Chereads / Kebelet Nikah : Sekuel Pernikahan Kontrak / Chapter 3 - Lamaran Pertama

Chapter 3 - Lamaran Pertama

Alexi terus memandang lurus sampai matanya melihat pada sosok gadis yang baru saja dia kenal. Asia. Raut wajah gadis itu tampak masam dan dengan menenteng tas besar miliknya, dia berjalan keluar dari gerbang kampus.

"Kakak!" Asia menoleh pada gadis yang memanggilnya. Dia menemukan Maria-sang adik berjalan menghampiri disertai tatapan heran.

"Kenapa kakak masih ada di sini? Lembur ya?"

"Tidak. Aku punya masalah."

"Masalah apa?" Asia membuang napas kasar.

"Nanti aku akan beri tahu. Ngomong-ngomong kenapa kau juga masih ada di kampus? Bukannya kau punya urusan?"

"Urusannya baru saja selesai dan sekarang aku tunggu Daniel untuk menjemputku. Kakak tak apa-apa, kan kalau aku tinggal sendiri?" Maria balik bertanya.

"Iya kakak baik-baik saja kok." suara klakson motor menghentikan percakapan mereka berdua. Tampaklah seorang pemuda yang masih memakai seragam SMA memarkirkan motornya di depan gerbang kampus.

Dia juga membuka helm yang dikenakan sehingga wajahnya yang tampan tampak dan tersenyum lebar pada Maria. "Itu dia." Daniel menghampiri Maria dan Asia untuk menyapa.

"Hai kakak Asia, apa kabar?" tanya pemuda itu berbasa-basi.

"Baik kalau kau?"

"Baik juga. Mmm ... aku ingin ajak Maria untuk pergi apa boleh?"

"Tentu saja. Jaga dirinya baik-baik dan hati-hati dijalan." Daniel tersenyum lalu menggandeng tangan Maria untuk pergi dari tempat tersebut.

Maria sekali lagi pamit kemudian menghilang bersama Daniel dan Asia membuang napas. Kendati Maria memiliki pacar yang jauh lebih muda tapi melihat kebahagiaan sang adik membuat Asia tak meragukan Daniel toh Daniel juga adalah anak dari sahabat Mommy-nya, Rani.

Asia lalu menggerakkan kedua kakinya berjalan keluar dari gerbang kampus sampai dia mendengar suara pria asing yang menyapa. "Hai manis." Segera saja Asia mendengus jengkel. Dia tak suka dengan panggilan yang menurutnya sok akrab.

Dia menoleh dan menemukan Alexi yang baru saja keluar dari mobil. Tanpa ekspresi Asia terus melihat pada Alexi yang berjalan mendekat. "Tuan ingin apa lagi? Saya sudah minta maaf jadi urusan kita sudah selesai bukan?"

Alexi menggeleng. "Tidak, urusan kita belum selesai. Kau belum bertanggung jawab!" Alis Asia mengerut.

"Bertanggung jawab? Apa yang harus aku pertanggung jawabkan?" Alexi menampakkan senyuman ganjil dan menunjuk dadanya.

"Kau telah membuat dadaku sakit jadi aku ingin kau jadi pacarku!" Mata Asia membulat. Pacar? Apa pria di depannya ini ingin menjadikan Asia sebagai pacarnya?

"Ma-maaf apa maksud--"

"Eh sepertinya aku salah bicara ya, pacaran itu, kan dosa bagaimana kalau kita menikah saja? Kau mau bukan jadi istriku?" Napas Asia tercekat. Di-dia dilamar mendadak sekarang?!

"Ap-apaan ini?! Kau ingin aku jadi istrimu?" Senyuman nakal ditampakkan Alexi yang segera membalas dengan anggukan.

"Kau gila! Aku masih muda sedang kita baru berkenalan kenapa kau dengan entengnya mau mengajakku menikah?!"

"Yah dari pada kita pacaran kan dosa kalau kegiatannya keterlaluan!" Asia termangu. Tak tahu harus mengatakan apa-apa lagi.

"Bukan itu maksudku dasar pria gila!" Gadis itu hendak pergi dari tempat itu tapi lagi-lagi dia dibuat kesal oleh tingkah Alexi yang menahan dirinya.

Tak tahan, Asia mendorong tubuh Alexi agar tak menghalangi jalannya. "Hei kau tidak menjawab pertanyaanku? Mau tidak menikah denganku?"

"Tentu saja tidak idiot!" Alexi tertawa melihat Asia yang berjalan cepat. Menurutnya sangat lucu.

"Ini baru awalannya saja Nona Asia, lihat saja nanti kau akan menerima lamaranku." gumam Alexi.

Lamaran : 1 Cercaan : 1 Penolakan tegas : 1

Terima : 0

Mood Asia makin jelek saja mengingat kejadian dari tadi. Yah, awalnya Asia merasa bersalah pada Alexi karena sudah memintanya secara paksa membuatnya menjadi model ditambah dengan dirinya menyemprotkan merica ke arah Alexi.

Namun perasaan sesal itu lenyap ketika memori Asia lagi teringat saat Alexi merangkul Asia dan terlihat seperti orang yang mesum. Bukan itu saja dari tadi Alexi juga melamarnya secara mendadak. Apa-apaan itu tadi?!

kereta LRT yang ditunggu akhirnya datang. Asia pun masuk dengan beberapa orang lalu duduk ditempat yang disediakan. Menyetel musik, Asia pun duduk tenang sampai kereta itu membawanya ke terminal dekat dengan rumahnya.

Disamping Asia terdapat satu orang pria dan dia selalu memandang gadis itu dari atas ke bawah. Asia menyadari hal tersebut dan ada rasa jijik. Si pria mulai melancarkan aksi dengan menghimpit tubuh mungil milik Asia yang memang Asia duduk bersebelahan dengan kaca pembatas.

Tekanan yang dia rasakan membuat Asia jengah tapi gadis itu boleh menolerir dan diam saja. Dirinya dia buat tak peduli dengan sikap si pria paruh baya dan terus memperhatikan layar ponsel.

Namun ketika merasakan sentuhan di paha, Asia menggerak refleks dengan menarik tangan si pria paruh baya dan menjatuhkannya di lantai. Bukan itu saja suara retakan yang terdengar membuat orang-orang merasa ngilu melihat kejadian tersebut.

Asia melepas tangan si pria yang kini merintih kesakitan dan bangkit setelah kereta berhenti tanda bahwa dia harus pergi. "Ini peringatan pertama sekaligus terakhir dariku, jangan pernah melecehkan seorang wanita!" Tak lama seorang polisi datang dan kebingungan melihat pria yang menjadi korban Asia.

"Ada apa ini?"

"Pria ini pak, dia melecehkan saya!" seru Asia memberitahu.

"Bohong ...." Suara si pria yang menyela otomatis membuat amarah Asia naik lagi dan memberikan si pria mesum itu tatapan tajam.

"D-dia menjatuhkan saya pak dan--"

"Dasar pria mesum! Sudah salah masih saja berkelit! Mau saya pukul lagi!" Nyali si pria yang menjadi pelaku pelecehan langsung ciut melihat wajah galak Asia dan membuat pernyataan bahwa memang dia yang bersalah.

Ternyata dibalik mungil dan cantiknya wajah Asia, gadis itu memiliki monster dalam dirinya. Monster yang ditakuti oleh banyak pria mana pun yang hendak mendekati Asia.