Chereads / The Roommate 1 / Chapter 35 - 35 MENUJU ULANG TAHUN KAKEK BESAR (1)

Chapter 35 - 35 MENUJU ULANG TAHUN KAKEK BESAR (1)

Rose Mansion

Kakek tua itu duduk dengan wajah kuyu saat matanya menatap sebuah lukisan besar seorang wanita cantik yang sedang tersenyum dengan sangat anggun. Ruangan megah yang didekor dengan gaya Eropa klasik itu terasa sepi dan lengang.

Sebentar lagi, dalam hitungan hari, rumah ini akan penuh dengan banyak tamu dari berbagai pemilik perusahaan besar multinasional serta orang-orang terhormat. Tapi, situasi yang dihadapi oleh kakek tua ini sama sekali jauh berbeda seperti dulu. Saat ini, walaupun ia masih memiliki otoritas sebagai pemimpin klan, tapi ia merasa bagaikan duduk di atas sebuah bom waktu yang bisa meledak sewaktu-waktu.

Jauh di dalam hatinya, ia tahu, hanya tinggal menunggu waktu saja sebelum para anggota klan yang terkuat akan bertarung satu sama lain untuk memperebutkan kekuasaan tertinggi sebagai seorang pemimpin klan. Situasi ini sangat berbeda jauh ketika dulu Arina masih ada. Semua anggota tunduk dan patuh pada kharismanya. Ia juga mampu membawa Klan Levy ke masa keemasan di mata publik dunia. Saat ini….

Bahkan ia sendiri tidak bisa memprediksi apa yang mungkin terjadi di masa depan. Satu-satunya harapannya adalah cucu tunggalnya yang masih bersikeras untuk tetap tinggal di luar rumah utama setelah musibah itu terjadi.

Kakek tua itu menghela nafas dengan berat hati. Mendadak ia terlihat seperti sepuluh tahun lebih tua.

"Beritahu aku, Arina. Apa yang harus kulakukan sekarang?"

..................

Seminggu berlalu dengan sangat cepat ketika Arissa sangat fokus pada pekerjaan gandanya yaitu sebagai seorang "top model" dengan Cristan sebagai manajernya dan freelance fotografer untuk berbagai keperluan produk yang harus ia foto. Untunglah, pihak yang bertugas untuk mengatur koordinasi jadwal sesi pemotretan dan foto produk adalah Jojo sehingga Arissa sama sekali tidak merasa kesulitan untuk bertukar peran secara professional.

Cristan sendiri, semakin lama mendekati hari H, ia merasa semakin gugup.

Sudah 2 tahun, ia pergi meninggalkan rumah utamanya untuk menyembuhkan trauma psikologis akibat kematian ibunya dan kelihatannya luka itu belum sembuh sepenuhnya. Tapi rasa kangennya pada Kakek Besar juga sama besarnya. Apalagi dengan adanya telepon mendadak dari satu-satunya anggota yang dicintainya selain ibunya. Rumah utama menyimpan banyak sekali kenangan manis untuk Cristan terutama masa kecil bersama dengan ibu dan kakeknya. Walaupun ayahnya masih hidup, Cristan jarang sekali berkomunikasi dengannya. Ayahnya adalah seorang introvert dan penyendiri. Ia lebih sering menghabiskan waktunya di dalam laboratorium dan melakukan riset serta eksperimen obat-obatan herbal daripada bermain atau bercengkrama dengannya. Hanya ibu dan kakeknya yang selalu berada di sisinya pada setiap fase hidupnya. Mulai dari ia belajar berjalan, mengeksplorasi benda-benda yang ada serta mengelilingi semua ruangan yang ada di dalam rumah utama. Ibu dan kakeknya juga selalu menjadi pusat informasi dan pengetahuan bagi Cristan kapanpun ia membutuhkan bantuan mereka. Sementara kakeknya mempertahankan tahta klan untuk diwariskan kepadanya, ibunya, Arina Levy, tengah mempersiapkan Cristan untuk menjadi pewaris tunggal Klan Levy sesuai aturan dan protocol turun temurun yang sudah dijalankan sejak ratusan tahun sebelumnya. Jika semuanya sukses dilakukan, proses regenerasi hak waris pun akan berlangsung mulus tanpa hambatan dengan restu Kakek Besar dan Senat. Seharusnya, 2 tahun yang lalu, Cristan dapat melihat senyum bangga ibunya yang berdiri dan bertepuk tangan untuknya di hari kelulusannya.

Sayangnya, kecelakaan itu mengubah segalanya. Dunia Cristan runtuh berkeping-keping saat mendengar musibah tersebut dan ia kehilangan pijakan…..

Dua tetes air mata jatuh tanpa ia sadari dari pelupuk matanya.

Cristan menyeka matanya pelan sambil tersenyum bodoh pada dirinya sendiri.

"Kau tidak apa-apa?"

Sebuah suara mengagetkan Cristan dari arah depan. Ternyata, Arissa tengah berdiri di hadapannya dengan tatapan ingin tahu sambil memberikan selembar tissue kepadanya.

"Eh..ah… aku…" jawab Cristan gelagapan. Sejak kapan gadis ini ada di sini? umpatnya dalam hati.

Merutuki dirinya sendiri yang tanpa sadar menunjukkan titik lemahnya di hadapan gadis tersebut.

Tanpa bicara, Arissa lalu memegang tangan Cristan dan menyeka sudut matanya yang masih sedikit memerah dan basah oleh air mata sambil tersenyum.

"Tidak apa-apa kalau mau menangis. Kau masih manusia. Merasa sedih atau gembira, itu bagian dari emosi kita. Kalau butuh seseorang untuk bercerita…." Arissa lalu menepuk bahunya dengan pelan.

"Aku di sini…"

Cristan tak tahan lagi. Dengan sekali gerakan, ia langsung memeluk gadis tersebut dalam pelukannya dan air matanya mulai mengalir deras tanpa tertahan lagi. Melihat reaksi Cristan, Arissa merasa sangat terkejut. Ia hanya bisa balas memeluk Cristan sambil menepuk-nepuk punggungnya dengan pelan untuk menenangkannya. Saat begini, rasanya ia teringat pada Jacob, anak tunggalnya yang seringkali menangis sambil minta dipeluk olehnya waktu Jacob kecil dulu dan Arissa akan selalu melakukan hal yang sama. Ia akan selalu memeluk anak semata wayangnya tersebut dalam diam sementara airmata Jacob mengaliri leher dan bahunya dengan deras. Arissa memeluk tenang tubuh Cristan sambil mendengarkan bahasa senyap air mata dan akhirnya membiarkan pemuda tersebut untuk melampiaskan semua emosi yang sudah ditahannya susah payah selama 2 tahun ini.

Di hadapan Arissa, pertahanan Cristan jebol dan runtuh berkeping-keping. Topeng acuh tak acuhnya tersobek begitu saja ketika Arissa ternyata bisa menjadi tempatnya untuk bersandar selama ini. Gadis ini, entah mengapa, walaupun terlihat "dingin", ternyata ia sangat hangat dan tulus pada semua orang yang ada di dekatnya. Hati besarnya mampu menampung semua badai dan gelombang kesedihan yang Cristan derita selama ini. Pelukannya terasa sangat menenangkan hati dan pikirannya. Untuk sesaat, Cristan menyerah. Ia biarkan dirinya terbuai sejenak dalam bius kenyamanan ini.

Setelah mereka berpelukan selama kurang lebih 30 menit, Cristan lalu melepaskan dekapannya. Matanya basah dan memerah tapi ia tersenyum. Senyum yang sangat jauh berbeda dari biasanya. Saat melihat senyum tersebut, Arissa tahu kalau ada sesuatu yang berada dalam diri Cristan sudah berubah. Ia terlihat lebih ….baik dan stabil.

"Kau bisa menyetir?" tanya Arissa hati-hati.

Malam ini mereka berdua akan menghadiri sebuah pesta ulang tahun jadi Arissa dan Cristan harus pulang dulu ke apartemen untuk bersiap-siap. Cristan menggeleng. Kepalanya terasa agak pening karena ia baru saja melampiaskan semua emosinya lewat tangisan tanpa suara tadi.

"Tidak apa-apa. Aku sudah menyuruh seseorang untuk menjemput kita sekarang…" kata Cristan sambil menelepon seseorang.

Beberapa menit kemudian, sebuah mobil Maybach hitam sudah ada di depan mereka. Seorang pria dengan wajah serius dan berambut pirang lalu membukakan pintu untuk mereka berdua sebelum kemudian masuk kembali ke bangku pengemudi.

"Oia.. kau ada gaun untuk malam ini?" tanya Cristan sopan. Seingatnya, Arissa sama sekali tidak memiliki gaun karena pekerjaannya sebagai seorang fotografer yang mengharuskannya untuk berpakaian casual setiap kali ia turun ke lapangan. Lagipula, sebagai seorang fotografer, penampilan bukanlah sesuatu yang penting.

"Oh..Jojo tadi meminjamiku beberapa dress cocktail dari koleksi musim gugur terbaru bulan ini.

Mungkin aku bisa mencobanya sebelum memilih mana yang pas…" jawab Arissa polos. Ia sama sekali tidak memperhatikan kilatan menghina di mata Cristan saat ia mengucapkan kalimat tersebut.

"Jade, putar arah, kita akan berbelanja sebentar di Summervile." perintah Cristan tegas pada Jade.

"Baik, tuan muda…" balas Jade sambil langsung memutar arah mobilnya.

Arissa yang menyadari kalau mobil Maybach itu sedang berputar arah, langsung panik!

"Eh…eh, mau kemana ini?"

"Kau akan tahu sendiri nanti, " balas Cristan santai.

Bibirnya tersenyum jahil sambil berkata, "Anggap saja sebagai permintaan maafku karena sudah membuat bajumu basah tadi."

Arissa kehilangan kata-kata dan hanya sanggup berkedip cepat tanda tak percaya ketika tiba-tiba mobil mereka berhenti di sebuah butik yang sangat mewah. Mereka sudah sampai!!

.................

Summerville. Mendengar nama ini, semua orang langsung membayangkan gaun-gaun pesta cantik nan glamor yang menjadi identitas butik ternama ini. Dijahit langsung dengan tangan oleh Mr Denise dan hanya menggunakan kain-kain terbaik dari seluruh dunia menyebabkan reputasi butik ini meroket sampai ke ranah fashion internasional. Banyak artis dan bintang film Hollywood serta para anggota kerajaan Eropa menjadi pelanggan setia dari butik ini karena ciri khas desain mereka yang simple dan elegan. Lalu, jika mereka membuat desain gaun klasik, jumlah pemakai gaun rancangan mereka bisa dihitung dengan jari. Adanya batu-batu mulia yang dipasang sesuai dengan tema desain serta penempatan aksesoris tambahan yang serasi, selalu membuat tubuh pemakainya menjadi pusat perhatian dimanapun mereka berada.

Butik ini juga merupakan butik favorit Arina Levy.

Ketika Cristan melangkah masuk bersama dengan Arissa, manager butik sudah siap menyambut mereka dengan senyum ramah dan sopannya.

"Sudah lama sekali, tuan muda. Apa kabarnya?" tanya Sophia.

Cristan hanya tersenyum kecil saat mendengar sapaan manager butik tersebut.

"Sophia, aku ingin minta tolong padamu. Malam ini Kakek Besar berulang tahun, aku ingin meminta tolong untuk mencarikan beberapa gaun untuk gadis ini untuk acara nanti."

Sophia lalu membungkuk sambil menyilangkan tangan kanannya di dada.

"Baik, tuan muda. Nona, mari ikut saya sebentar ke dalam…"

Arissa lalu mengikuti manager itu masuk ke dalam sebuah ruangan sementara Cristan menunggu di ruang tamu.

Dalam benaknya, Cristan sudah bisa membayangkan kalau ia seperti Richard Gere dalam film Pretty Woman. Bagaimana Julia Roberts muncul berkali-kali di hadapannya dengan pakaian yang berbeda-beda sambil mematut dirinya dan menanyakan pendapatnya tentang gaun mana yang paling cocok untuk tubuhnya. Cristan sedang tersenyum-senyum sendiri ketika Arissa tahu-tahu sudah muncul lagi di hadapannya dengan wajah sungkan dan malu-malu sambil menenteng 2 tas belanja sementara Sophia muncul di belakangnya dengan wajah kecewa.

"Aku sudah selesai…"

Eh? Cepat sekali??

Bukannya perempuan biasanya lama kalau mereka sedang berbelanja ya?

Cristan masih menatap Arissa dengan terbengong-bengong sementara Sophia mengeluh padanya.

"Tuan muda, badan nona ini bagus sekali. Hampir semua gaun yang ia coba sangat serasi di tubuhnya tapi ia menolak untuk membawa gaun-gaun tersebut...." keluhnya.

Cristan mengangkat alisnya. Oh, begitu ceritanya…

"Baiklah… tolong bawa saja semua gaun yang tadi ia coba dan masukkan semuanya dalam tagihanku…" kata Cristan sambil melengos pergi.

Senyum lebar langsung melebar di wajah Sophia. "Baik, tuan muda…"

Sementara mata Arissa terbelalak lebar seperti hampir copot dari rongganya!

Harga gaun-gaun ini benar-benar mahal!! Setidaknya satu gaun seharga dengan 6 bulan gajinya dan pemuda ini dengan santai mengatakan untuk memborong 10 gaun yang tadi ia coba semua!!!

Benar-benar sinting!

"Cristan!" teriak Arissa serba salah. Duh! Kalau tahu begini, ia sebaiknya hanya mencoba 1 gaun saja tadi.

Cristan pura-pura menutup telinganya sambil berjalan kembali ke dalam mobil dan tersenyum jahil. Ia membukakan pintu mobilnya dan memberi tanda supaya Arissa masuk ke dalam mobil dengan gesture seperti seorang pelayan.

"Silakan masuk, tuan putri…."

Arissa tertawa geli melihat tingkah Cristan dan segera memasuki mobil.