubuhnya bergetar hebat.
"Kini hanya kau dan aku." Air mata mulai mengalir di pipi. Mulutnya terbuka tapi tak ada suara yang keluar sampai Umeko melihat sosok Alexi yang baru saja datang terkejut saat memandang banyak sekali gadis merintih kesakitan.
"Alexi!" Umeko berlari lalu memeluk tubuh Alexi yang kini menatap Asia. Asia memutar tubuhnya seraya mendesis.
"Dasar gadis bermuka dua."
"Alexi, ini semua perbuatan Asia ... dia menghajar teman-temanku sampai seperti ini." adu Umeko berpura-pura ketakutan.
Asia melihat senyuman licik dari Umeko karena berpikir bahwa dia akan dipercaya. Gadis itu membuang napas kasar dan mendekat pada keduanya.
"Alexi, jika kau mau percaya pada dia maka aku tak bisa berbuat banyak. Aku pergi dulu." Ketika Asia membelakangi Alexi, pergelangan Asia ditangkap oleh Alexi yang memaksanya untuk memutar tubuh Asia.
Sementara Asia bisa melihat Umeko berada beberapa langkah dengan mata membelalak. Apa dia didorong oleh Alexi?
"Kau tak apa-apa? Sini aku lihat tanganmu." kata Alexi seraya memperhatikan kedua tangan milik gadis yang membuatnya jatuh cinta.
Alexi terhenyak melihat salah satu tangan bukan hanya terdapat luka bekas tonjokkan namun ada darah. Alexi tak menyadari hal tersebut karena Asia memakai jaket berwarna hitam.
"Asia kau berdarah!" Tangan Alexi tak sengaja memegang bagian lengan yang terluka maka Asia pun mengaduh kesakitan.
"Jangan pegang lukanya ada di situ!" Alexi merasa bersalah dan berusaha mencoba membuka jaket milik Asia.
"Alexi apa yang kau lakukan?"
"Tentu saja melihat lukamu. Pasti buruk sekali sampai berdarah seperti ini."
"Ya iyalah buruk." Tiba-tiba saja tubuh Asia diangkat oleh Alexi.
"Apa yang kau lakukan?"
"Aku akan membawamu ke rumah sakit."
"Aku masih punya kaki kok, turunkan aku."
"Tak bisa. Ayo pergi."
"Lalu dengan mereka?" tanya Asia seraya menunjuk beberapa gadis yang masih terkapar.
"Kalau itu aku sudah menelepon ambulans untuk membawa mereka." kata Alexi sambil berjalan menuju mobil miliknya di mana Adya telah menunggu.
Begitu Alexi memasukan Asia ke jok belakang mobil. Dia tak langsung masuk melainkan mendekati Umeko sekali lagi. "Alexi,"
"Kalau kau melakukan hal ini lagi terhadap Asia maka kau akan berurusan denganku. Kau bukan siapa-siapaku jadi jangan pernah mengatakan kalau kau adalah kekasihku karena yang berhak mengatakan itu adalah Asia, calon istriku!" kecam Alexi dengan pandangan tajam.
Umeko tertunduk. Hanya itu yang bisa dia lakukan. Alexi lalu membalikkan tubuhnya berjalan beberapa langkah meninggalkan gadis yang tak tahu diri.
"Oh ya dan satu hal lagi ... aku benci orang bermuka dua!" Selesai mengucapkan hal demikian, Alexi benar-benar pergi.