Setelah ketupat yang dipegangnya habis, Asia mencuci tangannya sebentar lalu berjalan ke kamarnya. Sampai di tangga yang menghubungkan antara lantai satu dan lantai dua Asia bisa melihat Karma tengah berbincang dengan tamunya.
Sesekali terdengar tawa kecil dari sang Ayah. Asia tak ambil pusing lalu bergerak ke atas untuk beristirahat. Lama sekali Asia berada di dalam kamarnya sendiri karena lagi-lagi dia melukis di balkon kamarnya sendiri.
Kamar Asia agak luas jadi dia bisa mengisi beberapa tempat yang kosong dengan beberapa lukisannya. Tak lama hanya beberapa hari karena nantinya dia akan memberikannya pada beberapa pemilik galeri yang dia kenal.
Di dekat balkonnya juga ada pohon rindang yang menjadi tempatnya berteduh ketika matahari sedang terang benderang. Hari semakin gelap, Asia menerima chat dari Maria setelah dia mandi.
Agak aneh karena yang dia tahu Maria sudah pulang untuk apa chat, dia bisa mengatakannya langsung. Sesudah di cek, rupanya si tamu belum pulang dan memutuskan makan malam di sini.
Maria merasa enggan ingin memanggil Asia dengan berteriak seperti yang selalu dilakukan oleh Rani. Bisa-bisa dia dimarahi sebab mengusik tamu. Asia menggelengkan kepalanya dengan gelak tawa pelan.
Melihat penampilannya rapi, dia lalu turun dan menemukan anggota keluarga sudah berkumpul termasuk tamu yang sedang membelakanginya. "Maaf Mommy, Daddy Asia habis mandi jadi harus bersiap-siap dulu."
"Tidak apa-apa Asia, ayo duduk bersama kami." Si tamu memutar tubuh dan mengejutkan Asia.
"Ya, Nona Asia ayo duduk bersama kami." ucap si tamu dengan senyuman yang paling dibenci oleh gadis itu.
"Kau?! Kenapa kau ada di sini?!" Hardikan Asia mengagetkan semua orang tapi tidak dengan si tamu yang tenang meski pun hardikan itu ditujukan untuknya.
"Asia, jangan menghardik seorang tamu!" tegur Rani membuat nyali Asia menciut tapi kemudian dia menunjukkan wajah galak pada tamu tersebut. Sosok pria yang paling dia benci. Alexi.
"Asia ... duduk dan jaga sikapmu. Sopanlah pada Tuan Alexi Denzel." Asia mendengus lalu duduk di samping Kazuto sang kakak berhadapan dengan Alexi yang masih tersenyum.
"Kakak, kakak kenal sama Alexi-san?" Pertanyaan yang dilontarkan Maria tak langsung di jawab oleh Asia. Dia melihat dulu pada Maria lalu mengangguk-angguk.
"Iya. Hanya sekadar kenal saja." Asia melirik pada Alexi yang sudah memakan makanan yang tersaji di atas piring miliknya. Tak terlihat sekali pun dia protes pada ucapan si gadis yang ciuman pertamanya telah dia curi itu.
Hal itu sedikit membuat Asia kesal dan mulai makan dengan wajah masam. Sepanjang keluarga Wynne makan, Karma terus memuji Alexi. Dia masih muda namun sudah bisa memimpin cabang perusahaan sang Ayah, Axton Denzel.
Dirinya tak sadar sekarang kalau salah satu putrinya makin tak betah sekaligus panas hati mendengar semua pujian yang dilontarkan. Suara dentingan sumpit cukup keras menyebabkan semuanya terdiam dan menatap pada Asia yang kini berdiri.
"Aku sudah selesai makan."
"Kau tak mau pencuci mulut Asia? Mommy buatkan puding kesukaanmu."
"Simpan saja nanti aku makan. Aku tak berselera sekarang." kata Asia seraya melirik sinis pada Alexi yang sekali lagi memasang raut wajah tenang.
Alexi terus memandang Asia sampai dia hilang dalam pandangan lalu beralih lagi pada Karma dan Rani. "Maafkan anakku Alexi-san, dia sebenarnya tak seperti ini mungkin moodnya sedang buruk."
"Tak apa-apa aku mengerti. Oh ya, aku lihat Karma-san dan Rani-san terlihat berbeda. Apa kalian pasangan beda umur?" Rani sontak menatap pada sang suami yang sekarang tersenyum getir.
"Iya, kami memang pasangan beda umur. Aku menikahi Rani setelah dia lulus SMA."
"Oh kalau begitu, berapa jarak usia kalian berdua?"
"16 tahun." Alexi mengganggukan kepalanya pelan.
"Jadi aku punya kesempatan untuk bisa bersama Asia." Gumaman Alexi yang pelan bisa didengar oleh Karma sehingga dia langsung bertanya.
"Maaf," Alexi tersadar. Hatinya cukup berdebar kencang karena Karma mendengar gumaman. Dia pun secara alamiah menyunggingkan senyuman yang dia buat.
"Maksudnya aku ingin bisa seperti anda Karma-san ... mendapat gadis cantik yang lebih muda." ucap Alexi dan diakhiri dengan bisikan. Keduanya sama-sama terkekeh pelan tapi berhenti ketika Rani bedeham cukup keras.
Wanita itu sepertinya tak suka dengan perbincangan mereka. Sementara Kazuto dan Maria tersenyum geli melihat tingkah Karma dan Alexi yang langsung diam. Rupanya mereka berdua takut pada Rani.
Di dalam kamar Asia tak tenang. Dia yakin Alexi datang ke rumahnya bukan hanya bisnis melainkan dirinya. Sial! Kenapa beberapa hari yang lalu Asia diam saja saat Alexi mengantarnya pulang.
Harusnya dia memukul pria itu agar tak ikut bersamanya. Sekarang pria itu mendapat perhatian dari kedua orang tuanya, terlebih Ayahnya yang jarang sekali memuji orang sekarang mengatakan secara terang-terangan bahwa dia kagum pada Alexi dan itu membuat ketidaksukaan pada Alexi kian bertambah dalam diri Asia.
Tak lama berselang Asia terganggu dengan suara ribut dari bawah. Dia pun menengok dari lantai atas dan mendapati semua anggota keluarga kecuali dia tengah berbincang dengan Alexi. Entah apa yang dia katakan sampai-sampai mereka semua tertawa.
Amarah makin membuncah, Asia sudah tak tahan lagi segera turun ingin menghentikan kesenangan antara mereka namun sebelum itu terjadi begitu dirinya tampak, lengan Asia ditarik oleh Alexi. Entah sejak kapan dia berada di dekat tangga seakan tahu saja kalau Asia akan turun.
Keduanya berhenti tepat di depan semua anggota keluarga dan secara mendadak Alexi berlutut seraya mengulurkan sekuntum bunga mawar merah pada Asia. "Maukah kau menikah denganku?"