Cristan mengamati gadis berwajah polos di hadapannya dengan sangat seksama. Sementara Monica hanya bisa duduk dengan tatapan wajah tak percaya sembari mengamati suasana restoran di sekitarnya.
Esperanza. Restoran ini jelas merupakan salah satu restoran ternama dan sangat terkenal dengan hidangan westernnya yang dimasak langsung oleh koki dari Prancis. Selain itu, restoran ini juga merupakan salah satu restoran terbaik yang memperoleh 3 bintang Michelin. Berada di dalam ruangan ini….
Melihat dekorasi restoran yang sangat menakjubkan dengan pilar-pilarnya yang megah…
Dan..mungkin memiliki kesempatan untuk mencicipi salah satu hidangan istimewa di sini.
Benar-benar sebuah mimpi yang berubah menjadi nyata untuk Monica! Bahkan dalam mimpi saja, Monica sama sekali tidak berani untuk menginjakkan kakinya di tempat ini!
Restoran ini terlalu mewah! Bukan untuk kelas rendahan seperti asisten kecil seperti dirinya.
"Pernah ke sini?" tanya Cristan ramah pada Monica yang langsung dijawab dengan gelengan kepalanya.
"Ok…. Apakah kamu sudah siap untuk memesan sesuatu?"
Monica langsung membuka buku menu dan setelah matanya menelusuri berbagai menu yang ada di sana, otaknya langsung terasa pusing lagi. Semua menu ditulis dalam Bahasa Prancis!
Sial! Ia tidak tahu apa-apa sama sekali!
"Maaf… aku tidak tahu mau pesan apa…" jawab Monica jujur sambil tersipu malu.
Cristan tersenyum lembut dan dengan segera langsung memesankan beberapa menu untuk mereka bertiga. Termasuk untuk Jade yang sedang duduk di sebelahnya.
"Jadi… ada apa?" tanya Monica lugas tanpa basa basi.
Cristan mengankat alisnya dan mengeluarkan telepon genggamnya sambil berkata, "Ah, tidak apa-apa. Aku hanya ingin tahu pendapatmu tentang percakapan ini.."
Dengan segera, sebuah suara percakapan terdengar dari dalam telepon genggam Cristan dan begitu Monica mendengar percakapan tersebut, wajahnya berubah sepucat kertas putih. Dengan panic, ia berusaha untuk mengambil telepon tersebut dari atas meja, sayangnya reaksi Cristan lebih cepat dan telepon tersebut sudah kembali dalam genggaman tangannya. Sebuah senyum licik mengembang di bibirnya.
"Bagaimana?"
Monica menatap pemuda berwajah menarik tersebut dengan pandangan keruh. Berbagai perasaan berkecamuk dalam hatinya. Entah bagaimana, peruntungannya hari ini jelek sekali! Pertama, ia dipecat. Kedua, pemuda di hadapannya, entah bagaimana, memiliki bukti percakapannya dengan Linfey. Kalau hal ini sampai tersebar keluar….. habislah ia….
Tidak ada pilihan….
Monica lalu menjatuhkan dirinya dan menatap Cristan sambil berlinang air mata.
"Tolong… tolong… jangan sebarkan percakapan tersebut. Aku mohon… aku akan melakukan apapun… tolonglah…"
Suara Monica yang memohon dengan sangat mengiba sambil menangis sesenggrukan benar-benar membuat hati semua orang yang ada di dalam ruangan menjadi trenyuh dan menatap Cristan dengan tatapan benci. Seakan-akan ialah orang yang bertanggung jawab sepenuhnya atas apa yang sedang terjadi pada Monica sekarang.
Cristan menutup wajahnya dengan sebelah tangan sementara tangan yang satunya memberi isyarat pada Jade untuk membangunkan gadis itu. Tingkahnya terasa kikuk akibat tindakan tak terduga Monica.
Huh.. acting gadis ini pintar juga…
Jade dengan sigap mendudukkan gadis itu kembali ke kursinya dan Monica masih menangis pilu sementara Cristan memberikan selembar tissue untuk menghapus air matanya.
"Aku ingin mengajukan sebuah penawaran kepadamu…" kata Cristan tanpa basa basi. Ia sama sekali tidak memperdulikan tangisan Monica dan kembali melanjutkan kalimatnya.
" Monica Trifena. Lahir pada tahun 1995 dan saat ini bekerja sebagai asisten Leona Darwis a.k.a Linfey selama 3 tahun. Kau satu-satunya asisten yang sanggup bertahan dengannya selama lebih dari 1 tahun. Luar biasa! Kau juga memiliki seorang ibu yang sedang lumpuh akibat kecelakaan tabrak lari dari 2 tahun yang lalu dan 2 orang adik kandung yang masih bersekolah…"
Cristan terus membacakan biodata pribadinya sementara Monika sudah berhenti menangis serta menatap Cristan dengan takjub dan tak percaya. Semua informasi pribadi yang dibacakan oleh Cristan sangat terperinci. Mulai dari sekolahnya, makanan favoritnya, hobinya, bahkan daftar nama teman-teman dekat semasa sekolahnya dulu serta nomor ukuran sepatunya. Sebuah rasa takut mulai menjalari hatinya.
Siapa orang ini sebenarnya?
"Aku benar kan?" kata Cristan santai sambil menutup map lalu kembali memberikannya pada Jade yang ada di sampingnya sementara para pelayan mulai menghidangkan pesanan mereka bertiga.
"Si… siapa kau sebenarnya?" tanya Monica dengan suara gemetar. Ia sama sekali tidak pernah menceritakan masalah-masalah pribadinya pada teman-temannya di dunia entertainment. Sementara pemuda di hadapannya ini tahu semua rahasia yang disembunyikannya rapat-rapat selama puluhan tahun.
"Kau tidak perlu tahu siapa aku tapi yang kau perlu tahu adalah bahwa kami berdua yang akan menjagamu mulai hari ini. Asalkan kau setuju dengan penawaran dan syarat-syarat yang kuajukan sekarang…"
Merasa tidak punya pilihan lain, Monica hanya bisa mengangguk gugup.
Lalu sambil mereka menyantap hidangan, Cristan lalu menjelaskan semua kondisi dan syarat yang diajukannya kemudian Jade memberikan sebuah surat kontrak untuk ditandatangani oleh Monica saat itu juga.
Malam itu, Monica lalu memasuki sebuah mobil hitam dan keberadaannya langsung menghilang bak ditelan bumi. Sementara Cristan memanggil taksi untuk kembali pulang ke apartemen.
.........
Jojo sedang menemani Arissa yang masih trauma dengan kejadian tadi pagi ketika mereka mendengar suara pintu terbuka dan melihat Cristan memasuki ruangan sambil bersiul-siul riang.
"Aku mencari-cari Monica seharian ini tapi aku tidak bisa menemukannya sama sekali….." kata Jojo kesal sambil mengacak –ngacak rambutnya sendiri. Pertanda kalau ia sangat marah atas kejadian tadi pagi tapi tak mampu melakukan apapun untuk mencegahnya.
"Oh.. jangan kuatir soal itu. Aku berhasil mengamankannya." lapor Cristan dengan nada ringan sambil menuang air panas dan membuat teh untuk dirinya sendiri.
"Kau menemukan Monica?" tanya Jojo kaget. Cristan mengangguk tegas dan menyesap tehnya dengan santai. Jojo langsung melompat berdiri dan menggoyang-goyangkan bahu Cristan dengan kasar. "Dimana ia?"
"Takkan kuberitahu… " Cristan lalu memelankan suaranya. Bibirnya menyunggingkan sebuah senyum licik.
"Tapi…..asalkan aku bisa menjadi manajer baru Snow…"
"APAAAA?" Kali ini Arissa yang bereaksi keras. Wajahnya menunjukkan ekspresi tak rela.
"Jadi… bagaimana?"