"Kui!," Yurika memanggil Kui yang sedang berjalan di lorong sekolah.
"Oh, Yurika. Ada apa!".
"Ingat voucher makan gratis di kafe yang ada didekat sini?".
"Ingat. Kenapa memangnya?".
Yurika memberikan dua voucher kepada Kui. "Ambil aja nih soalnya bentar lagi kadaluarsa."
"Oh ya udah pulang sekolah kita—".
"Aku tau kalau kamu pengen ngajak aku tapi maaf banget, sore ini aku ada janji dengan Miyuki."
Setelah itu Yurika pergi meninggalkan Kui bersama dua voucher makan gratis.
Kui berpikir untuk ngajak Gatcha buat makan gratis di kafe itu tapi Gatcha gak bisa karena dia ada pekerjaan setelah pulang sekolah.
(Kojima gak bakal mau, Riku apa lagi...Ladies-ladies dikelas pasti gak mau...Oh ya masih ada Ein!) Batin Kui.
Kui lantas menuju ke kelas dan mendatangi Ein yang sedang membaca buku di mejanya.
"Ein, lu ada acara gak sore ini?," Tanya Kui.
"Gak ada sih. Kenapa memangnya?," Balas Ein.
"Kalau gak ada, temenin gue ke kafe dekat sini dong. Gue ada dua voucher makan gratis nih."
"GASKUN."
Ein bersama Kui langsung mengunjungi kafe yang berada di dekat akademi Agartha.
Namun mereka berdua tidak menyadari bahwa yang menjalankan kafe itu adalah teman kelasnya yang paling malas yaitu Riku.
"Selamat datang," Ucap Riku yang berada di meja Barista.
Riku yang melihat kedatangan kedua temannya itu langsung berdecih dan membuang mukanya. Riku terlihat sangat tidak senang dengan Kui dan Ein yang mengunjungi kafenya.
"L-Lu Riku kan?," Tanya Kui gak percaya.
"Haah...Iya aku Riku. Kalian ngapain disini? Kalau cuman berniat ganggu aku kerja kupanggil Thanatos lagi nih," Ancam Riku.
"Gak, aku udah puas ganggu elu di kelas" Kui menunjukkan dua voucher makan gratis miliknya. "Nih gue ada voucher makan gratis disini makanya aku dengan Ein kesini."
Riku mengambil voucher itu dan memeriksa keasliannya.
(Ini pasti voucher yang kuberikan kepada Lumina) Batin Riku.
"Baiklah, duduk di sana dan akan kuberikan kalian makanan yang paling enak disini," Ucap Riku.
Saat berada di dalam kafe Anrufer, Ein dan Kui dibuat melongo karena melihat temannya yang pemalas itu menjadi sangat bersemangat saat menjadi barista dan melayani pelanggan. Ein dan Kui dibuat melongo lagi karena melihat Lumina yang menjadi pelayan di kafe ini dengan memakai baju pelayan.
"Woy ini mimpi kan?!," Ucap Ein.
"Sebentar" Kui menampar kedua pipinya. "Bukan, ini bukan mimpi. Rasa sakit di pipiku ini buktinya."
Melihat kedua temannya bertingkah aneh, Riku pun mendatangi mereka berdua dengan membawa dua kopi susu yang dia buat barusan.
"Padahal aku tidak menginginkan keberadaan kalian berdua disini," Ucap Riku.
Lalu Riku duduk disebelah Ein dan mengeluarkan sebuah kertas yang berisikan bon kopi susu yang dia sediakan tadi.
"Harus bayar nih? Gue kira gratis," Ucap Kui.
"Yang gratis makanannya, kopi susunya enggak," Balas Riku.
Ein menyeruput kopi susu yang disediakan Riku tadi. "Gila! Enak banget!".
Kui yang penasaran dengan rasa kopi susu buatan Riku pun ikut menyeruput kopi susu itu. "Gila! Bener enak banget!".
Riku merasakan sebuah kepuasan dihatinya saat mendengar kedua temannya memuji kopi buatannya, Riku kemudian tersenyum kepada mereka berdua. "Kalau kalian gak mesan makanan lagi dini silahkan pulang sekarang, soalnya bentar lagi ini tempat bakal ramai oleh orang-orang."
Setelah itu Riku kembali ke meja barista dan mulai menyeduh kopi hitam andalannya.
"Ceritanya kita diusir nih?," Ucap Ein sambil meminum kopi susu tadi.
"Engga kok, Riku gak ngusir kalian" Lumina mendatangi meja tempat Ein dan Kui.
"Tapi yang bikin aku kaget sih kamu Lumina. Cewek paling pemalu bisa berkerja jadi pelayan di sebuah kafe.
"Kalau teman-teman tau bisa jadi heboh ni," Lanjut Kui.
"Hehe, jadi malu nih," Lumina melihat jam tangannya. "Aku balik kerja dulu ya. Nikmati waktu kalian di kafe ini."
Lumina kembali berkerja dan membantu Riku di meja barista. Ein dan Kui yang melihat Riku dan Lumina seakrab itu curiga kalau mereka berdua memiliki hubungan yang lebih dari teman biasa.
Jam menunjukkan pukul 7:20PM dan pelanggan di kafe Anrufer membludak tiba-tiba. Riku tidak memanggil pelayan nya karena hari ini para pelayan nya sedang berlibur di dimensi mereka masing-masing.
Melihat Riku dan Lumina yang kewalahan melayani pelanggan sebanyak itu, Ein dan Kui berinisiatif membantu Riku dan Lumina.
Kui dan Ein mendatangi Riku di meja barista.
"Kukira kalian sudah pulang. Kalau mau pesan tulis di kertas itu lalu tusuk di tongkat itu."
"Riku, kelihatannya lu kewalahan menghadapi pelanggan sebanyak ini. Jika kau tidak keberatan, bolehkah kami membantu mu?" Ucap Ein.
"Aku gak butuh bantuan kalian."
Tak lama kemudian Lumina terjatuh saat membawa banyak makanan. Melihat Lumina yang terjatuh sepertinya tidak ada pilihan lain bagi Riku membiarkan Ein dan Kui membantunya.
"Hahh...Baiklah kalian boleh membantuku. Tapi ingat kalian tidak akan digaji."
Ein dan Kui diberi baju pelayan oleh Riku dan mereka berdua mengganti nya di kamar mandi.
Setelah mengganti bajunya, Kui langsung membantu Lumina melayani para pelanggan sedangkan Ein membantu Riku di dapur. Kerja Kui melebih ekspetasi Riku, karena Kui dapat mengantarkan pesanan dengan sangat cepat melebihi Lumina. Kerja Ein juga sangat diluar ekspektasi Riku, karena masakan Ein lumayan enak dan setiap masakan telah selesai Ein menaruhnya di piring plastik yang dia ciptakan sehingga tidak perlu mencuci piring lagi.
"Terima kasih. Bantuan kalian berdua membuat semua pelanggan ku puas," Ucap Riku berterima kasih kepada Ein dan Kui.
Ein dan Kui sudah tepar dilantai karena kelelahan. Baju mereka sangat basah seperti disiram air. Mereka sudah berdua tidak kuat untuk berdiri ataupun berbicara, pokonya mereka berdua sangat kelelahan.
"Aku kagum denganmu Riku...Menghadapi semua ini setiap hari," Ucap Kui.
"Benar...Aku juga kalau menghadapi semua ini sendirian bakal nyerah...," Ucap
Lumina datang dari dapur membawa makanan penambah stamina yaitu Quinoa. "Nih buat kalian berdua. Dihabiskan ya."
Lalu Lumina membawakan omelet untuk Riku. "Nih Riku, tolong dimakan ya."
Riku mengambil sendok dan mulai memakan omelet buatan Lumina. "Enak seperti biasanya," Puji Riku.
"Syukurlah, aku jadi senang mendengarnya," Balas Lumina.
Ein dan Kui melihat mereka berdua dengan tatapan sinis dan penuh curiga. Kui dan Ein sangat mencurigai hubungan mereka berdua.
"Saudara Kui, bagaimana pendapat anda tentang pemandangan yang ada didepan kita?," Ucap Ein.
"Hmm...Mereka berdua seperti sepasang suami istri. Apakah mereka berdua pacaran?".
"Tidak!," Ucap Lumina dan Riku berbarengan.
Setelah menghabiskan makanan yang dibuatkan Lumina, Ein dan Kui pun berniat untuk pulang karena sudah larut malam.
"Sebelum kalian pulang, aku ingin kalian merahasiakan kalau aku punya kafe," Ucap Riku.
"Kenapa?," Tanya Ein.
"Aku malas kalau kalian semua nanti datang ke kafeku," Balas Riku.
"Lama-lama juga pasti ketahuan. Percuma dirahasiakan," Ucap Kui.
"Iya aku tau itu tapi untuk sekarang rahasiakan saja dulu," Jelas Riku.
"Baiklah. Kami akan rahasiakan" Kui dan Ein menepuk pundak Riku. "Kalau gitu kami pulang dulu ya! Antar Lumina pulang nanti."
"Iya aku tau, sana pergi!".
Ein dan Kui pun berjalan menuju rumah mereka. Sedangkan Riku dari jauh memandangi mereka berdua sambil berkata dengan nada pelan "Punya teman...Gak buruk juga."
"Iya kan?! Makanya ayo akrab dengan yang lain!" Ternyata Lumina mendengar ucapan Riku yang sangat pelan.
"Huuh...Iya, jika aku punya niat."
"Kapan dapat niatnya coba. Hmph."