Chereads / Penguasa Kegelapan / Chapter 17 - Siapa yang Terkuat

Chapter 17 - Siapa yang Terkuat

Maaf Penulis kurang baik dalam menggunakan EYD!!!

Iris biru Alviena semakin tenggelam dalam kegelapan, tubuhnya bergetar menahan tangis yang hendak mengucur deras, dan ia berakhir roboh dengan posisi terduduk di tanah berumput.

Arma Agalta mengibaskan pedangnya, membuat darah yang melumuri pedang itu terciprat kesegalah arah. Sekarang netra gelap itu teralih ke arah gadis yang terduduk, terkulai lemas.

"Tenanglah, orang tua ini bukan ibu kandungmu." ucap Arma pelan.

Sebelum Alviena datang, lelaki itu telah menguak semua informasi mengenai tentang Alviena melalui ibunya.

Termasuk tentang Alviena yang terlahir dari kegelapan.

"Cih, pantas saja para iblis itu enggan mendekatimu." Nampak kekesalan diwajah Arma, pancaran sinar matanya menunjukkan ketidaksenangan.

Tentu saja, setelah apa yang dia ketahuinya. Aroma dupa Avesta yang telah membuat aroma Arock di tubuh Alviena menjadi busuk, seharusnya dapat memancing iblis mengejarnya dan membunuh gadis itu. Tapi yang terjadi para iblis itu malah ketakutan saat ingin menyentuh tubuh Alviena yang sudah tak berdaya itu. Hal itu jugalah yang telah membawa Arma untuk turun tangan hanya untuk mencari tau tentang Alviena.

Mengetahui kebeneran tentang Alviena, kian menambah ketidak tenangannya. Arma pun mulai melangkahkan kakinya mendekati gadis yang terduduk diam itu, katananya terhunus di depan leher Alviena. Sementara Alviena sama sekali tidak bergeming, tatapannya seolah terasa mati, warna biru matanya menggelap, dan tubuhnya bergetar dibarengi dengan air mata yang terus membasahi pipinya, namun anehnya Alviena sama tidak menunjukan kehidupan seakan dia sekarang adalah boneka.

"Kamu pasti sudah mengetahuinya, kalau kamu adalah Putri dari Kegelapan." terang Arma, suaranya sedikit bergetar yang mengundang sapuan angin kencang, membuat kobaran api dari rumah Alviena menjalar di rerumputan halaman rumah.

Alviena dan Arma, terperangkap dalam lingkaran kobaran api, bagaikan jeruji besi yang mengurung mereka pada sebidang tanah. Panas api di sekelilingnya sama sekali tak membuat gentir Alviena, gadis itu masih diam bak boneka sebab dia telah kembali jatuh dalam kegelapan.

Dari penerangan kobaran api yang mengitari mereka, Arma dapat melihat kecantikan seorang Alviena. Bahkan pesonanya membuat mata Arma melebar hampir membuat dia tidak bisa melepaskan pandangan.

"Andai aku yang dulu, mungkin sekarang aku sudah jatuh cinta denganmu." Arma yang telah menguasai kegelapan telah membuang semua sifat manusiawinya, mengunci hatinya jauh dalam kegelapan, hingga membuat dia terus berperasaan dingin dan tanpa belas kasih.

"Sayang sekali! Hanya ada boleh satu Penguasa Kegelapan di dunia ini."

Ketika katana yang dipegang Arma hampir mengiris leher Alviena, tiba-tiba saja ganggang pedang yang dipegang Arma membeku. Sekilas Arma, melihat tangan hitam yang memegang pergelangan tangannya hingga membuat aksinya itu terhenti.

Bunga-bunga Arock yang telah dirusak bahkan dibakar hingga daunnya melepuh berwarna hitam dan layu itu, tiba-tiba saja mengeluarkan cahaya berwarna merah yang begitu terang.

Arma Agalta tergelak, ini pertama kalinya lelaki itu melihat bunga Arock masih dapat bercahaya dalam keadaan kelopak bunganya berhamburan dan terbakar. Bahkan cahaya yang dikeluarkan bunga Arock berwarna merah pekat.

Ketakutan mulai menyelimuti hati Arma. Sejak dia telah menguasai elemen kegelapan, Arma tidak pernah lagi merasakan takut apapun. Dan kali ini untuk pertama kalinya, Arma kembali merasakan takut yang amat mengerikan.

Udara mulai terasa dingin, rerumputan tempat Arma berdiri tiba-tiba saja membeku juga membekukan kobaran api di sekeliling mereka, air yang ada di sungai menguap, dan kegelapan menelan semua kehidupan disana yang masih tersisa. Hanya tinggal Arma sendiri yang berdiri ditengah kegelapan. Pada saat itu pula Arma melihat mata berwarna merah dengan deretan gigi-gigi putihnya terpampang di hadapannya.

"Kau masih hidup rupanya." Jelas Arma mengetahui makhluk apa yang ada di depannya.

"Kau mungkin bisa menguasai kegelapan tapi kau tidak akan pernah bisa membunuh kegelapan. Selama ada manusia dan orang-orang yang mempunyai niat buruk, maka kegelapan akan terus terlahir." Itu suara Dark, suara yang begitu berat namun terdengar ramah tapi mengancam juga.

Lalu ratusan pasang mata merah bermunculan di sekeliling kegelapan yang menyelimuti Arma. "Ini hanya sedikit dari kekuatan yg aku punya."

"Apa benar kau mahluk yang sama seperti kakakmu." suara Arma bergetar, ia masih berusaha menenangkan detak jatung.

"Apa kau pikir kegelapan dapat mempunyai saudara?"

"Ha?"

"Tidak ada satupun dari kami yang bersuadara. Kami semua memang terlahir dari kegelapan tapi hanya sedikit dari kami yang bisa mendapatkan wujud. Kekuatan kami diukur dari sebesar apa wujud kami. Aku memanggil kakak hanya karena wujudnya lebih besar dariku." terang Dark.

Bibir sudut Arma sedikit terangkat. "Jadi kau lebih lemah darinya?"

"Aku tidak bilang begitu." Seluruh pasang mata merah itu menghilang dan digantikan dengan sepasang mata besar yang menggantung di langit kegelapan itu.

Arma menjadi seserius mungkin saat menyadari makhluk di depannya itu memiliki wujud yang begitu besar. Begitu besar seakan seisi dunia tenggelam dalam bayangan wujud besarnya. Tetapi bagi Arma, dia yang telah menguasai kegelapan tidak perlu takut berada dalam kegelapan, karena apapun yang berhubungan dengan kegelapan akan membuatnya terus bertambah kuat.

"Jadi kau yang terkuat?" ucap Arma penuh penekanan.

Mulut besar dengan deretan gigi putihnya itu tersenyum. "Makhluk yang kau panggil juga tidaklah lemah. Dia hanya masih belum sempurna."

"Begitu ya. Baik sekali kau mau memberitahukan aku." Kini tatapan Arma begitu tajam. Bola mata gelapnya berubah menjadi warna merah gelap.

"Ya. Tidak akan menyenangkan jika kau kalah begitu cepat. Aku menantikan sesuatu yang menarik darimu. Manusia yang dapat menguasai kegelapan."

Saat Dark terus bicara, Arma telah melakukan kuda-kuda dengan posisi katananya terbusung di punggung. Kedua tangannya kokoh memegang ganggang katananya, dan terdengar deruan nafas panjang yang keluar dari sela mulutnya yang tertutup.

"Tehnik pedang kegelapan....."

Dark sama sekali tidak peduli dengan yang dilakukan Arma. Dia terus melanjutkan kata-katanya.

"Mari kita lihat siapa yang akan menjadi Penguasa Kegelapan! Kau atau gadis itu!"

".....Pembelah Dimensi!" Katana itu terayun vertikal dan membelah ruang kegelapan itu.