Chereads / The Last Of Origin / Chapter 18 - Kakak Sayang Adik 2

Chapter 18 - Kakak Sayang Adik 2

(POV EIN)

Karena acara kencan ganda gagal dikarenakan pacarnya Ketua OSIS masuk rumah sakit, akhirnya aku, Kojima, Theresa, Yurika, dan satu tamu yang tidak di undang yaitu Kui memutuskan untuk jalan-jalan dan bersenang-senang sama-sama. Walaupun kami bilang ini jalan-jalan tapi pada akhirnya kami hanya ke satu tempat yang aku dan Kui pikir tempat paling nyaman, makanan dan minumannya enak semua, dan tempatnya adem. Ya, tempat itu adalah kafe Anrufer.

"Ini kan kafe yang ingin kita kunjungi Minggu lalu kan Kui," Ucap Yurika.

"Iya, menurut gue dan Kui tempat ini paling cocok menghabiskan waktu bersama," Balas Kui.

Dari luar aku sudah melihat Riku yang asik di meja barista sedang membuat kopi. Selain itu, Lumina juga sedang berada di kafe jadi enak juga ngeliat cewek pemalu di kelas berpakaian maid.

Aku membuka pintu kafe lalu masuk dan dibarengi oleh yang lain masuk ke kafe.

"Selamat Datang—"

Muka Riku yang tadi sangat ceria langsung berubah jadi kecut saat melihat kami berlima. Yurika dan Theresa terkejut sedangkan Kojima seperti biasa tidak menunjukkan reaksi terkejut.

Riku keluar dari meja barista miliknya lalu mendatangi aku dan Kui.

"Padahal baru beberapa hari yang lalu kubilang ke kalian buat gak ngasih tau yang lain!!!" Riku mengeluarkan Thanatos dari gerbang dimensi para pelayannya berada.

Aku dan Kui sangat ketakutan karena saat ini nyawa kami akan terancam oleh kehadiran Thanatos.

"Huwahahaha! Tuanku, apakah nyawa mereka boleh kusantap?," Gile Thanatos bisa bicara!.

"Silahkan saja!" Wajah Riku sudah seperti pembunuh yang ada di film-film.

Thanatos bersiap mengayunkan sabitnya kearah kami.

"Riku! Hentikan! Kamu membuat pelanggan takut!" Tiba-tiba Lumina datang untuk menghentikan aksi membunuh Riku.

Yurika dan Theresa sangat terkejut melihat Lumina berpakaian Maid dan memarahi Riku yang sudah termakan amarah.

"Berisik! Mereka berdua telah membuat kesabaran ku hilang!" Sepertinya tidak ada ampunan bagi kami!.

"Riku!" Lumina memegang tangan kanan Riku. "Kan sudah kubilang teman-teman kelas ingin berteman denganmu, mereka tidak ingin mengganggumu kok...Kalau Kui sih aku gak tau."

"Woy apa maksudnya itu?!," Protes Kui.

Riku sepertinya sudah lemah terhadap Lumina. Dia menutup gerbang dimensi dan menyuruh Thanatos kembali ke dimensinya. Nyawaku selamat untuk hari ini.

"Tapi ya—" Yurika mendatangi Lumina. "Tidak kusangka temanku yang sangat pemalu bisa jadi pelayan di sebuah kafe."

"A-Awalnya sih aku malu banget, tapi lama-lama aku jadi terbiasa" Lumina menatap Riku. "Ditambah lagi Riku membantuku, jadi rasa malu ku hilang begitu aja."

"Berisik, kamu juga kerja disini karena kamu belajar mengendalikan sihirmu dengan aku," Jelas Riku.

"Tapi berkat Riku aku bisa lebih percaya diri."

Kami, kecuali Kojima menatap penasaran kepada Riku dan Lumina. Beberapa hari yang lalu aku dan Kui pertama kalinya kesini melihat betapa akrab nya mereka berdua saat di kafe. Kalau di kelas mereka seperti orang asing yang tidak kenal satu sama lain, ya itu juga karena Riku tidur terus di kelas gak pernah berbaur dengan yang lain.

"Kak, Lumina dan Riku pacaran ya?".

"Gak tau, tapi menurutku mereka cocok jadi sepasang kekasih."

"Setuju!" Kui menguping pembicaraan kami.

Aku dan Theresa melihat kearah Kui dengan tatapan sinis.

"Tapi ya, yang gak kusangka banget itu Riku. Dia jadi barista loh!," Ucap Yurika.

"Iya kenapa memangnya? Aku disekolah tidur buat mengisi energi kehidupan ku agar aku kuat bekerja sebagai barista di kafe ini sepulang sekolah," Jelas Riku.

"Oh jadi itu alasannya. Kukira kamu itu anak yang sangat pemalas dan anti sosial" Yurika pergi ke meja barista. "Terus, siapa pemiliknya?," Tanya Yurika.

"Aku," Jawab Riku.

"Serius, mana mungkin kamu pemiliknya," Ucap Yurika meragukan kalau Riku pemilik kafe Anrufer.

Aku dan Kui berusaha membuat Yurika untuk tidak bertanya-tanya lagi karena Riku sudah memasang wajah marahnya dan kami takut kalau Riku marah kayak tadi lagi lalu mengeluarkan Thanatos lagi.

"Bener kok" Lumina berlari mengambil buku menu yang ada di meja barista dan menunjukkan nya ke Yurika. "Itu ada tanda tangan Riku di tulisan Owner."

Yurika melihat bagian yang ditunjukkan Lumina lalu Yurika meminta maaf kepada Riku karena telah meragukan nya. Aku dan Kui sangat bersyukur karena Thanatos tidak dipanggil lagi.

Setelah perbincangan yang lama, kami duduk di meja kafe nomor 11. Riku bilang kalau dia akan membuatkan kami semua menu spesial yang hanya dia buat di hari Minggu saja.

Selagi menunggu menu spesial dari Riku, Kui menceritakan bebagai macam cerita lucu dan kami asik mendengarkan nya kecuali Theresa dan Kojima. Theresa tidak fokus mendengarkan cerita Kui karena dia sangat gugup saat duduk disebelah kanan Kojima. Wajahnya sangat merah dan wajahnya juga berkeringat.

Aku memberi membisikan sesuatu kepada Theresa untuk mengajak Kojima ngobrol tapi dia tidak berani mengajak Kojima ngobrol dengan alasan takut pingsan. Kali ini aku tidak berani menyangkal alasannya karena tadi aja pas tangannya dipegang Kojima aja langsung mimisan parah.

"Theresa...," Kojima memanggil nama Theresa!. Bagus Kojima, ajaklah cewek yang tergila-gila dengan mu ini!.

"A-A-A-A-A-A-Apa?! K-K-K-K-K-K-Kojima!" Ini kedua kalinya Theresa berbicara seperti robot kehabisan baterai.

"Wajahmu merah sekali...Kamu sakit ya?" Kojima menempelkan tangannya ke dahi Theresa. "Kamu panas sekali. Aku ambil es batu dulu ya" Setelah itu Kojima meminta es batu kepada Riku.

Aku melihat kearah Theresa dan sepertinya nyawanya sudah melayang kali ini.

"Perkembangan yang sangat pesat Theresa!," Ucap Yurika yang sepertinya menyaksikan adegan tadi.

"Percuma, Theresa tidak akan dengar," Kataku. "Nyawa Theresa telah melayang. Nyawanya akan kembali kalau Kojima kembali menyentuhnya."

Setelah itu Kojima dan Riku mendatangi meja kami dengan membawa kantung es batu. Saat Kojima ingin menkompres Theresa, aku menghentikannya lalu aku mengambil kantung es batu itu dan mengkompres Theresa.

—3 Jam Kemudian

Setelah puas makan dan bersenang-senang di kafe Riku, kami berlima pun memutuskan untuk pulang karena tidak enak juga sama Riku.

"Makasih banget Riku, Lumina. Enak banget makanannya," Ucap Yurika berterima kasih kepada Riku dan Lumina.

"Iya sama-sama. Lain kali jangan kembali ya," Jawab Riku.

"Pertama kalinya dalam hidup ku, seorang pegawai kafe bilang 'Lain kali jangan kembali ya' kepada pelanggan nya," Ucap Theresa.

"Yasudah, gue duluan ya," Ucap Kui.

"Kui, tunggu aku! Kita satu arah juga kan?," Yurika menyusul Kui yang sudah jalan duluan.

Theresa melihatku. "Ayo kak kita pulang."

Aku melihat Theresa dan Kojima. Di dalam lubuk hatiku ada sebuah perasaan yang sangat kuat untuk membantu mereka berdua pacaran. Baiklah, ini adalah bantuan terakhir ku untuk hari ini. Theresa, gunakanlah baik-baik bantuan ku ini!.

"Maaf Theresa! Aku ada janji sama Zein di game center Akihabara" Aku mendekati Kojima lalu menepuk pundak Kojima. "Jadi Kojima, tolong antar adikku ini sampai rumah ya."

"Jika kamu tau perasaan Theresa selama ini, maka tunjukan kepadanya," Lanjutku dengan suara yang sangat pelan dan hanya bisa didengar oleh Kojima.

Kojima menganggukkan kepalanya menandakan dia mengerti apa yang kukatakan tadi.

Setelah itu aku berjalan menjauhi Yurika dan Kojima. Jika kalian berpikir bahwa aku bohong kalau ada janji sama tetangga mainku Zein ya kalian benar, tapi untuk kali ini aku tidak membuntuti mereka berdua dari kejauhan. Kali ini aku benar-benar pergi menjauhi mereka berdua dan membiarkan semuanya terjadi tanpa campur tangan ku.

Sekarang aku sedang menuju supermarket untuk beli bahan makan malam dan makan pagi buat besok. Seharusnya tugas membeli dan memasak hari ini adalah Theresa tapi ya...Demi kebahagiaan adik kecilku apapun kulakukan.

—1 Jam Kemudian

Satu jam berlalu sejak aku membiarkan Kojima mengantar Theresa dan aku menghabiskan satu jam dengan memborong segala bahan makanan yang sedang diskon.

Aku kembali ke apartemen dan melihat Theresa yang sedang senyum-senyum sendiri di sofa ruang tamu.

"Kakak~~~Selamat datang~~~" Wajahnya bahagia banget.

Aku menaruh segala belanjaan ku di kulkas lalu mendatangi Theresa di ruang tamu.

"Sepertinya ada hal yang bagus terjadi," Ucapku.

"Iya...Hehehehe."

"Ceritakan kepadaku."

"Aku nembak Kojima..."

SUMPAH! INI MAH DILUAR EKSPETASIKU!

"T-Terus?".

"Dia jawab 'Iya, aku tau kok' lalu dia mencium keningku!".

Aku terdiam. Aku sangat tidak menyangka kalau Kojima akan seberani itu mencium Theresa. Sialan itu anak! Aku cuman bilang kepadanya untuk menunjukkan bahwa kalau dia tau kalau Theresa suka sama dia!.

Aku langsung pergi ke balkon apartemen dan menelpon Kojima.

"Siapa?".

"Ini aku, Ein."

"Oh ada apa?".

"Theresa nembak kamu ya."

"Iya....Awalnya aku tidak ingin merespon nya tapi karena aku ingat perkataan mu tadi sore jadinya aku bilang 'Ya, aku tau' terus sebagai bukti kalau aku tau perasaan Theresa aku pun mencium keningnya."

Setelah itu aku menutup teleponnya tanpa berkata satupun kata lagi.

Hahh...Yang penting Theresa bahagia. Selama Theresa bahagia aku juga ikut bahagia...Yah semoga aja mereka cepat pacaran dan gak kayak gitu aja terus. Tapi...Kenapa aku merasa sangat risih ya?!

*end of chapter