Chereads / Penguasa Kegelapan / Chapter 15 - Aroma Iblis

Chapter 15 - Aroma Iblis

Maaf Penulis kurang baik dalam menggunakan EYD!!!

Jantung Alviena berdegup kencang, seluruh tubuhnya seakan membeku. Dari sudut matanya dia bisa melihat ujung jubah yang dibaluti kegelapan itu berjalan mendekatinya.

Ada aroma khas yang tercium, aroma yang mengalahkan aroma darah juga harum dari parfum bunga Arocknya. Aroma yang sangat dikenali Alviena, ini aroma dari dupa Avestan, dupa khusus yang diramu dari akar Agola yang dikeringkan, direndam di air hingga berminggu lalu ditambahkan dengan dua belas daun dari pohon yang berbeda-beda, menciptakan aroma harum percampuran alam dan kayu-kayuan.

Dan dupa Avestan itu adalah dupa khusus yang digunakan pada saat upacara pembakaran mayat.

Dengan jemari gemetarnya, Alviena berusaha bangun sambil terus mempertahankan lengan satunya yang menutupi dadanya. Alviena menundukkan kepalanya, tidak berani sedikitpun mengangkat pandangannya, karena dari sudut matanya dia bisa melihat api hitam yang menari-nari di mata kiri Arma.

Ketika Arma sudah semakin mendekat, tangannya terulur ke depan.

Sebuah jemari kokoh menarik dagu Alviena, memaksanya mendongak, gadis berambut hitam itu terkesiap, terbelalak kaget ketika matanya berhadapan langsung dengan mata Arma. Bola mata yang begitu gelap, begitu kelam terlihat seperti lautan kegelapan yang menyimpan banyak misteri. Api hitam di mata kiri Arma ternyata sama sekali tidak panas, tetapi Alviena merasakan kalau api hitam itu seperti menghisap sesuatu darinya

Menghisap!!!

Alviena dengan cepat menepis tangan Arma dari dagunya.

"Kau dapat melihatnya?" gumam Arma pelan bagaikan helaian angin yang mendera di telinga.

Untuk sesaat tadi, Alviena merasakan darahnya berhenti mengalir, jantung berhenti berdetak, nafas yang tertahan di tenggorokan, dan rohnya seakan ingin keluar dari raganya.

Api hitam di mata kiri Arma itu dapat menghisap roh manusia dan menjadikan tubuh manusia itu sebagai wadah bagi Elf merah. Seperti itulah cara Arma dapat menciptakan Elf merah berwujud manusia.

Kini gadis itu menjauh dari Arma, dia tidak boleh mati sebelum bertemu dengan ibunya. Alviena berlari mendekati pintu besar nan kokoh bertahtakan emas dan berlian. Pintu yang begitu besar, namun dengan mudah dapat dibuka dengan hanya dorongan kecil, seperti kedua dayang yang membawanya ke tempat terkutuk ini. Dan Alviena tentu berharap dapat mendorong pintu besar itu sama seperti para dayang tersebut. Tapi nyatanya pintu besar itu sama sekali tidak bergerak, sekuat apapun Alviena mengerahkan kekuatannya pintu besar itu sama sekali tidak bergerak.

ketakutan semakin menjalar keseluruh tubuhnya ketikat melihat Arma mulai semakin dekat. Ini kah akhir dari Alviena?

"Haha, kau benar hanya ada satu Penguasa Kegelapan di dunia ini!"

Monster besar itu, makhluk hitam pelayan Arma itu, tiba-tiba saja menghancurkan dinding istana dengan tinjunya hingga menciptakan lubang besar. Tanpa pikir panjang, Alviena segera berlari melewati lubang besar itu.

Sementara Arma begitu terkejut, setelah lima belas tahun untuk pertama kalinya lelaki itu memperlihatkan ekspresi layaknya seorang manusia. Dia benar-benar terkejut dengan bola mata membesar, saat mengetahui makhluk kecil yang telah dilahap monsternya masih hidup bahkan sampai mengendalikannya.

Monster besar berupa jelmaan iblis dengan seluruh tubuh terbuat dari kegelapan, layaknya asap hitam yang mengepul menyerupai sosok iblis dengan mata merah bernyala terang, monster yang disebut Penguasa Kegelapan. Dia meraung penuh kemurkaan menyebabkan guncangan hebat, dan tubuhnya mengeluarkan cahaya hitam yang perlahan makin terang lalu meledak sedemikian kuat hingga merobohkan tiang-tiang istana berikut menghancurkan ruangan istana itu hingga menjadi debu.

Sementara Alviena sudah berlari jauh, dari ekor matanya dia dapat melihat Arma tersenyum sebelum akhirnya menghilang dalam balutan depu pasir akibat runtuhnya bangunan istana itu.

***

Di dalam pekat asap debu itu, terlihat dua sosok bayangan.

"Apa kita harus mengejarnya tuan."

"Tidak perlu, dia menggunakan parfum bunga Arock. Biarkan kegelapan yang akan menemukannya."

Arma Agalta sudah memikirkan segala rencananya dengan matang. Untuk memanggil Penguasa Kegelapan, tidak hanya cukup dengan persembahan manusia atau hanya dengan media parfum bunga Arock.

Dupa Avestan yang ditaburinya di seluruh jubahnya adalah media lainnya untuk pelengkap ritual itu. Dupa Avestan memiliki arti penghancur roh. Dupa itu sangat erat sekali dengan sisi lingkungan iblis. Bagi orang-orang terdahulu, dupa Avestan sering di gunakan untuk ritual pemanggilan iblis, digunakan untuk menyerang manusia.

Sifat esensial Avestan diekspresikan dalam julukan utamanya 'Pembalas dendam', yang mengekspresikan diri penggunanya sebagai keserakahan, murka, dan iri hati.

Namun, berkat dewi cahaya, yang memberikan kasih sayangnya untuk menciptakan bunga Arock yang dikenal sebagai bunga cahaya, merubah esensial tersebut. Dupa Avestan seakan tenggelam dalam cahaya dan menyisihkan kegelapannya.

Namun, bukan berarti ritual pemanggilan iblis itu hilang. Ritual itu tidak pernah lenyap, hanya saja untuk memangil iblis diperlukan sisi kegelapan manusia juga lingkungannya. Dan sejak bunga Arock itu ada melakukan ritual tersebut sangat tidak mungkin, sebab setiap kali duba Avestan dibuat, maka bunga Arock akan bercahaya sekalipun di siang hari.

Dewi cahaya mungkin memang telah berhasil menciptakan sesuatu yang akan mengusir kegelapan. Tapi ciptaannya itu, bunga Arock juga benih yang berasal dari energi kegelapan yang terus dihisapnya, karena itulah bunga Arock akan berbau ketika dipetik.

Menghancurkan semua bunga Arock, itu tidak akan berhasil. Sekalipun bau busuk dari bunga Arock sangat disukai iblis, mereka tetap tidak akan menampakkan diri. Bunga Arock dapat dengan cepat tumbuh kembali ketika berada dalam kegelapan, sebanyak apapun bunga Arock dihancurkan mereka akan terus tumbuh selama ada kegelapan yang mengitarinya.

Agar ritual pemanggilan iblis berhasil harus dilakukan di tempat yang tidak ditumbuhi bunga Arock. Namun, semua benua di dunia Synetsa ditumbuhi oleh bunga Arock. Kecuali benua Bumi, tetapi benua itu adalah benua yang mustahil untuk di datangi.

Satu-satu tempat untuk melakukan ritual itu adalah di dalam ruangan tertutup. Akan tetapi, melakukan ritual diruangan tertutup membutuhkan energi kegelapan yang lebih banyak. Sebab itulah Arma melakukan rencana kejinya, dengan mengorbakan nyawa seluruh penduduk di dunia Synetsa.

Berawal dari membagikan parfum Arock dan mengajak para gadis memasuki istana.

Bunga Arock yang telah ditumbuk dengan batu palama dan ditambah buah kuasa telah membuat bunga Arock mengeluar aroma harum, namun bukan berarti bau busuknya hilang. Untuk mengeluarkan kembali bau busuknya hanya perlu sedikit pancingan. Para gadis yang datang ke istana akan diperlukan layaknya binatang untuk memancing kebencian mereka sampai menenggelam jiwa mereka dalam kegelapan.

Dari kebencian itulah akan membuat aroma harum parfum Arock itu menjadi busuk. Aroma busuk yang akan memancing iblis keluar, dan sisi kegelapan merekalah yang pada akhirnya membangkitkan Sang Penguasa Kegelapan.

Dan cara yang sama juga akan dilakukan Arma untuk membunuh Alviena. Gadis itu memang belum menunjukkan kebencian, tetapi Arma telah berhasil menaburkan bubuk dari duba Avesta di tubuh Alviena. Sekarang hanya tinggal menunggu sampai iblis menemukan Alviena dan memakan tubuh mungilnya itu.