Setelah tidak ada tegur sapa yang ku buat selama beberapa bulan setelah pernikahan ku, aku merasa wanita itu semakin ingin membuat kontrak perdamaian dengan ku, apa sebabnya dia selalu memancarkan wajah teduh dan penuh kasih saat menatap ku, namun dia selalu seakan mengabaikan ku, acuh dan tidak pernah berkata menyukai ku?
Apakah dia ingin aku mengasihani nya dan melepaskannya? oh jika dia berfikir seperti itu tentu itu kesalahan kedua yang ia buat.
Masih ingat bagaimana dia mengusir dan menampar ku dari cafe satu tahun yang lalu, jelas jalang itu yang selalu mengusik ku, dia selalu mengikuti kemana langkah ku pergi, bahkan hendak melecehkan ku di tempat umum dengan meraba bagian sensitif ku di tempat seperti itu dan dengan mudahnya Elmayra Adhita datang seperti seorang jagoan membentak, menampar dan mengusir ku dari Cafe yang memang milik ku, dia hanya pengelolanya bukan?
Malam ini aku kembali ke rumah bertujuan untuk segera istirahat, aku lelah setelah perdebatan dengan management kantor yang telah terbukti bersalah, aku segera memecatnya, tidak akan ada yang berkata tidak atau membantah apapun yang aku keluarkan dari mulut ku kecuali Mami ku.
Aku membuka pintu rumah untuk masuk kedalam, aku melihat Mami yang sendirian sedang menonton televisi.
"Malam mam, belum tidur? selarut ini?" Aku mengecup kening dan pipi mami.
"Belum, mami belum mengantuk, Fran kamu pulang semalam ini? kasian Mayra nunggu kamu dari tadi, dia cemas banget tuh, kayak nya juga masih belum tidur di kamar, tadi baru saja mami suruh dia masuk."
"Mami, kenapa sih sayang banget sama dia, dia aja gak perduli mami sendiri di sini." Ketus Zofran.
"Kata siapa Mayra gak perduli sama mami, mungkin kamu yang selalu menutup mata dengan semua kebaikan Mayra."
"Itu semua hanya kamuflase dia aja mam."
"Zofran, sampai kapan kamu selalu menganggap semua yang Mayra lakukan itu salah, Fran Mami sayang sama kamu dan Mayra, mami gak bisa lihat kamu begini terus."
"Maaf mam, Zofran gak mood berdebat, capek mau istirahat."
Aku naik kelantai 2 menuju kamar ku, tanpa perduli Elmayra yang sedang menungguku di sofa kamar kami.
Menunggu? huh... tidak dia tidak mungkin menunggu ku, itu hanya rasa percaya diri ku saja yang berlebihan.
Namun aku mulai berfikir kembali saat baju tidur ku sudah ada di pinggir ranjang dan air panas sudah tersedia di bathtub.
Aku segera masuk kedalam kamar mandi, sedikit berendam dan merilekskan tubuh ku yang memang sudah lelah.
Aku berbaring di ranjang dan menyibak penuh selimut.
Aku tak perduli dengan apapun yang Mayra lakukan.
Lengan ramping dan jemari lentik itu merengkuh ku, entah dengan sengaja atau tidak.
"Aku tau kau masih terjaga, pak Zofran saya tau tidak ada cinta di pernikahan ini, tapi bisakah kita terlihat hangat hanya di depan Mami."
Entah lah aku ingin menyahut 'bisa' namun mulut ku berkata kasar lagi.
Aku menghentak tangan yang sedang merengkuh ku itu, rasa dingin menyambar seketika ketika aku melepaskan nya.
"Elmayra, sampai kapan pun kita akan tetap seperti ini, kenyataan akan lebih baik dari pada ke pura puraan!"
Aku tau hatinya menangis, karena matanya terlihat berkaca-kaca namun, ia terus bicara.
"Tadi siang, aku menyempatkan pulang untuk makan di rumah menemani mami, namun ternyata mami sedang bersama dokternya, aku sedikit mendengar perkataan dokter dengan mami." Dia berhenti dan air mata mulai turun, aku tau itu, aku duduk menghadap nya.
"Mami sedang sakit, dan mami mengatasinya sendiri, dia takut kita bersedih dengan semua ini, dan mami berkata pada dokter jika dia ingin sekali kita berdamai, dan mami ingin menikmati sisa waktunya dengan menimang cucu dari mu."
Aku hanya diam tanpa berkata, tapi itu tadi saat sebelum aku mendengar kata cucu yang dilontarkannya.
"Apa? tidak ada cucu, aku tidak bisa memberikannya cucu."
"Jika halangannya adalah aku, maka aku..."
"TIDAK ADA CUCU DAN PERMINTAAN LAINNYA MENGERTI." Jelas ku dengan amarah.
"Tunggu jangan pergi." Dia menggenggam tangan ku erat saat aku beranjak.
"Kau tidak akan mendapatkan nya dari ku, tapi dari wanita lain, wanita yang kau cinta."
"apa maksud mu?" Wanita ini gila ya?
"Menikahlah dengan wanita yang kau cinta berikan mami cucu." Aku tidak mengubris lagi semua perkataannya kepala ku serasa mau pecah sekarang.