Cyra akhirnya bisa melihat buku yang di cari. Tetapi, naas tubuh mungilnya tidak mampu menggapai buku itu. Apa yang harus dia lakukan?
Afraz keliling mencari buku yang di pesan Hendra. Saat di barisan belalang dia melihat gadis stalker. Kenapa gadis itu terlihat kesusahan? Bahkan Cyra sampai loncat-loncat. Afraz merasa lucu melihat kelakuan gadis ini yang terkesan menggemaskan.
"Dasar pendek," gumam Afraz.
Cyra belum sadar ada yang melihat. Mata besar itu menyorot sebal. Sambil berkacak pinggang dia menuding buku yang jadi sasaran.
"Hai, jika aku tinggi kupastikan bisa mengambil kamu. Oh, kenapa Allah ciptakan aku sebagai gadis pendek? Tidak aku tidak pendek aku mungil. Iya aku mungil dan usaha keras tidak mengkhianati hasil. Nanti suruh Bapak untuk membeli peningi badan. Ha ha ha, sudah aku harus cepat," dumel Cyra.
Afraz ingin tertawa mendengar ocehan Cyra. Kenapa gadis itu begitu bodoh? Takdir jadi pendek harus bersyukur. Mungil? Memang gadis bernama Cyra itu mungil kecil seperti anak SMP.
Cyra terus berusaha menggapai buku yang di cari. Alangkah terkejut saat tangan kekar meraih buku itu. Dapat dia sesap harum maskulin pria di belakangnya. Siapa pria yang ada di belakangnya?
Afraz mengambil buku itu setelah tahu buku incaran Cyra sama dengan buku yang di minta Hendra. Gadis kecil itu memiliki tubuh sangat pendek. Tinggi gadis itu hanya mencapai bahu turun dikit. Buru-buru dia menjauh karena dia dan Cyra terlalu dekat.
Cyra langsung berbalik hendak meminta buku yang di incar. Alangkah terkejut saat melihat Afraz di depannya. Sontak dia mundur ke belakang karena terkejut.
"Gus Afraz," lirih Cyra.
Afraz melangkah pergi namun berhenti ketika suara lembut meminta sesuatu. Dia tersenyum mengejek akan permintaan Cyra. Afraz terkekeh geli mendengar permintaan gadis kecil.
"Gus ... terima kasih sudah mengambilkan buku untuk saya. Bisa berikan pada saya?"
Afraz berbalik menghadap Cyra dengan pandangan datar. Sedetik kemudian tersenyum mengejek. Gadis ini percaya diri sekali sampai ia ingin tertawa mengejek. Afraz menyeringai mengejek saat Cyra mengadahkan tangan.
"Jangan percaya diri saya mau mengambil buku untuk, Mbak. Itu masih ada satu buku ambillah!"
Jleb
Rasanya Cyra sangat malu sekaligus kesal dengan pria dewasa di depannya. Bisakah seorang pria apa lagi seorang Gus membantu perempuan kesusahan? Ingin rasanya Cyra melempar wajah datar Afraz menggunakan buku tebal.
"Maaf," lirih Cyra dan berjalan mencari kursi agar mudah menggapai buku.
Afraz jadi tidak enak melihat raut sendu gadis tadi. Tetapi, siapa peduli? Buru-buru dia berjalan menuju bangku untuk mengerjakan tugas. Afraz melirik Cyra yang sibuk menggotong kursi.
Cyra membawa kursi untuk menggapai buku. Dia tidak memedulikan tatapan Afraz seolah mengejek. Mana mau pria es membantu dirinya yang malang ini. Setelah sampai Cyra naik hati-hati untuk menggapai buku itu dan berhasil.
Senyum cerah merekah tatkala buku sudah di tangan, saat hendak turun suara guntur membuat Cyra kaget. Sontak gadis kecil mungil ini berteriak histeris. Karena kehilangan kendali semua menjadi bumerang.
"Aaa ....!"
Bruk
Karena sangat terkejut membuat Cyra terjatuh di lantai. Pandangan mengabur dengan tubuh sakit semua. Semua gelap membuat Cyra tersesat di alam lain.
Afraz buru-buru berlari ke arah Cyra. Alangkah terkejut saat melihat gadis kecil tergeletak tidak sadarkan diri. Kaki tertimpa kursi dan buku tergeletak jauh. Afraz mengatupkan bibir rapat melihat kondisi mengenaskan Cyra.
Afraz merutuki diri pasalnya sangat menyesal. Andai dia menyerahkan buku itu pada Cyra, mana mungkin kejadiannya begini. Kalau sudah begini Afraz hanya bisa menyesali apa yang terjadi.
"Ya Allah, maaf saya menyentuh gadis yang bukan muhrim. Ini darurat untuk menyelamatkan dia."
Afraz menggendong tubuh mungil Cyra menuju pojok ruangan. Dia sangat hafal di pojok ada matras makanya dia ingin merebahkan Cyra di sana. Dengan hati-hati Afraz merebahkan Cyra di matras.
"Maaf," ucap Afraz.
Afraz berjalan menuju pintu keluar, tetapi ada yang janggal. Kenapa pintu tidak bisa di buka? Jangan bilang mereka terkunci di dalam ruangan. Afraz panik saat tahu benar adanya mereka terkurung berdua di perpustakaan.
"Tolong ... siapa pun di luar, tolong kami!" teriak Afraz.
Teriakan hanya tinggal teriakan saat tidak ada seorang pun membuka pintu. Siapa berani mengunci perpustakaan? Emosi mengusal Afraz karena pintu terdapat tralis. Andai tidak ada tralis sudah di dobrak olehnya.
"Ya Allah, aku harus bagaimana? Kenapa lupa membawa ponsel? Tenang Afraz, kamu mampu menyelesaikan ini semua."
Pats
Lampu mati membuat Afraz menggeram marah. Kenapa di saat seperti ini lampu padam? Dia memilih duduk di bangku terdekat. Pikiran Afraz terus tertuju pada gadis malang itu.
***
Cyra mengerjap horor saat semua gelap. Dia sangat ketakutan apa lagi suara jangkrik dan bunyi burung bersahutan. Cyra meringkuk sedih sembari menangis sesenggukan.
"Tolong ... Hiks, Ibu, Bapak tolong Cyra. Tolong, hiks."
Afraz mendengar suara tangis ketakutan dari Cyra. Kapan lampu menyala? Sungguh ia sangat khawatir pada gadis kecil itu. Hingga 10 menit kemudian lampu kembali terang. Afraz melihat arloji dan sangat sok sekarang jam 9 malam. Apa ia ketiduran sampai lupa waktu.
Cyra langsung berlari mencari jalan keluar. Namun, dia membisu ketika melihat Afraz di tempat yang sama. Matanya sudah penuh air mata ketakutan. Apa yang harus Cyra lakukan tanpa perlindungan?
"Gus," lirih Cyra.
"Kita terkurung, kembali ke sana. Tenang saya tidak akan macam-macam."
Cyra langsung duduk meringkuk mendengar suara halilintar dan guntur. Sungguh Cyra sangat ketakutan dengan situasi berbahaya ini. Saat di asrama ketika situasi begini maka dia akan meminta pelukan. Bagaimana sekarang? Cyra sangat takut berhadapan dengan dua pilihan.
"Hai, tenanglah semua baik-baik saja," hibur Afraz.
"Apa saya akan meninggal? Tolong, jangan berbunyi. Aku sangat takut," racau Cyra.
Sebuah tragedi membuat Cyra sangat takut pada hujan lebat di sertai halilintar dan guntur. Setiap ingat tragedi itu dia tidak mampu lepas akan ketakutan.
Lagi-lagi Cyra pingsan karena tidak tahan mendengar suara halilintar dan guntur. Karena memori mengenaskan membuat Cyra bergetar ketakutan.
Afraz menjadi panik akan kondisi Cyra semakin memprihatinkan. Dia berlari mengambil matras agar Cyra tertidur dalam jangkau indra penglihatan. Setelah kembali Afraz meletakan matras di depan meja penjaga perpustakaan.
Perlahan Afraz mengangkat tubuh Cyra untuk di rebahkan di matras. Dengan hati-hati ia taruh tubuh mungil gadis malang ini. Ia memberikan jasnya untuk menyelimuti tubuh mungil Cyra. Afraz kembali duduk di tempatnya untuk merangkum tugas Hendra.
Mata tajam Afraz melirik Cyra yang tertidur tidak nyaman. Memang udara sangat dingin membuat gadis kecil meringkuk. Dia memutuskan beranjak untuk memberi ketenangan.
Afraz meraih jasnya yang tersingkap untuk membenarkan agar melingkupi tubuh mungil Cyra. Benar saja Cyra lebih tenang saat jas itu melingkupi tubuh. Afraz tersenyum tipis melihat gadis kecil ini membaik berkat jas yang menyelimuti tubuhnya.