Chereads / Penguasa Kegelapan / Chapter 24 - Kehancuran Peradaban Elf

Chapter 24 - Kehancuran Peradaban Elf

Aden, sungguh terpukau dengan apa yang dilihat!

Karena,

Sosok dihadapannya sekarang begitu rupawan. Tulang wajahnya tersusun sangat sempurna, rambut panjang putih nan indah, ujung tulang hidung yang mancung, dan bulu mata lentik hitam menaungi mata keemasannya.

Tidak seperti yang dikatakan orang-orang. Wajah tampannya begitu kontras dengan mata emas dan pupil merahnya. Bahkan tak terlihat menakutkan, seperti saat dilihat dari balik bayang tudung jubah. Iris mata emas dan pupil merah Yogo, kini terlihat begitu indah bagaikan sebuah pesona yang memikat setiap makhluk hidup yang melihatnya.

Belati yang dipegang Aden terpelintir ke udara, selanjutnya satu tebasan vertikal mengiris dadanya. Aden jatuh, tergeletak tepat di bawah kaki Yogo.

"Sepertinya kita tidak bisa bertemu lagi, Ricardo."

Dia sudah tahu kalau dia tidak akan mungkin bisa mengalahkan dewa perang. Namun, ia tidak pernah menyesalinya. Senyum sumringah terpaut dimulutnya yang mengalirkan darah. Perlawanan yang dia lakukan bukanlah hal yang sia-sia. Setidaknya dia sudah cukup mengulur waktu agar semua penduduknya dapat menyelamatkan diri.

Pikiran seperti itu lenyap ketika ia mendengar suara teriakkan. Aden tertegun, tidak ada satu pun penduduk yang berhasil melarikan diri. Mereka semua telah terperangkap dalam lingkaran kobaran api, bagaikan jeruji besi yang mengurung mereka pada sebidang tanah. Tak ada tempat untuk mereka bergerak sedikit saja jika, tidak ingin tubuh tersulut kobaran api.

Aden mengalihkan pandangannya ke para Elf muda yang ikut berjuang bersamanya. Mereka semua telah tewas ditangan para makhluk mati tersebut dengan cara yang sama yaitu, tusukan pedang ditubuh mereka. Bukan karena mereka tidak menyadari serangan itu, hanya saja mereka semua sudah sangatlah kelelahan melawan makhluk abadi itu hingga membuat mereka tak sanggup mengelak apalagi bergerak.

Tusukkan pedang dari pasukkan Yogo, telah mengubah tubuh mereka mengering menyisakan tengkorak yang terbalut kulit.

'Ketika dewa perang sudah memulai perang maka, kematian adalah sebuah keharusan yang tak dapat dihindari.'

Kata yang pernah didengarnya dari ras Elder, kembali tergiang dikepalanya tepat bersamaan dengan jatuhnya kepala Kira, di hadapan mata Aden yang saat itu hendak menyelamatkannya.

Aden mendongak, menatap sosok lelaki di hadapannya penuh kemurkaan.

"YOGO!!!"

Raungan yang begitu keras hingga membuat langit bergelegar karenanya.

***

Di dalam hutan yang telah terlelap dalam kegelapan, ada tiga anak yang meringkuk ketakutan, mereka saling Mendekap tangan.

"Kakak, aku takut." ucap Sira, sembari terus memeluk kakaknya tanpa bisa membendung air matanya.

"Tidak apa, kakak pasti akan melindungimu."

Sang kakak masih berusaha agar dapat membuat adiknya tenang. Meskipun dia sendiri terbebani dengan ketakutan yang ia alami. Dia tetap berusaha kuat agar adiknya itu bisa merasa tenang bersamanya.

"Apa menurutmu kakek Aden akan kembali?" Teman mereka bertanya.

Melihat asap yang mengepul dari desa mereka, membuat ketiga anak itu mulai khawatir.

Tap, tap, tap!!

Seketika itu juga tubuh ketiga anak itu bergetar saat mendengar suara langkah kaki. Di balik kegelapan di antara pepohonan muncul sosok pria bermata emas dengan pupil merah yang menyala terang. Dia memegang sesuatu yang menesteskan cairan merah dan berbau seperti karat besi.

Benda ditangan sosok pria itu, dilemparkannya dan menggelinding, lalu berhenti ketika membentur kaki Sira. Melihat jelas benda apa yang di lempar itu, membuat anak-anak itu berteriak histeris.

'Itu kepala kakek Aden'

Teman mereka yang ingin lari tapi langsung ditebas Yogo, hingga tubuhnya terbelah dua. Kakak Sira yang melihat itu langsung bergemetar hebat, dirinya dipenuhi oleh ketakutan hingga membuatnya tidak sanggup untuk menopang tubuhnya sendiri. Tapi sang kakak masih berusaha untuk menyelamatkan adiknya. Dia mengguncang tubuh adiknya yang kaku terdiam bak boneka dengan mata hijaunya yang tenggelam dalam warna gelap.

"Lari Sira, kakak akan menahan dia, jadi kakak mohon sadar dan larilah."

Sang kakak terus meneriaki dengan berbagai kalimat, terkadang dia juga terpaksa harus menampar adiknya itu, tetapi apapun yang dia lakukanya, adiknya sama sekali tidak bergerak dari diam berdirinya.

"Kakak mohon, larilah kau harus tetap hidup." suara bisikkan yang halus, menggema di telinga. Membuat tubuh mungil itu bergerak. Walau bergerak tapi Sira masih tidak sadar sepenuhnya.

Sira melihat kakaknya yang tersenyum di depannya. Ada perasaan menenangkan saat melihat senyuman kakaknya, tetapi setelah itu, Sira harus melihat kepala kakaknya terpotong di depannya. Darah yang muncrat dari bagian leher terpotong, terciprat membasahi seluruh wajah Sira, menyisakan bola mata yang berubah warna gelap.

Dia kembali terdiam, tetapi matanya dengan berani menatap kelam penuh kebencian pada mata keemasan sosok pria yang berdiri tak jauh di depannya.

"Semua ras Elf telah aku musnahkan. Hidup sekalipun kau tidak akan bisa tertahan seorang diri." suara itu bagaikan alunan musik yang mengusik jiwa. Sosok pria bermata emas dan pupil merah bernyala itu adalah sosok dewa perang, Yogo.

Yogo, mengangkat tinggi katananya dengan tatapan yang begitu tenang dan tidak ada sama sekali rasa kasian bahkan keraguan, saat dia mulai mengayunkan senjatanya ada suara!

"Halo, dewa perang."

Katana Yogo, tiba-tiba ditelan kegelapan hingga tangannya. Saat itu juga mata emas Yogo, bersinar terang hingga menyilaukan seluruh kehidupan di hutan itu, pupil merahnya membakar hutan-hutan di sana. Sosok kegelapan nampak melintas begitu cepat sebelum menghilang masuk ke dalam tubuh gadis mungil itu.

"Penguasa Kegelapan." gumam Yogo. Dia jelas mengetahui siapa yang baru saja mengganggunya.

"Apa kau baru saja takut, Yogo?" suara halus dan bernada dingin. Suara itu membaur bersama suara gadis kecil di hadapannya.

Tubuh Sira telah diambil alih oleh sosok kegelapan yang merasuki dirinya. Ada aura kuat yang menguar dari tubuh mungil itu dan matanya pun berubah warna menjadi merah.

"Dark Elf." Yogo tersenyum, ada tawa yang ia selipkan dari caranya tersenyum itu. "Jadi, Tahta Penguasa kegelapan sudah mulai direbutkan lagi."

Sinar terang seperti nyala api yang menyelubungi tubuh Yogo, dan pupil merahnya bernyala api membakar di tengah matanya itu perlahan mulai lenyap, semuanya menghilang termasuk Yogo, membuat hutan itu kembali gelap dan sunyi senyap.

"Aku menantikan, siapa yang akan menjadi Pengusaha Kegelapan." suara itu menggema lalu menghilang bagai diterpa angin.

Kesadaran Sira pun membaik, membuat dia terkejut dan menangis sejadi-jadinya saat melihat orang-orang yang disayangi meninggal dengan mengenaskan. Kemudian ketika ia melihat segerombolan serigala mulai berdatangan untuk memakan mayat di sana, gadis kecil itu langsung berlari jauh di dalam hutan.