Maaf Penulis Kurang Mahir dalam Menggunakan EYD!!!
"Haru..." suara perempuan yang menggoda, dia berbisik dan diakhiri dengan tiupan pelan di telinga.
Lelaki bernama Haru itu mendesah kecil. Dia masih memejamkan matanya, dan hanya dengan sentuhan dari jari seorang perempuan, Haru sudah bisa merasakan kenikmatan yang datang dari dalam tubuhnya.
Haru, merasakan tangan perempuan itu menangkup wajahnya, bergerak mengikuti garis rahangnya dan jatuh ke bibir. Dia dapat merasakan nafas perempuan itu begitu dekatnya dengannya.
"Haru, ini baru pertama kalinya-kan untukmu?" bisiknya lagi menggoda.
Jari-jari tangannya mulai bergerak lagi, dia menyelusuri setiap jengkal tubuh Haru, membuat sebuah gerakkan aneh yang menggelitik, lalu ujung jarinya berhenti di bawah bagian pinggang Haru.
"Ini sudah mengeras."
Aneh pikirnya dalam keadaan rebahan itu, Haru sejenak mengira itu semua hanya mimpi nakalnya yang sudah ia alami berapa waktu sekian. Tetapi, dia mulai merasakan sesuatu di celananya mulai menegang dan terasa nyeri. Bahkan dia mulai merasakan tangan kanannya seperti menyentuh sesuatu yang begitu lembut.
"Kamu mau melakukannya denganku, Seks."
Suaranya mulai terdengar jelas dan begitu familiar, sontak saja Haru langsung membuka matanya.
"Emmy."
Rambut kuning sebahu mengambang berterbangan dihelai angin, seakan berkilau diantara kegelapan. Sepasang mata heterochromia, mata kanan berwarna biru dan kiri merah terang. Bibir kecil merah ranum itu tersenyum dan berucap.
"Kamu sudah bangun, Haru?"
Haru menyadari tangannya yang menyentuh dada Emmy, dengan cepat dia langsung menyingkir dan mengambil jarak begitu jauh dari perempuan yang menindihnya tadi.
"Apa yang kau lakukan Emmy? Kenapa kau telanjang?" Haru menunjuk Emmy, dan menghakiminya dengan berbagai pertanyaan. "Apa yang sudah kau lakukan padaku?"
Emmy, tersenyum lebar melihat perilaku Haru yang terlalu berlebihan itu. Bagaimana dia bisa-bisanya menghindar dari seorang gadis cantik, ditambah gadis itu
sama sekali tidak mengenakan sehelai benang pun ditubuhnya. Tapi Emmy, sama sekali tidak ambil pusing. Dia berjalan dengan perlahan mendekati Haru.
Lelaki itu sudah tidak dapat menghindar lagi, karena dirinya telah terpojok oleh pohon yang menghalangi punggungnya, walau sebenarnya masih dapat menghindari pohon itu, tetapi apa yang berikut menjemputnya adalah kegelapan. Satu-satunya cahaya hanya ada di tempat itu dan asal cahaya itu berasal dari alat yang dipegang oleh seorang yang bahkan sama sekali tidak peduli dengan keadaan di sekitarnya.
"Ankor, kenapa kau tidak menjerat vampire sialan ini." teriak Haru.
Emmy yang mendengar itu sesaat terhenti tapi kemudian senyuman menggoda mengembang dibibir kecilnya, dia kembali berjalan hingga tubuh telanjangnya tertutupi oleh tubuh Haru. Emmy menggeliat manja di sana, merebahkan kepalanya di dada bidang Haru.
"Kenapa menghindar? Padahal aku baru mau memulainya." Kemudian Emmy melingkarkan lengannya di antara pundak dan leher Haru. "Hi, apa kau tidak mau?" Sebuah kecupan hampir mendarat di bibir, tetapi lelaki itu dengan cepat menahannya dan mendorong pelan tubuh mungil Emmy.
"Kenapa kau ingin melakukannya denganku, Emmy?" tanya Haru.
"Bukankah kau sering bermimpi nakal. Tidak baik menahannya, kau bisa melakukannya denganku."
"Aku lebih baik melubangi pohon dan melakukannya di pohon itu, dari pada harus denganmu."
Ketika perkataan itu terlontar, celah bibir Emmy sesaat terbuka kemudian dia terkekeh dengan ucapan Haru. "Apa kau tidak tertarik dengan gadis cantik sepertiku?"
"Bagaimana mungkin aku bisa tertarik denganmu? Kau Vampire, kau pasti hanya ingin menghisap darahku, kan? Aku pernah melihatmu bercinta dengan Ankor, saat itu aku melihat Ankor terkulai lemas dan tubuhnya mengering. Kau pasti telah menghisap darahnya saat itu?" Haru berucap begitu cepat, seperti mengomel sampai liurnya terciprat ke mana-mana.
Kalimat itu sendiri telah sukses menyentakkan Emmy. Sedikit tak percaya, bisa-bisanya pemuda di depannya ini mengintip dia dan Ankor yang sedang bercinta. Numun beberapa detik kemudian, gadis itu malah tertawa.
"Ya ampun, kau bahkan sudah berani mengintip orang." Lepas dari tawanya, Emmy menghembuskan nafas kasar, lalu dia kembali mendekati Haru dengan tatapan yang tajam, mata kirinya berwarna merah itu bernyala.
Haru merasa seakan tubuhnya dijerat oleh rantai besi, dibelunggung hingga tak dapat menggerakan tubuhnya kecuali mulut yang bisa bicara.
"Apa yang kau lakukan padaku, Emmy?"
Emmy kembali mendekap Haru, dengan jari kanannya yang melepas kancing pakaian kemeja polos putih yang dikenakan Haru, satu persatu.
"Saat itu aku dan Ankor bercinta selama 3 hari tanpa istirahat. Sayang sekali dia tidak terlihat kuat seperti penampilannya. Dia sakit saat itu hanya karena kelelahan. Tapi memang hanya Ankorlah yang saat ini sanggup bercinta denganku sampai 3 hari tanpa istirahat."
Emmy meletakkan pahanya di antara kedua paha Haru, dia semakin mendekat hingga pahanya dapat menyentuh selangkangan Haru. Ada senyum kepuasaan yang ditunjukkan Emmy, telapak tangannya kembali bermain-main di wajah Haru, menyapu keringat dingin yang keluar di pelipis lelaki itu.
"Rika, kau tidak harus diam sekarang kan? Lihatlah temanmu ini, dia sedang tidak waras."
Haru berteriak pada gadis yang sejak tadi hanya diam, seolah tidak melihat apa-apa atau memang dia tidak peduli sama sekali. Yang dia lakukan sejak tadi hanya memandang monitor hologram yang menggambar peta di sekitaran benua Azella, tempat mereka sekarang berada.
Gadis muda yang memakai terusan lengan panjang melirik sekilas dengan malas. "Aku tidak melihat apa-apa." Jawabnya enteng dan tanpa kepedulian sama sekali. Gadis bernama Rika itu, kembali menatap layar hologram. Dari sihir Rika lah juga asal cahaya yang menerangi tempat mereka berada.
"Haru, kenapa tidak mencobanya denganku? Ini pertama kalinya kan untukmu? Kau boleh melakukan dua kali denganku, atau mungkin beberapa kali, atau mengalahkan rekor yang dipegang Ankor." ucap Emmy bernada rendah. Tangannya terulur menyentuh rahang Haru dan bibirnya menyasar di pipi Haru.
Khusima Haru merinding. Jantungnya berdebar-debar tak mengenakkan. Nada bicara Emmy yang rendah terasa mengerikan dan menggelitik di telinga. Mata yang tertutup helaian poni itu menatap penuh nafsu, kemudian Emmy mendekatkan bibirnya ke bibir Haru. Lelaki itu tentu tidak bisa bergerak karena sihir Emmy yang seperti menjerat tubuhnya dengan rantai. Dan sekali lagi sebagai satu-satunya harapan, Haru bersuara nyaring.
"Ankor, di mana kau? Cepat kemari dan singkirkan vampire sialan ini dariku."
***
Seorang lelaki berambut kelabu nyaris putih sedang bertelungkup di antara semak-semak, dia mengendap-endap dengan sebuah senjata laras panjang. Mata yang berwarna giok hanya terfokus pada benda bulat di atas senjatanya.
"Silver Wolf, ini monster langka." gumam lelaki berambut kelabu itu seraya tersenyum.
Saat jarinya hendak menarik pelatuk senapannya, sebuah suara mengguyarkan fokusnya. Pada akhirnya tembakanya meleset membuat lelaki itu berdecih.
"Akan aku bunuh anak itu." Dia segera berdiri dengan wajah yang masam, berjalan cepat menyasari semak-semak disekitarnya menuju satu-satunya cahaya yang dapat ditemukan di hutan itu.