Begitu keduanya masuk, Asia menutup pintu kemudian menyediakan sebuah kursi untuk diduduki Alexi yang akan menjadi modelnya. Alexi masih diam saja namun ketika Asia mendekatinya lagi, peristiwa mencengangkan terulang kembali.
Bagaimana tidak, gadis itu sontak melepas dasi yang dikenakan oleh Alexi kemudian mempreteli semua kancing jas. Wajah Alexi sontak pucat. Apa yang sebenarnya gadis ini ingin lakukan terhadapnya?!
"Ap-apa yang kau lakukan?!" Gerakan Asia berhenti sekilas lalu mendongak dengan tatapan datar.
"Tentu saja menyiapkanmu sebagai modelku."
"Ta-tapi kau baru saja menelanjangiku!"
"Iya aku tahu. Ini sebagai nilai tambah---" perkataan Asia terpotong kala tangannya tak sengaja menekan dada bidang milik Alexi.
Perhatiannya pada Alexi terganti dengan dada bidang milik si pria dan tangannya tak berhenti menyentuhnya. Sangat keras dan berotot. Asia suka!
"Dadamu bagus juga." Pujian dari Asia membuat semburat merah muncul dari Alexi. Baru kali ini dia dilecehkan oleh seorang wanita tapi kenapa ya dadanya bergejolak hebat?
Asyik dengan pikiran sendiri, dia tak sadar jika Asia mendudukannya di kursi yang tersedia dan menjauh. Diambilnya kuas lalu memandang lekat pada Alexi yang terus saja diam. Mulailah gadis itu menggerakkan tangannya dengan lincah sesekali pandangannya tertuju pada Alexi kemudian beralih pada lukisan.
Cukup lama Asia berkutat dengan kanvas dan alat-alatnya lukisnya begitu juga dengan Alexi yang sibuk berpikir sampai akhirnya suara Asia mengejutkan dirinya. "Sudah selesai!"
Alexi melihat pada Asia yang sekarang membalikkan karyanya untuk dilihat oleh pria itu. "Bagaimana? Keren bukan?"
Alexi terpana sesaat kala dirinya melihat dia sendiri dilukis indah oleh Asia dan dengan memakai imajinasinya Asia menciptakan sebuah karya yang indah. Tanpa sadar Alexi berdecak kagum kemudian mendekat pada Asia yang terus memperhatikan lukisan yang dia hasilkan.
"Ya keren sekali. Sama sepertimu cantik." Asia sontak menoleh dengan mata yang sedikit melebar. Apa dia sedang berusaha menggoda Asia? Seperti itulah dalam benak Asia sekarang.
Perlahan Alexi mendekatinya dalam satu langkah. Satu langkah pula yang diambil oleh Asia untuk memisahkan diri dengan Alexi. Naluri seorang Asia bangkit dan berusaha untuk menjauhi si pria yang masih dia kira adalah sepupu dari temannya. Emi.
"Kenapa kau terlihat gusar seperti itu? Apa aku menakutkan bagimu?" Asia langsung mengangguk dan Alexi tertawa.
"Hei aku tak akan mengapa-apakanmu, jangan takut ...." Napas Asia tercekat saat Alexi menarik tangannya. tubuh Asia sontak mendekat dan jatuh ke dalam rangkulan Alexi.
"Tapi aku minta kau bertanggung jawab." Tatapan beserta suara Alexi yang parau makin menimbulkan ketakutan yang lebih besar lagi dari Asia. Tepat saat Alexi menaruh telapak tangan itu ke bagian jantung. "Kau de---"
"PRIA MESUM!!" Gadis itu segera mengeluarkan semprotan merica yang dia bawa lalu mengarahkannya pada mata Alexi. Kontan saja pria itu berteriak lalu melepaskan rangkulannya. Asia berlari ke arah pintu yang tiba-tiba terbuka sendiri menampakkan seorang pria asing lagi.
Mata pria itu tertuju pada Alexi yang mengerang kesakitan. "Tuan Alexi!" Tubuh Adya yang tepat berada menjadi penahan Asia untuk meloloskan diri. Akibatnya juga Asia yang berlari sekuat tenaga terdorong karena tubuh Adya sampai tubuh mungilnya jatuh tersungkur ke lantai.
Adya menolong Alexi sementara Asia merintih kesakitan. Muncullah pemilik dari kampus tersebut dan melihat kekacauan yang terjadi di ruang kesenian. "Apa yang terjadi di sini?!"
*****
Asia hanya mampu menunduk ketika dia mendengar semua cerita dari Alexi yang telah membasuh mukanya kembali dan itu pun dibantu oleh Adya. Sekretarisnya.
"Asia Wynne! Bagaimana bisa kau mengenal tamu kehormatan kampus kita sebagai seorang model ditambah kau sudah melecehkannya! Apa itu mencerminkan sifat mahasiswa di sini?!"
"Tidak." jawab Asia lirih.
"Lain kali tanyakan dulu jangan asal mengambil orang. Lihat perbuatanmu, Tuan Alexi terluka karenamu. Ayo cepat minta maaf!"
"Tak apa-apa. Kejadian ini tidak disengaja aku tak---"
"Tidak Tuan ini salahku ... aku minta maaf." ucap Asia tulus. Alexi hendak membuka suara namun tak bisa karena sang pemilik kampus menyela.
"Baguslah itu berarti kau menyadari kesalahaanmu. Pergilah dan jangan lakukan hal ini lagi, mengerti?"
"Baik." Asia lalu pergi dari ruangan kerja si pemilik sekaligus ketua pengelola membuat Alexi mendengus.
"Siapa nama gadis itu?"
"Asia Wynne Tuan." Adya menyahut.
"Oh begitu ...." Alexi menampakkan senyuman aneh.
"Asia nama yang cantik." Adya lantas menatap heran pada sang bos.
"Apa maksudmu Tuan?"
"Tidak. Ayo kita pergi saja." Setelah membetulkan penampilan Alexi pamit undur diri kemudian bergerak masuk ke dalam mobil meski tak menjalankan mobilnya sama sekali.
"Tuan. Apa anda menunggu seseorang?" Alexi mengangguk.
"Gadis itu yang namanya Asia. Aku harus bertemu dengannya sekali lagi."
"Kenapa Tuan? Dia itu gadis yang kasar, tak punya sisi manis. Tuan tak ingat apa yang dia lakukan terhadap Tuan? Tuan dipaksa menjadi model belum lagi dia membuka baju Tuan dan bukannya berterima kasih dia malah menyemprotkan mata Tuan dengan semprotan merica." tutur Adya kesal.
"Justru karena itu ... dia gadis yang memikat. Selama ini aku kenal dengan seorang gadis yang begitu melihatku langsung tertarik padaku tapi dia ... dia memandangku layaknya aku bukan pria yang tampan. Dia malah ketakutan saat aku mendekatinya tidak seperti gadis lain yang mau saja aku dekati." Adya menggelengkan kepalanya. Dia sama sekali tak tahu dengan jalan pikiran dari tuannya itu.