Chapter 6 - Tamu

Tubuh Asia langsung bergidik. "Kau terlalu percaya diri, sudahlah jangan ikuti aku. Aku bisa pulang tanpamu!" ujar Asia penuh penekanan.

Gadis itu berjalan lagi menuju terminal LRT namun Alexi tetap saja mengikutinya. "Walau pun kau menolaknya aku akan selalu mengikutimu. Aku cemas jika kau hanya sendiri nanti banyak pria lagi yang menggodamu."

"Bodoh amat! Meski kau tak ada pun aku bisa membela diri!" Namun pria itu mengikutinya sampai masuk pula ke dalam LRT. Asia mengambil tempat duduk dan terus memandang pada Alexi yang berdiri di hadapannya.

Sebenarnya Alexi ingin sekali duduk di samping Asia hanya saja ada seorang wanita tua yang berada di sampingnya. Kereta benar-benar sesak bahkan sampai di perhentian pertama hanya sedikit yang keluar namun banyak yang masuk.

Mata Asia tertuju langsung pada sosok wanita hamil besar. Begitu wanita itu bergerak mendekat, Asia berdiri dan mempersilakan si wanita hamil untuk duduk di tempatnya. Tepat ketika si wanita duduk, kereta mulai bergerak.

Asia terhuyung ke samping dan beruntung Alexi yang berada di dekatnya segera menahan tubuh Asia. Kedua mata mereka bertemu cukup lama sampai Alexi menyunggingkan senyuman di wajah tampannya.

"Lihat, kan kita berjodoh. Kalau tidak kenapa takdir membuat kau dirangkul olehku, saling menatap kemudian jatuh cinta." Lekas Asia melepaskan diri dari Alexi dan mendorong pria itu.

Naas Asia kembali terdorong menabrak Alexi. Lantas saja Alexi tertawa kecil sedang Asia menampakkan cemberut beserta wajahnya yang memerah. "Pegang ini." ucap Alexi seraya menempatkan tangan Asia pada pegangannya sedang tangan Alexi memegang ditempat yang lain.

Dia juga menjadikan tubuhnya sebagai tameng untuk Asia sampai di perhentian yang dituju. Begitu pintu kereta terbuka, Asia keluar tanpa mengucapkan terima kasih. Alexi tak memprotes dan tetap mengikuti Asia. Tibalah mereka di rumah modern milik keluarga Wynne.

Saat Alexi membaca kanji di depan rumah, Asia sudah masuk ke halaman depan. Dia sama sekali tak menoleh pada Alexi dan begitu pria itu menyadari bahwa Asia telah pergi dia pun setengah berteriak. "Sama-sama!"

Punggung Asia menghilang di balik pintu. Alexi segera meraih ponselnya menghubungi seseorang. "Halo, Adya." sapa Alexi.

"Tuan Alexi, kau ada di mana? Aku menunggumu di depan kampus tapi kau tak terlihat."

"Tentu saja, aku ini sudah bukan di kampus melainkan di rumah Asia."

"Hah? Rumah gadis gila itu?! Kenapa kau pergi ke sana?! Bukankah kau bilang kalau kau hanya akan pergi ke kampus untuk menemuinya sebentar?"

"Memang itu maksudku tapi dia diganggu jadi aku menolongnya. Kau tahu tidak, aku berciuman dengannya dan dia mengaku itu ciuman pertamanya!" ujar Alexi dengan girang.

"Tuan Alexi katakan kau ada di mana biar aku menjemputmu!" Alexi yang senang langsung saja memberikan alamat kediaman Wynne dan tak butuh waktu lama Adya datang bersama mobil milik Alexi.

Tanpa berbasa-basi Alexi naik dan menceritakan lagi apa yang terjadi pada Adya yang sebenarnya muak. Hanya saja karena dia sedang mengemudi dan perlu konsentrasi maka dia membiarkan saja atasannya itu menceritakan hal yang membuatnya bosan.

Sampai di kediamannya sendiri, Alexi membaca beberapa dokumen setelah dia makan malam. Setiap lima menit, dia selalu mengganti beberapa file hingga hanya satu file yang tersisa.

Dia pun mulai membaca dokumen akhir itu dan berhenti tepat di kata Wynne. "Wynne?" Alexi langsung teringat akan nama marga milik Asia. Ya, nama yang sama.

Alexi kemudian memulas senyuman. Akhirnya dia tahu apa yang harus dia lakukan untuk lebih dekat dengan Asia!

Beberapa hari berlalu, semenjak insiden ciuman tidak disengaja Asia tak bertemu lagi dengan Alexi dan masa-masa di mana kehidupan Asia yang tenang dimulai kembali. Asia menyukai hal ini meski terkadang dia mengingat ciuman dengan Alexi atau pun adegan di kereta.

Namun Asia buru-buru menepis bayangan itu. Hari ini dia cukup lelah karena selesai janji dengan dosen kesenian. Ada seorang pemilik galeri yang sangat tertarik dengan lukisan yang dibuat oleh gadis itu.

Finalnya Asia membuat kesepakatan dengan perantaranya si dosen keseniannya. Setibanya di rumah Asia tak langsung masuk dikarenakan melihat sebuah mobil mewah terparkir di depan rumah.

Jelas itu bukan mobil sang Ayah dan Asia mendapat kesimpulan bahwa Ayahya menerima tamu. Asia pun masuk ke dalam rumah di bagian belakang.

Dia menemukan sosok Ibu beserta Bibi Nina, satu-satunya pelayan di keluarga tersebut sedang sibuk membuat sesuatu. "Eh Asia kau sudah pulang, kenapa kau lewat pintu belakang?"

"Daddy punya tamu Momy masa aku lewat di sana tak sopan tahu." Mata Asia lalu melihat pada meja makan yang menampakkan banyak sekali makanan termasuk kue.

Kuenya pun khas Indonesia dan kesukaannya Asia yaitu ketupat. "Yeay! Ketupat!" Tangan Asia yang terulur mendadak di pukul ringan oleh Rani.

"Aduh, Mommy kenapa Mommy memukul tanganku sih?!"

"Ini untuk tamu. Punya kamu ada di dalam lemari." Asia mendengus kemudian membuka lemari dan mengambil ketupat.

Bukan hanya ketupat, nasi jaha dan lalampa juga ada. "Tamu Daddy kali ini istimewa. Dia itu orang Indonesia jadi Mommy sengaja membuat semua ini. Bagaimana ketupatnya enak?" Asia mengangguk. Dia penasaran siapa tamu Ayahnya itu.

"Baguslah. Itu berarti tamunya akan suka."

"Oh jadi Mommy senang karena tamunya orang indonesia gitu?" Rani tersenyum.

"Yah mau gimana lagi, Mommy kan lahir di sana jarang sekali datang karena ikut Daddy tinggal di Jepang."