Cristan lalu menelepon Jade. Dalam waktu singkat, Jade langsung menjawab panggilan teleponnya.
"Jade?"
"Ya, tuan muda?" jawab Jade sopan.
"Apa ada sesuatu yang terjadi dengan kakek? Ia baru saja meneleponku dan memaksaku pulang minggu depan.." tanya Cristan bingung. Kakek Besar memang eksentrik tapi ia biasanya tidak pernah melakukan hal-hal aneh yang tidak perlu. Seperti.. menyuruhnya pulang secara mendadak seperti barusan. Kecuali kalau ada hal yang sangat penting dan sama sekali tidak bisa ditunda lagi.
"Oh… apakah tuan muda lupa? Minggu depan adalah ulang tahun Tuan Besar Pertama ke 70."
Raut wajah Cristan langsung berubah seperti habis disambar halilintar. Astaga!
Astaga! Astaga! Astaga! Pantas Kakek Besar benar-benar sewot tadi!
Cristan benar-benar lupa kalau bulan ini genap sudah 2 tahun ia meninggalkan Rose Mansion.
Rumah utama dan markas besar Klan Levy. Ia benar-benar tidak pernah mengunjungi atau mengirim kabar kepada kakeknya selama 2 tahun belakangan ini! Tepatnya, setelah ibunya wafat akibat kecelakaan lalu lintas dulu.
"Aku sedang dalam perjalanan ke apartemen tuan untuk mengirim undangan resmi dari klan." sambung Jade lagi.
"Oia, ada satu hal lagi, kudengar kalau di acara ulangtahun minggu depan, kemungkinan besar juga akan diadakan Pertemuan Senat."
"Pertemuan Senat?" balas Cristan bingung.
Aneh sekali! Tidak biasanya Pertemuan Senat digabungkan dengan sebuah acara perayaan besar seperti ini karena Pertemuan Senat biasanya hanya akan diadakan untuk membahas masalah-masalah yang sangat penting, seperti pemilihan ketua klan baru atau pelantikan anggota baru untuk Klan Levy. Apakah….??
Sebuah ide tiba-tiba terbersit di benak Cristan ketika otaknya mulai memikirkan sebuah kemungkinan yang mengerikan. Wanda Sonata!! Dan ayahnya….
Kemungkinan besar, ayahnyalah yang mengajukan permohonan untuk mengadakan Pertemuan Senat serta membahas kemungkinan Wanda Sonata untuk menjadi salah satu anggota klan. Tidak!
Hal ini tidak boleh terjadi!
"Jade, aku ada di kantor utama Fashion Blast. Ayo kita bertemu sekarang.." perintah Cristan tegas via telepon.
"Baik, tuan muda."
...............…
Cristan menunggu Jade di cafeteria ketika Jade datang menghampirinya dan menyampaikan sebuah undangan klasik berwarna off white yang disulam dengan benang emas dan disegel dengan lilin bermotif bunga mawar. Ciri khas dari Klan Levy.
Cristan lalu membuka undangan tersebut dan membaca sekilas semua informasi yang ada di dalamnya sebelum kembali memasukkannya ke dalam amplop.
"Kakek Besar, bagaimana keadaan beliau?" tanya Cristan dengan rasa bersalah.
Ia sama sekali sudah mengabaikan satu-satunya anggota keluarga yang disayanginya akhir-akhir ini dan ia lupa, walaupun Kakek Besar selalu terlihat bugar dan sehat, ia sudah menua. Penyakit insomnianya malah seringkali kambuh sekarang dan bahkan sampai mengganggu kesehatan jantungnya.
Pandangan Jade sedikit berbinar saat menceritakan kondisi Kakek Besar saat ini.
"Untuk beberapa bulan ini, insomnianya sudah mulai membaik dan Tuan Besar Pertama juga tidak lagi sering merasa sesak nafas seperti dulu. Tuan Besar Pertama juga tidak lagi rewel tentang jenis –jenis makanan yang terhidang di atas meja. Tidak seperti dulu yang selalu mengeluh dan sangat pemilih tentang apa yang ingin dimakannya. Suasana hati Tuan Besar Pertama juga sekarang jauh lebih baik dan santai. Ia lebih banyak tersenyum akhir-akhir ini…"
Cristan bersandar ke kursinya sambil menghembuskan nafas lega. "Baguslah kalau begitu…"
Sejak kematian mendadak ibunya 2 tahun yang lalu, Kakek Besar dan Cristan sama –sama menderita pukulan psikologis yang sangat besar. Jika Cristan memilih untuk meninggalkan Rose Mansion, maka Kakek Besar memilih untuk tinggal dan jatuh depresi berat dengan minuman keras serta obat-obatan.
"Terapi inner healing yang dilakukan Tuan Jose kelihatannya cukup berhasil." Sambung Jade lagi.
"Jose? Siapa itu?" tanya Cristan bingung. Ia sama sekali tidak pernah mengenal nama tersebut sebelumnya.
"Tuan Besar Pertama mengenalnya ketika Jendral Bissou mengundangnya pada acara perayaan militer Angkatan Darat ke 95 empat bulan yang lalu. Tuan Jose saat itu bertugas untuk menyembuhkan perasaan trauma para veteran prajurit yang mengalami depresi berat akibat terlalu lama bertempur di medan perang sebelum mereka dikembalikan kepada masyarakat untuk menjalani kehidupan normal.." terang Jade lagi. Ia sama sekali tidak menyembunyikan kekaguman dalam nada suaranya.
Bagi seorang pengawal pribadi seperti Jade, ia sangat mengetahui betapa sulit dan kerasnya watak Tuan Besar Pertama apalagi ketika ia jatuh dalam keadaan yang sangat menyedihkan sepeninggal Nyonya Arina. Setiap hari, Jade hanya bisa melihat orangtua tersebut meratapi dirinya dan menyesali keadaan setiap hari serta membuat orangtua tersebut semakin menua akibat derita psikologisnya. Berbagai obat penenang dan psikiater didatangkan untuk mengobati depresi beliau tapi semuanya tanpa guna. Malah keadaan Tuan Besar Pertama semakin memburuk dari waktu ke waktu. Hanya dengan "sentuhan ajaib" Tuan Jose-lah, Jade bisa melihat kalau keadaan psikologis Tuan Besar Pertama berangsur pulih ke masa keemasannya dulu.
Cristan mengangguk-angguk. "Bagus juga, mungkin aku bisa menemuinya kapan-kapan…"
Jade lalu membungkuk dengan penuh hormat dan segera undur diri dari hadapan Cristan.
............….
Arissa sedang duduk beristirahat di salah satu kursi ketika Vika memberikan minuman dingin untuknya. Tapi, belum sempat Arissa menyesap minumannya, sebuah tangan dengan cekatan mengganti minuman Arissa yang sedang dipegangnya dan memberikannya minuman baru.
"Aku juga yang akan bertanggung jawab atas semua makanan dan minumanmu." kata Cristan tegas.
Sementara Vika hanya bisa cemberut dan merasa tersinggung saat Cristan melakukan penggantian botol minum tersebut.
Cih! Dasar laki-laki posesif!
Tapi karena penggantian manajer ini dilakukan atas ide Jojo maka Vika tidak bisa berbuat apapun.
Arissa yang merasa kaget dengan tindakan Cristan, hanya bisa tertegun sesaat dan mengambil botol minuman tersebut.
"Ah…eh.. baiklah, terima kasih…"
Untungnya sesi pemotretan siang hari itu berlangsung lancar tanpa ada gangguan apapun. Selesai kegiatan, Arissa dan Vika langsung bergegas masuk ke dalam ruang ganti dan Arissa kembali menjelma menjadi dirinya yang biasa. Seorang fotografer.
...............
"Apakah kau ada acara minggu depan?" tanya Cristan pada Arissa di sampingnya sambil menyetir pulang.
Arissa mengankat alisnya dan mengecek jadwal pemotretannya untuk minggu depan. Untungnya sesi pemotretan yang akan dijalaninya tidak terlalu padat. Hanya beberapa runway offline dan pemotretan sebuah produk parfum yang menempatkannya sebagai salah satu muse brand tersebut.
"Kau beruntung. Acaraku tidak terlalu padat minggu depan. Ada apa?"
"Aku ingin mengajakmu ke sebuah acara ulang tahun. Apakah kau bisa ikut denganku?" tanya Cristan sopan.
Arissa termenung sebentar. Pada dasarnya ia bukan orang yang menyukai keramaian dan jumlah acara pesta yang dihadirinya dari dulu sedikit sekali. Kalau pengundangnya bukan orang yang benar-benar sangat dekat dengan dirinya, ia tidak akan pernah mau datang.
Tapi sekarang, yang mengundangnya adalah Cristan. Pemuda yang tinggal satu atap dengannya dan penolongnya juga. Jadi…
"Baiklah…" kata Arissa pelan.
Sebuah senyum lebar lalu muncul di bibir Cristan sambil memamerkan deretan giginya yang putih dan rapi.
"Gracias…" balas Cristan tulus. (Terima kasih dalam Bahasa Spanyol)
"De nada…" jawab Arissa sambil tersenyum manis.
(Kembali… dalam Bahasa Spanyol)