Chereads / The Roommate 1 / Chapter 37 - 37 ROSE MANSION

Chapter 37 - 37 ROSE MANSION

Terletak di salah satu kompleks perumahan yang paling elite dan area tertinggi di kota Sierra, Rose Mansion memiliki luas total 5 hektar dengan desain bangunan yang menyerupai kastil bergaya Perancis. Mansion ini sudah terkenal sebagai mansion paling megah dan mewah yang pernah dibangun dan seringkali masuk majalah serta diliput stasiun TV sebagai salah satu rumah bersejarah

Walaupun begitu, pemilik Rose Mansion terkenal sangat misterius dan anti bersosialisasi dengan orang lain. Salah satu kelebihan lainnya adalah dari ruangan aulanya yang sangat luas, pengunjung bisa memandang keindahan lampu-lampu kota saat di malam hari dengan daya pandang 360 derajat. Sangat menakjubkan!

Rose Mansion juga terkenal sebagai salah satu tempat resepsi paling bergengsi untuk acara perayaan pernikahan, ulang tahun, ataupun hanya sekedar acara-acara pertemuan untuk para selebriti, pejabat pemerintah, atau para pengusaha kelas kakap. Rose Mansion selalu menjadi simbol kebanggaan dan prestise bagi para "the haves" jika mereka bisa mengadakan sebuah acara di tempat ini.

.........

Dalam waktu singkat, akhirnya mereka berempat sampai di depan Rose Mansion. Pintu gerbang langsung terbuka dengan bantuan sensor otomatis dan mobil Maybach tersebut lalu melenggang masuk dengan mudahnya. Mata Arissa terbelalak lebar saat ia memandang keindahan bangunan megah bergaya Eropa tersebut. Beberapa ukiran bunga mawar di atas pilar-pilar raksasa penopang tersebut juga menambah keanggunan klasik dari bangunan tersebut.

Akan tetapi, mobil Maybach hitam tersebut tidak berhenti di depan gedung aula melainkan mengambil jalan berputar ke belakang melewati sebuah area taman dan danau buatan yang sangat luas. Di belakang danau tersebut, sebuah rumah mewah bergaya Eropa tegak berdiri. Desainnya terlihat lebih sederhana daripada bangunan aula tapi kesan anggun dan megah yang ditampilkannya tetap sama.

"Kita sudah sampai…" kata Cristan pelan sambil melangkah keluar dari mobil.

Arissa dan Jojo yang masih merasa takjub dengan keindahan bangunan aula sebelumnya tidak mengatakan apapun dan hanya bisa ikut masuk ke dalam rumah mewah tersebut mengikuti langkah Cristan.

.........…..

Sambil berjalan masuk, ingatan Cristan kembali ke masa silam. Tidak ada satupun yang berubah di rumah itu. Semuanya sama persis seperti saat ia tinggalkan dulu. Susunan perabot meja kursi, warna dinding, serta foto-foto lama keluarga mereka. Sama sekali tidak ada yang berubah satu pun. Cristan ingat saat-saat ia masil kecil dulu. Saat ia mulai belajar berjalan, saat ia bermain petak umpet dengan kakek dan ibunya atau saat –saat ia lari karena tidak mau mandi karena rasa takutnya pada air akibat tak sengaja pernah tenggelam di kolam renang. Jantungnya terasa sesak oleh memori masa lalu. Ada perasaan rindu di sana. Tapi juga kesedihan yang mendalam karena salah satu orang yang sangat ia nantikan, kini tak bisa lagi hadir di hidupnya. Mentornya, sahabatnya, pelita hatinya. Ibunya. Arina Levy.

"Akhirnya Anda pulang juga, Tuan Muda…"

Seorang wanita berusia lanjut tengah berdiri di ruang tamu yang luas itu dengan tatapan yang sangat teduh dan bersahaja walaupun wajahnya terlihat datar. Tubuhnya tegak dengan kedua tangannya yang dipautkan di depan. Seakan-akan ia sudah menunggu sangat lama sampai kemudian ia kembali melihat majikan kesayangannya.

"Aku pulang, Chara…" balas Cristan pelan. Tatapan mata dan wajahnya terlihat rumit.

"Tuan Besar Pertama, sudah menunggu Anda di halaman belakang." kata Chara lagi sambil menunjukkan jalan kepada para tamunya.

Cristan mengangguk dan ketiga orang tersebut segera menghilang ke dalam.

..................…..

Taman belakang itu sangat luas dengan berbagai jenis tanaman dan pepohonan sehingga terlihat sangat asri dan teduh. Sementara di tengahnya, ada sebuah gazebo bergaya Eropa yang dicat warna putih gading dengan ukiran bunga mawar di beberapa sisinya. Gazebo tersebut cukup besar dan bisa menampung sampai 10 orang tapi kini, seorang kakek tua tengah duduk di dalamnya dengan wajah kusut. Hanya secangkir kopi panas saja yang menemaninya dari tadi. Jika melihat raut mukanya sekarang, sulit dipercaya kalau kakek tersebut sedang merayakan hari ulang tahunnya yang ke 70.

"Selamat ulang tahun, Kakek…" sapa Cristan hangat. Tatapannya seketika menjadi hangat dan teduh saat memandang sosok tua ini sambil membuka kedua tangannya lebar-lebar untuk memberikan sebuah pelukan.

"Cucuku yang bodoh ini akhirnya pulang juga…" desah Kakek Besar lega sambil memeluk Cristan erat-erat. Sudah berapa lama ia menantikan pelukan ini?

2 tahun?

Ahh..terasa lama sekali.

2 tahun tanpa kehadiran cucunya di Rose Mansion terasa seperti 20 tahun untuknya.

Sementara Cristan dan Kakek Besar bercakap-cakap, Chara membawa Arissa dan Jojo untuk berkeliling di sekitar rumah utama. Mereka berdua sangat mengagumi penataan tata letak ruangan dan perabot yang sangat kental bernuansa klasik tanpa sama sekali berkesan berlebihan. Belum lagi koleksi buku-buku pribadi di perpustakaan yang luar biasa banyaknya.

............….

"Apakah ada sesuatu yang terjadi?" tanya Cristan hati-hati setelah mereka berdua selesai berbincang-bincang masalah sepele seputar kuliah Cristan dan berbagai kegiatan yang sedang ia lakukan sekarang termasuk aktivitas barunya di Fashion Blast.

"Ini tentang pertemuan Senat Klan Levy…" ucap Kakek Besar dengan sorot mata yang sangat serius. Cristan menyipitkan matanya sambil mencoba untuk mengingat sesuatu.

"Ayahmu berniat untuk mengajak Wanda Sonata untuk menjadi salah satu anggota klan secepatnya dan kita berdua tahu betul bagaimana karakter wanita ular itu sebenarnya." kata Kakek Besar dengan cemas. Ia mengetahui, kalau sampai Wanda Sonata diangkat menjadi salah satu dari mereka maka Klan Levy akan langsung terjatuh dalam sebuah kekacauan yang sangat besar. Sudah sangat terlihat, bagaimana setelah kematian Arina, ia langsung menancapkan taring dan cakarnya langsung pada Leo Levy serta melalui tangan Leo, ia berhasil membuat banyak keputusan absurd yang mengancam keberlangsungan klan yang sudah berjalan selama ratusan tahun. Banyak anggota senior yang merasa terdiskriminasi dengan aturan-aturan aneh yang dibuat seenak udel oleh Leo yang hanya mengikuti perintah Wanda. Walaupun masih ada Kakek Besar yang menghalangi dan bersikap netral di tengah, tapi kedudukan Leo sebagai calon suksesor sebagai seorang penerus klan juga tidak boleh diabaikan. Hal ini menimbulkan dilemma dan sedikit banyak suara anggota klan mulai terpecah sedikit demi sedikit.

"Aku tahu, Kek…"

Cristan sendiri baru bertemu Wanda sekitar 5 tahun yang lalu saat ia baru saja pulang dari luar negeri dan menamatkan gelar bachelornya. Saat itu, Wanda datang ke dalam rumah utama dengan keadaan yang sangat memilukan karena siksaan fisik yang dilakukan oleh mantan suaminya dengan banyak bekas luka di tubuhnya. Walaupun begitu, entah kenapa, sebuah alarm bahaya langsung menyala di dalam benak Cristan dan Kakek Besar ketika Arina menyuruh Wanda untuk membantu tugas-tugas administrasi perusahaan farmasi Leo di rumah sembari memulihkan luka-lukanya. Saat itu, Cristan dan Kakek Besar sangat menentang rencana Arina untuk membiarkan Wanda tinggal sementara di rumah mereka. Sayangnya, Arina mengabaikan hal tersebut. Ia hanya menganggap kalau Cristan dan Kakek Besar terlalu berlebihan saat itu. Dengan menimbang kalau Wanda adalah teman baiknya dan suaminya, Leo Levy yang merupakan ayah kandung Cristan, tidak akan pernah melakukan hal-hal yang aneh. Leo sendiri memiliki karakter yang sangat pemalu dan penyendiri. Satu-satunya teman Leo adalah deretan eksperimen riset obat-obatan anti kanker yang saat itu sedang ia kembangkan di Levy Pharmaceutical Corp.

Sepeninggal Arina, terjadi kekacauan besar di dalam klan. Hanya dengan bantuan Senat serta campur tangan Kakek Besarlah akhirnya perang internal di dalam klan bisa mereda. Untuk sementara, manajemen perusahaan Levy Corp sendiri dipegang oleh Jericho dan Samantha Levy, dua orang anggota Senat dan tangan kanan Arina Levy sewaktu ia masih hidup dulu. Leo hanya ditugaskan untuk memegang kendali penuh Levy Pharmaceutical Corp yang ia dirikan sendiri sebagai salah satu anak usaha dari Levy Corp. Jade Levy bertugas sebagai sekretaris bayangan dan mengawasi tindak tanduk Cristan sampai Cristan dinyatakan siap oleh pihak Senat sebagai suksesor Klan Levy setelah Kakek Besar.

Masalahnya sekarang, Leo mulai bermain dominan di dalam klan dan sedikit demi sedikit ia berusaha untuk mencari suara sebanyak-banyaknya dari para anggota klan terkuat untuk menyingkirkan Cristan yang memang sudah "disiapkan" sebagai pengganti Kakek Besar. Padahal dulu, saat Kakek Besar ingin mengangkat Leo sebagai penerusnya untuk memegang tahta kekuasaan tertinggi di Klan Levy, Leo menolaknya mentah-mentah dan menyuruh Arina untuk menggantikan posisinya. Sekarang, setelah Arina tak ada, malahan Leo sendiri yang mengajukan diri untuk mengambil alih posisi tersebut! Kakek Besar hanya bisa mencibir jijik dalam hatinya. Ia tahu betul siapa yang menyuruh Leo untuk melakukan semua hal tersebut. Wanda Sonata, tentu saja!

"Aku tidak menduga kalau situasinya akan bertambah parah seperti ini. Leo, dengan bantuan wanita ular tersebut sudah berhasil membujuk sepertiga anggota Senat untuk mengangkat Wanda menjadi salah satu anggota inti Klan Levy. Jika dibiarkan terus, bisa-bisa setengah suara anggota Senat bisa berpindah ke pihak ayahmu." jelas Kakek Besar dengan wajah keruh. Semenit berikutnya, ia terlihat jauh lebih tua dari usianya sekarang.

"Aku sudah semakin tua, Cristan. Tubuh renta ini sudah tidak lagi sanggup menahan gelombang besar yang akan menimpa klan kita…" keluh Kakek Besar sambil menyesap kopinya pelan. Jelas sekali kalau hal ini sudah mengganggu pikirannya sejak beberapa bulan yang lalu.

Cristan menggangguk tegas. "Aku tahu, Kek. Tunggulah sekitar 3 bulan lagi dan aku akan merebut apa yang menjadi hakku…"

Kakek Besar mengangkat alisnya dan hendak mengajukan protes ketika Cristan melanjutkan,

" Aku memegang bukti kalau mama dibunuh oleh Tante Wanda. Tapi kami masih mencari eksekutornya. Tanpa kehadirannya sebagai saksi utama, kita tidak akan bisa menghentikan langkahnya…"

Mata Kakek Besar langsung melotot kaget dan tersenyum lebar sekali.

"Begitukah?"

Keyakinannya untuk menjadikan Cristan sebagai seorang pemimpin klan bertambah teguh. Cristan Levy ternyata memang memiliki darah murni sebagai seorang keturunan Klan Levy. Ia seorang pembalas dendam dan tidak pernah membiarkan musuh-musuhnya untuk lepas begitu saja. Cristan juga menceritakan bagaimana ia sekarang bisa menyelusup ke dalam Fashion Blast dan memantau gerakan Robert Ferra sebagai partner bisnis baru Wanda Sonata secara lebih intens.

"Aku akan merepotkan kakek untuk sementara waktu kalau begitu." kata Cristan sambil tersenyum licik. Ia sudah memasang beberapa perangkapnya dengan sangat hati-hati, jika semua rencananya berjalan sesuai harapan, ia bisa menghancurkan Wanda Sonata dan Robert Ferra dalam sekali jentikan jari saja.

Kakek Besar hanya menggangguk-angguk saat mendengar penjelasan cucunya. Wajahnya jelas-jelas terlihat sangat bangga ketika menatap Cristan yang sedang duduk di sampingnya. Perlahan, ia lalu bangkit berdiri dan sambil memegang tongkat jalannya, ia bertanya.

"Kudengar kau juga membawa beberapa tamu istimewa hari ini?"

..................

Arissa sedang menyusuri foto-foto lama yang terpajang rapi bak sebuah galeri di ruang keluarga sementara Jojo sibuk menerima panggilan telepon di luar ruangan. Matanya tak lepas menyusuri satu persatu foto berwarna sephia dan hitam putih tersebut. Sampai kemudian, matanya jatuh pada sebuah foto keluarga berukuran besar dalam frame berwarna emas. Di sana, ada seorang wanita cantik dengan seorang pria tampan bermata sayu yang sedang duduk berpasangan dengan seorang pemuda dengan wajah yang luar biasa menarik sedang berdiri di belakangnya. Saat melihat foto tersebut, jantung Arissa kembali berdegup tak keruan. Wajah Cristan di sana terlihat sangat tampan dan jauh berbeda dengan Cristan yang ia kenal sekarang. Sorot matanya terlihat lembut dan bahagia, bukan kesepian seperti sekarang.

Sementara wajah wanita cantik di dalam foto itupun terlihat sangat familiar bagi Arissa. Otaknya terus berpikir, dimana ia pernah melihat wajah itu sebelumnya. Sampai mendadak, sebuah ingatan akan wajah wanita tersebut mengejutkannya seperti sebuah sambaran halilintar.

"Arina Levy?"