Chereads / The Roommate 1 / Chapter 29 - 29 KETAHUAN (3)

Chapter 29 - 29 KETAHUAN (3)

Linfey sedang duduk santai di dalam ruang ganti dan Monica sedang mengecat kuku kakinya. Sementara seorang asisten lainnya sedang memijat pundaknya. Bibirnya melengkung ke atas sambil sesekali melihat ke arah jam tangan mewahnya yang bertabur berlian.

"Kau yakin sudah melakukan semuanya dengan benar?" tanya Linfey sinis pada Monica. Monica hanya bisa mengangguk kecil dengan was-was dan kembali mengecat kuku jari Linfey dengan sangat hati-hati. Sayangnya, tangannya gemetaran. Akhirnya, setelah Monica berhasil memaksakan dirinya dengan sangat terpaksa, tugasnya selesai juga. Sejak ia meletakkan baju milik "Snow" di dalam ruangan, rasa bersalah terus menerus menghantui dirinya.

Sekarang, ia hanya ingin lari dan bersembunyi di sebuah ruangan tertutup supaya tak seorangpun tahu apa yang baru saja ia lakukan. Malangnya, ia tak bisa melakukan hal tersebut. Ibunya lumpuh karena peristiwa tabrak lari dan pelakunya langsung kabur tanpa mau mempertanggungjawabkan perbuatannya. Sementara, Monica harus membiayai pendidikan kedua adiknya yang masih di sekolah dasar.

Monica tahu sifat asli Linfey. Walaupun terlihat cantik dan sangat mempesona, tapi itu semua hanyalah topeng luarnya saja. Kenyataannya, Linfey adalah seorang wanita keji yang berdarah dingin serta mampu melakukan apa saja untuk menjamin kedudukannya sebagai salah satu sosialita dan artis papan atas tak direbut siapapun juga. Entah sudah berapa puluh kali Monica harus melakukan banyak trik kotor atas suruhan Linfey untuk menyingkirkan semua pesaing-pesaingnya. Dari mulai menggunting baju saat fashion show, memasukkan obat perangsang dan menumpahkan minyak sehingga membuat banyak model terpeleset serta mengalami cedera kaki yang serius. Dan, Monica juga tahu, ia sama sekali tidak boleh sampai ketahuan. Dibandingkan dengan Linfey, ia hanyalah "seekor ikan teri" yang bisa digantikan kapan saja oleh orang lain hanya dalam hitungan jentikan jari. Linfey sendiri bisa menyangkal semua "kecelakaan" yang dibuatnya serta menimpakan semua kesalahan pada Monica. Karena itu, Monica selalu sangat waspada saat menjalankan semua aksinya.

Tapi, seiring berjalannya waktu, perasaan bersalah Monica semakin lama semakin besar. Walaupun ia sebenarnya sudah sangat muak dengan perlakuan Linfey yang seenaknya tapi sumber nafkahnya sangat tergantung pada "ratu iblis" ini. Jadi, Monica sama sekali tidak punya pilihan lain.

Menit demi menit berlalu dan Linfey sibuk melirik jam tangannya.

Waktu terasa begitu lama sekali….

Saat ini, seharusnya sesi pemotretan Snow sedang dimulai. Seharusnya sebentar lagi Linfey akan mendengar suara ribut-ribut dari arah belakang. Seharusnya saat ini ia mendengar ada teriakan histeris dari beberapa orang wanita. Hmm…

10 menit…. 30 menit ….. dan akhirnya 3 jam pun berlalu. Tapi…

Tidak ada apapun…

Tidak ada teriakan…

Tidak ada keributan apa-apa…

Tidak ada suara-suara heboh….

Linfey memicingkan matanya lalu pandangannya beralih pada Monica yang sedang memainkan smartphonenya.

"Heh! Apa kau yakin sudah melakukan perintahku dengan benar!!" tanya Linfey sambil berteriak kasar.

Mendengar teriakan secara mendadak, jantung Monica hampir terlompat keluar dan ia hampir saja menjatuhkan teleponnya. "Su… sudah, Kak Linfey…" jawab Monika gugup setengah mati. Monika juga bingung, seingatnya ia sudah melakukannya dengan sempurna. Tapi mengapa tidak ada kehebohan sama sekali?

Linfey mendengus kesal dan segera bangkit menuju keluar ruangan serta menemui tim fotografer yang ditugaskan untuk memotret "Snow".

"Hai semuanya…. Bagaimana hasil pemotretannya?" tanya Linfey dengan senyum polosnya dengan wajah tak berdosa.

"Oh… ok banget loh!" balas Ryan. Ia adalah salah satu fotografer senior di Fashion Blast dan ia bertugas untuk memimpin sesi pemotretan "Snow" hari ini.

Tanpa banyak bicara, Ryan langsung menunjukkan hasil-hasil foto "Snow" pada Linfey di kameranya.

Di sana, "Snow" terlihat sangat cantik dan natural. Setiap hasil bidikannya mampu menampilkan keindahan bentuk tubuh dan fitur wajahnya yang sangat mempesona walaupun riasan wajahnya sangat sederhana. Ia terlihat bisa membaur dengan semua jenis pakaian yang ditampilkan dan warna rambut platinumnya terlihat sangat kontras namun anehnya, malah membuatnya terlihat lebih memukau.

Selama Ryan menunjukkan foto-foto tersebut, ia tak henti-hentinya memuji betapa sempurnanya "Snow" selama sesi pemotretan sehingga mereka tidak perlu berusaha terlalu keras untuk mengarahkan gaya posenya dan hasilnya benar-benar maksimal!

Selama itu juga Linfey mendengarkan semua pujian tersebut sambil tertawa dan sesekali memberikan pujian walaupun sebenarnya hatinya mendidih karena rasa marah dan cemburu! Tapi sebagai seorang artis, ia mampu menutupi semua perasaannya tersebut. Tanpa membuang-buang waktu lagi, Linfey segera bergegas kembali ke ruang gantinya.

..............

Monika sedang menelepon adiknya ketika sebuah tangan menamparnya dengan sangat keras!! Saking kerasnya, teleponnya langsung terbanting ke dinding dan pecah menjadi beberapa bagian sementara sudut bibir Monica langsung berdarah.

"Dasar bodoh!!! Kupikir kau berbeda dengan semua mantan asistenku tapi ternyata sama g****knya dengan yang lain!!!" teriak Linfey murka. Suaranya menggelegar marah sementara Monica hanya bisa meringis kesakitan di pojok ruangan sambil memegangi pipinya yang terasa sangat sakit menyengat. Air mata pelan-pelan menetes dari sepasang mata Monica. Perasaannya campur aduk. Ia merasa sangat marah, muak, dan sakit hati pada "ratu iblis" yang ada di hadapannya sekarang. Tapi ia juga sama sekali tak berdaya.

"KAU DIPECAT!!!!"

Begitu dua kata tersebut keluar dari mulut Linfey, Monica terkesiap dan sontak ia lalu menjatuhkan dirinya sambil memegangi kaki Linfey dan memohon dengan pilu.

"Tolong…tolong… jangan pecat saya, Kak Linfey. Cuma ini satu-satunya sumber penghasilanku. Adik-adik saya masih kecil….tolong, kak… aku akan berusaha lebih baik lagi. Aku tidak akan mengecewakanmu lagi. Aku janji, kak…"

Begitu Monica selesai bicara, tanpa ampun, Linfey menendang perutnya sekuat tenaga!

Dang!

"Hmpptt…."

Monica langsung kesulitan bernafas seakan-akan seluruh suplai oksigennya menguap dan kepalanya pening seketika sementara rasa sakit di perutnya terasa sangat nyeri. Mulutnya megap-megap mencoba untuk mengambil nafas sambil memegangi perutnya sementara Linfey terlihat sangat menikmati adegan tersebut.

"Hmm… itu balasan akibat perbuatan bodohmu. Mulai besok silakan mencari nafkah di jalanan atau...."

"...…..kau bisa coba profesi lain sebagai pelacur murahan. Aku kenal beberapa mucikari yang bisa memberi harga penawaran yang bagus untuk gadis perawan sepertimu.." bisik Linfey di telinga Monica pelan. Sangat pelan sehingga Monica bisa mendengar setiap kata-katanya dengan jelas sekali.

Setelah itu, dengan santainya, Linfey lalu meninggalkan ruangan dan membiarkan Monica yang sedang tersengal-sengal sambil memegangi perutnya.

.................

Ruangan kantor sudah cukup sepi malam itu tapi Monica masih terduduk sendiri dengan pandangan nanar. Otaknya terasa hampa dan kosong. Ia juga sudah menerima gaji bulanannya tadi siang.

Beberapa minggu lebih cepat dari tanggal gajiannya yang biasa.

Mulai besok, ia tak tahu nasib akan membawanya ke mana. Mungkin malam ini ia akan merenung sendirian di dalam kamar kosnya dan membeli telepon genggam baru. Sambil menghela nafas panjang, Monica bangkit dan baru saja mulai berjalan ketika sebuah suara menyapanya dari belakang.

"Dari tadi kucari-cari, ternyata kau ada di sini."

Sontak, Monica menoleh dan melihat seorang pemuda berwajah menarik dengan gaya casual sedang tersenyum kepadanya dan berjalan mendekat ke arahnya.

"Kau sibuk?"

Monica menggeleng pelan.

"Bagus! Ayo ikut aku sekarang…."