Sore hari hujan turun dengan lebatnya. Ein yang tidak membawa payung sedang menunggu bis lewat sambil membawa banyak sekali barang belanjaan. Theresa sudah pulang duluan dan meninggalkan Ein sendirian di halte bus.
Padahal tadi siang cuaca sangat panas sampai Miyuki membuat telur goreng di kelas menggunakan panasnya matahari. Saking panasnya, semua orang mengira ini perbuatan jahil Yurika padahal tidak.
Semua orang tidak akan mengira jika cuaca akan berubah dengan sangat cepat.
Ein terus menunggu bis lewat namun tidak ada satupun bis yang lewat. Ein malah melihat Kui yang sedang berlarian kesana dan kesini menikmati hujan tanpa menggunakan payung.
"Lagi nunggu bus ya?".
Kagura datang dengan payungnya menghampiri Ein.
"Iya nih, dari tadi aku nungguin bus gak lewat-lewat."
"Mau berbagi payung?".
"Gak keberatan nih?".
"Ih santai aja kan kita teman."
Ein pun menerima tawaran Kagura dan mereka pun berbagi payung. Bagi Kagura ini merupakan kesempatan baginya untuk mendekati Ein karena itu dia tidak akan menyia-nyiakan kesempatan ini.
Namun sayangnya Kagura tidak tahu harus melakukan apa. Dia ingin merangkul tangan Ein saat ini tapi kalau terlalu agresif takut nya Ein malah tidak akan menyukainya. Selain itu barang belanjaan yang dibawa oleh Ein membuat jarak Kagura dan Ein lumayan berjauhan. Padahal Kagura telah berharap bahu mereka akan bersentuhan satu sama lain.
"Lebat banget ya...padahal tadi siang panas banget sampai kita semua nuduh Yurika."
"Iya, aku jadi merasa bersalah kepada Yurika."
"Haha aku juga."
Setelah itu mereka diam lagi. Sama seperti Kagura, Ein tidak punya bahan buat jadi bahan pembicaraan. Sejujurnya ini pertama kalinya Ein berbagi payung dengan cewek lain selain dengan Theresa dan ibunya. Dari tadi Ein sangat gugup tapi dia berusaha tenang agar kelihatan keren dihadapan Kagura.
(Kagura memang orang yang baik. Dia mau berbagi payung denganku. Mungkin aku terlalu tampan makanya dia mau berbagi payung denganku. Iya itu pasti karena ketampanan ku!) Batin Ein.
Tiba-tiba petir menyambar dengan sangat keras membuat Kagura kaget dan refleks memeluk Ein hingga mereka berdua terjatuh. Barang belanjaan Ein juga ikut berhamburan dan telur-telur yang dibawa Ein pun pecah.
Ein yang melihat Kagura ketakutan dengan petir membiarkan Kagura terus memeluknya sampai ketakutan Kagura hilang.
"Petir nya udah hilang?," Tanya Kagura.
"Iya."
Kagura yang sadar sedang memeluk Ein langsung melepaskan pelukannya. Kagura juga baru sadar karena perbuatannya barang belanjaan Ein berhamburan dan telurnya pecah semua.
"M-Maaf Ein! Aku takut banget sama petir makanya...."
"Sudahlah gak papa kok" Ein membersihkan beberapa lumpur yang ada di bajunya saat terjatuh tadi.
"Rumahku udah dekat nih, mau mampir dulu buat neduh? Sekalian aku cuci kan bajumu, " Kagura menawari Ein untuk mampir kerumahnya.
Karena badannya penuh lumpur, Ein pun tidak punya pilihan selain menerima tawaran Kagura.
"Baiklah, aku terima tawaranmu."
Membawa cowok yang dia suka kerumahnya adalah mimpi yang sering Kagura banyangkan dan sekarang menjadi kenyataan.
Ein mandi dirumah Kagura dan saat ini dia sangat gugup sekaligus mengharapkan yang aneh-aneh.
Begitu pun Kagura yang sedang mandi di kamar mandi sebelah kamarnya. Kagura sangat gugup sampai tidak sadar kalau dia menggunakan sampo untuk membersihkan badannya dan menggunakan sabun untuk membersihkan kepalanya.
Setelah mandi, mereka berdua duduk bersebelahan di sofa ruang tamu. Tidak ada yang mulai bicara karena dua-duanya sangat gugup. Yang satu gugup karena cowok yang dia suka duduk disebelahnya, yang satu lagi gugup karena pertama kalinya dia berada di rumah cewek.
"Ke-Kepala sekolah—Maksudnya ayahmu masih disekolah ya?".
"I-Iya, ayah—maksudku kepala sekolah—maksudku ayah!" Saking gugupnya Kagura sampai keliru memanggil ayahnya dengan sebutan apa. "Ayah akan pulang kalau hujannya agar redaan," Jelas Kagura.
"Oh...g-gitu ya...."
Dan suasana kembali canggung.
Kagura pergi ke dapur dan membawakan secangkir kopi untuk Ein. "Nih Ein silahkan diminum."
"Terima kasih" Ein langsung meminum kopi itu tanpa sadar kalau kopi itu masih panas. "Ech, panas!".
"Kopinya masih panas. Minum nya perlahan ya."
Kagura kembali duduk disebelah Ein dengan teh hangat di tangannya. Sesekali Kagura melihat wajah Ein sambil meminum tehnya. Kagura tidak menyangka jika hari ini dia bisa berduaan dengan Ein.
"Oh ya Ein, Theresa mana? Biasanya dia sama kamu."
"Dia pulang duluan tadi. Dia marah karena aku menyita kameranya—Maksudku dia marah karena aku lupa membeli es krim kesukaannya."
Hampir saja Ein keceplosan bilang kalau dia menyita kamera Theresa yang sering digunakan Theresa untuk memfoto Kojima.
"Kalian akrab banget ya."
"Namanya juga kakak adik."
"Tapi jarang banget aku liat kakak adik yang sangat akrab seperti kalian berdua" Kagura tiba-tiba melihat Ein dengan tatapan sinis. "Apalagi kakaknya yang sayang banget dengan adiknya."
Ein meniup-niup kopinya lalu meminumnya dengan perlahan. "Dia itu teman serahim dan teman seumur hidupku, makanya aku sangat sayang kepada Theresa."
Kagura melihat langit-langit atap. "Enak ya, coba kamu sayang juga ke aku..." Tanpa sadar, Kagura mengucapkan kalimat yang memalukan.
Ein yang mendengar ucapan Kagura tadi langsung batuk-batuk karena tersedak kopi yang dia minum. "K-Kagura apa maksudnya itu?!".
"Eh? Apa...." Akhirnya Kagura sadar kalau barusan dia mengatakan sesuatu yang memalukan. "LUPAKAN! LUPAKAN! LUPAKAN," Teriak Kagura sambil melempar bantal-bantal di sofa.
Suasana kembali canggung. Hujan semakin deras dan Ein semakin khawatir dengan Theresa yang sendirian di apartemen.
"Aku harus pulang nih, nanti Theresa bakal ngamuk."
"Eh? Tapi kan di luar hujan deras banget...."
Tak lama kemudian, Theresa menelpon Ein.
"KAKAK DIMANA?! JANGAN BIKIN AKU KHAWATIR DONG!"
"Maaf ya! Kakak mu ini sedang berada di rumah Kagura."
"Ngapain di rumah Kagura?".
"Ngelamar Kagura."
Kagura yang mendengarnya langsung blushing. "EIN?!".
"Dih pacaran aja belum."
"BUAT NEDUH LAH! KAN DI LUAR HUJAN DERAS! MASA AKU HUJAN-HUJANAN?!," Teriak Ein.
"Yasudah deh, aku makan ramen aja. Kakak jangan apa-apain Kagura ya."
"Gak bakal dan gak akan pernah."
Setelah itu Ein mematikan telepon nya. Karena Ein sudah mendapat kabar dari Theresa jadinya dia tidak jadi pulang dan menunggu hujan reda.
"Maaf ya, soal ngelamar aku cuman bercanda."
"G-Gak kok, gak masalah" Kagura memeluk bantal sofa dengan wajah yang memerah. "Untung kamu gak jadi pulang," Ucap Kagura.
"Kalau aku pulang kenapa memangnya?".
"Aku bakal kesepian di rumah sendirian."
Semenjak berpisah dengan Ibunya, Kagura selalu sendirian di rumahnya. Ayah Kagura memang sangat perhatian tapi dia terlalu sibuk dengan pekerjaannya. Karena itu Kagura lebih senang berada di sekolah dibandingkan berada di rumahnya.
"Kalau kesepian ajak aja Theresa kerumah mu."
"Tapi aku gak bisa ngajak dia tiap hari ke rumahku kan?".
Ein mengeluarkan handphone nya dan memperlihatkan foto Theresa yang sedang makan es krim vanilla kesukaannya. "Jika kamu menyediakan es krim vanilla maka Theresa akan terus ke rumahmu."
"Tapi kan Theresa bisa bosan dengan es krim...."
Ein memperlihatkan foto Theresa lainnya yang sedang memakan Macaroon. "Kalau dia bosan kasih aja Macaroon. Mungkin harganya mahal tapi kalau mau buat sendiri aku kasih resepnya."
Selanjutnya Ein memperlihatkan foto Theresa yang sedang makan nasi goreng. "Nah ini makanan paling favorit Theresa, nasi goreng khas Indonesia," Ucap Ein sambil tersenyum melihat foto Theresa.
"Sayang banget ya sama Theresa," Ucap Kagura yang sedikit cemburu.
"Susah memang punya adik yang imut dan ngeselin kayak Theresa."
Setelah itu Ein memperlihatkan banyak sekali foto Theresa yang sedang makan makanan manis. Sedangkan Kagura merasa kalau Ein hanya melihat Theresa saja dan tidak melihat wanita lain selain Theresa. Kagura semakin curiga kalau Ein itu Siscon sesuai yang digosipkan Kui.
Jam menunjukkan pukul 8 malam dan hujan mulai berhenti. Karena tidak enak dengan Kagura, Ein pun memutuskan untuk pulang kerumah.
"Serius nih mau pulang? Masih hujan loh."
"Udah rintik-rintik juga. Gak bakal juga kebasahan."
Ein pun mengambil kantung belanjaan nya dan bersiap untuk pulang. "Makasih ya Kagura, membolehkan aku meneduh di rumahmu."
"Santai aja Ein, kita kan teman. Lagian yang bikin bajumu kotor itu aku juga," Ucap Kagura.
"Ya udah, kalau gitu aku pulang dulu ya" Namun sebelum beranjak pergi, Ein ingin mengatakan sesuatu kepada Kagura. "Kagura!".
"Ada apa?".
"Jangan pernah merasa kesepian! Aku dan yang lain akan selalu ada untukmu!".
Setelah Itu Ein beranjak pulang ke rumahnya.
Setelah Ein pulang, Kagura masuk dan menutup pintunya. Kagura bersender dipintunya dan perlahan jatuh ke lantai. Wajahnya memerah dan dia tersenyum lebar.
(Ah...aku semakin menyukai dia).