Beberapa saat yang lalu.
"Ok, dilihat dari arah alat pelacak yang kita pasang di HP si Akbar, sepertinya dia memang berada di tempat yang mirip rumah bordir itu," kata bu Saraswati sambil melihat gedung maksiat yang dimana Akbar sedang berada disana.
"Pfft, sepertinya in tempat itu he akan mengeluarkan something dari kemaluannya, but bukan "air art" deh, ahahaha," kata bu Helda yang malah memikirkan hal yang tidak-tidak.
"Berhentilah bercanda ngawur di saat seperti ini dasar mesum sinting, sekarang apa yang harus kita lakukan ha? Tidak mungkin kita hanya terus menunggu dia muncul di sini dan membiarkannya mengatasi para penjahat itu sendirian kan?"
"Ayolah, jadi for what aku sampai membawa weaponku ini if aku dan kamu only duduk sweet disini kalau tidak membantunya ha? Buat anak? Lalu we kasih nama dia Coky so we bisa memanggilnya Cok saat kita lagi angry? Begitu?"
…
…
"Aku bersyukur aku bukan anakmu, bisa aku bayangkan penyakit kelainan apa saja yang akan aku dapatkan kalau hidup serumah denganmu," kata bu Saraswati dengan tatapan sinis kearah bu Helda.
"Ahahaha, joke girl, aku cuma nge joke, jangan take serius begitu dong, nah pokoknya sekarang shut down the lampu tempat itu ya, because aku sudah tidak patient lagi untuk membuat hell setelah sekian lama," kata bu Helda yang entah kenapa terlihat sangat kegirangan.
"Hei, jangan lupa kalau tempat itu ramai dengan pendosa yang lagi hambur-hamburin uang mereka dan sekaligus markas para penjahat, sudah pasti tempat itu banyak CCTV di dalamnya Helda, jadi bagaimana kalau kau tunggu 7 menit lagi? Kau tahukan kalau aku butuh waktu buat …"
"Saraswati my sayang, what perintah yang aku tell kepadamu daritadi?" tanya Helda yang memotong ucapanya temannya itu dengan sebuah senyuman manis.
Melihat sikap Helda yang terlihat massa bodoh dengan apa yang terjadi nantinya, Saraswati hanya menghela nafas panjang karena tahu apapun yang akan dia katakan tidak akan lagi di dengarkan oleh Helda yang terlihat sedang sangat bergairah untuk beraksi itu.
"Haaaa, sepertinya aku tidak bisa mencegahmu lagi ya? Baiklah aku akan menurutimu dan secepat mungkin mematikan CCTV tempat itu jika memang ada, tapi yang pasti berjanjilah 1 hal padaku Hel, jangan …"
"Don't become "the Satan", iya-iya bebebku, aku promise tidak akan berubah again, toh aku juga only akan mengambil muridku tercinta saja without membuat masalah, jadi relax saja."
"Tapi kalau kau sampai terkena masalah?"
…
…
"Yaaaa, kematian para trash masyarakat yang bertahan hidup with kejahatan tidak akan membuat Tuhan turun dari skykan? Ahahahahaha."
"Terserahlah, kalau begitu sekarang aku akan mematikan lampu di daerah ini, dan aku harap kau cepat selesaikan masalah ini Hel, karena aku baru saja melihat kalau ada segerombolan pasukan polisi dan geng Black Jack sedang bergerak dari arah kota kesini, dan mereka datangnya ber-sa-ma-an," kata bu Saraswati yang sempat melihat ke arah Laptopnya dan melihat banyak polisi dan geng BJ bergerak ke arah mereka melalui CCTV jalan raya yang sudah dia sadap.
"Ohhh, Police and geng itu datang bersamaan kau bilang? Hehe, sepertinya si "Valkyrie" will datang kesini deh, if that so, aku memang harus cepet-cepetan nih," kata bu Helda sambil menyelipkan Magnumnya kedalam jaketnya.
"Aku akan menyiapkan rute pelarian dari sini selagi kau bersenang-senang, dan kau bisa melakukannya dalam 3…2…..1, GO!!"
Setelah bu Saraswati menekan tombol enter di Laptopnya, langsung saja seluruh listrik di tempatnya berada itu mengalami pemadaman, tentu saja hal itu berarti lampu yang ada di dalam gedung maksiat itu juga mati. Dan karena waktunya beraksi sudah tiba, bu Helda segera keluar dari mobilnya dan bersiap untuk melakukan hal yang berbahaya, tapi sebelum itu dia malah mendapatkan …
TUT-TURUU
TUT-TURUU
"What? Siapa yang call call di saat begini sih?....Haaloo, with Helda di sini," kata bu Helda sambil mulai berbicara dengan orang yang menelponnya itu
"Ayolah Hel, apa menurutmu ini saat yang tepat untuk menjahili pesan Spam "mama kecelakan, tolong transfer uang ke rekening ini ya nak" seperti kebiasaanmu itu?"
"Saraswati, kau tahu nama perusaahan si Jupri?"
"Eh, perusahaan si Jupri ya? Kalau tidak salah…hmmmm, ah PT.SATRIA NUSANTARA, memangnya kenapa kau tiba-tiba tanya soal itu?"
"Well, mereka menelpon we lebih cepat than dugaan kita, lebih tepatnya their owner sih," kata bu Helda sambil tersenyum sinis.
…
"Ah, jadi yang menelpon itu ayah si Jupri ini ya, apa dia mau bicara soal akun bank perusaahannya yang aku curi tadi? Kalau iya, tolong katakan kalau lemah banget sistem keamananmu itu sampai kelamaan sadar kalau aku sudah mencuri uang 50 Milyarnya." jawab bu Saraswati yang sempat-sempatnya meledek sistem keamanan perusahaan yang dia buat bangkrut itu.
"Tapi dia bisa sampai know kau yang mencurinya lho, itu artinya mereka also great kan?..... Oh, of course itu ulah kami, siapa again yang bisa melakukian robbery sehebat itu dalam waktu singkat selain kami sir?" kata Irwati yang dengan mudahnya bisa bicara kepada 2 orang yang berbeda sekaligus dalam 1 waktu.
"Sialan, siapa tadi yang suruh pakai menitipkan pesan kalau aku dan kau yang mencuri uangnya ha? Mau aku pukul pakai setir agar kau ingat dengan ucapanmu sendiri tadi ha? Kita tidak akan diketahui asal kau enggak minta yang aneh-aneh tahu!!" kata bu Saraswati sambil melotot kearah seseorang yang meminta hal yang aneh-aneh sehingga membuat rencana mereka itu diketahui.
"Ahahaha, sory-sory, aku memang sengaja agar pihak mereka menelponku directly, but aku gak nyangka kalau them akan call aku secepat ini, and pemiliknya pula yang call me, ahahaha."
"Memangnya apa rencanamu sampai sengaja membiarkan dia tahu kalau kita yang mencuri uang perusahaannya?"
Mendengar pertanyaan dari Saraswati barusan, Helda yang kebetulan juga mendapatkan sebuah pertanyaan penuh makian dari teleponnya itu hanya tertawa kecil, karena dia merasa apa yang akan dikatakannya saat ini bisa menjawab 2 pertanyaan itu sekaligus, yang dimana kata-katanya itu adalah…
"I cuma ingin mengingatkanmu dasar asshole, tidak peduli sekaya or sehebat apapun geng army yang di miliki perusahaanmu, tapi kalau kau play-play dengan 1 murid sekolahku yang cute-cute itu, bersiaplah untuk kehilangan semangat dan alasan hidupmu, karena orang-orang heretic seperti you know siapa we di massa lalukan?"
"(Oh, ternyata untuk mengancam orang-orang itu agar tidak cari masalah dengan sekolah kita rupanya, tapi yang cari masalah dengan kita itukan anaknya, jadi mana mungkin juga orang itu tahu tindakan kejahatan anaknya sendirikan? Dia korban tak bersalah dalam masalah ini tahu)"
"Haa? Apa wrong mu katamu? Kenapa kau tidak ask saja pada anakmu yang saat ini baru saja find masalah dengan salah satu student ku, dan oh ya, apa you juga tahu hal yang lebih worst selain itu? He itu bukan hanya cari problem dengan murid sekolahku yang biasa, tapi dia sedang find masalah with para "malaikat-malaikat" lho, mampus you!! Makanya order anakmu itu for mempelajari korbannya before beraksi, ahahahahaha."
"(Anak itu cari masalah dengan orang gila dan pemimpin para "malaikat-malaikat", sepertinya 1 Minggu ini akan penuh dengan kekerasan deh, apa sebaiknya aku liburan ke luar kota dulu untuk cari aman)" kata bu Saraswati yang membayangkan berbagai macam hal yang akan terjadi di massa depan.
"Ahahaha, minta sorry and berdamai? Aku sih tidak problem, asalkan you memberikanku video yang isi rekamannya adalah kau memberinya sebuah lesson of "sopan santun". Ha? uang? Kau pikir I suka dengan paper warna-warni itu? Kau meremehkan isi tabungan darkku di …"
"WAAAAAAAAAAAA, LARI ADA BOOM!!"
…
…
?!
Kagetlah si Helda dan Saraswati ketika mereka melihat banyak orang berhamburan keluar dari tempat maksiat itu, dan saat mendengar kata seseorang mengenai bom, tentu saja hal ini membuat mereka panik.
"Anu Helda, yang aku ingat rencana kita itu cuma membantu Akbar merebut kembali temannya yang merupakan murid dari sekolah kita yang diculik oleh si Jupri, tapi a..apa hal ini juga termasuk dari rencanamu?"
"Hei, I dan kamu kan baru come ke sini, mana mungkin aku can menyiapkan bom duluan before…..Ah berisik, pokoknya we akan bicara again setelah ini! Aku off dulu orang old! Bye!" kata bu Helda sambil mematikan HP nya.
"Ini cuma dugaanku sih, tapi tolong jangan bilang kalau si Akbar mulai berulah dan membuat semua kekacauan itu."
"Waaah, kalau he memang sejago itu membuat keributan pakai bom, aku will mulai menyembah ember because terlalu shock lho, ahahahaha".
"Ini bukan waktunya ngelawak tolol! Ada murid dari sekolah kita sedang cari masalah di tempat ini sampai bawa-bawa bom tahu! Aku gak tahu bagaimana ceritanya, tapi cepat cari dan hentikan dia sebelum para polisi datang woi! Karena kalau gajiku sampai terpotong gara-gara nama sekolah kita tercoreng karena ulah bodoh para bocah itu! Aku akan ambil alih semua akun bankmu untuk ganti rugi Hel!" kata bu Saraswati yang emosi berat dengan sikap santai si bu Helda.
"Iya iya sayang, aku understand kok, don't ngambek begitu dong, nanti kamu bakal jadi virgin abadi lho. Kalau begitu aku go dulu ya," kata bu Helda yang masih bisa saja melawak di saat yang tegang seperti itu sambil mulai berjalan ke arah kerumunan manusia yang berhamburan keluar dari tempat maksiat itu.
Kemudian, sambil dibekali pistol kesukaannya di saku jaketnya, bu Helda pun mulai berjalan melawan arus menuju tempat dewasa itu untuk melakukan misi penyelamatannya, tapi karena sikap kekanakannya yang tidak suka suasana yang terlalu damai, munculah suatu ide nakal dari otak wanita sebleng ini.
"(Cuih, not menegangkan, seharusnya di saat begini the situation harusnya ribut dan kacau karena kalian don't peduli dengan protocol keselamatan dan more peduli dengan nyawa sendiri lho, tapi why kalian malah bisa setenang itu melarikan diri tidak seperti di film-film sih? Jadi agar tidak boring, why aku tidak coba untuk….)"
JDUUK
…
"ADUH!! AAAAHHHH!!"
BRAAK
Tapi, siapa juga yang bisa mengira kalau hari ini adalah hari keberuntungannya, karena tepat setelah dia baru saja bercanda dengan menjegal kaki seseorang yang membuat orang lain di sekitarnya juga ikut terjatuh, orang yang sedang dia cari malah juga ikut terjatuh karena orang di depannya tiba-tiba tersandung jatuh.
"(Pfftt, ahahahah, sungguh classic, tapi itulah yang should terjadi if ada kericu…)"
"Aduh kampret! Kenapa semua orang tiba-tiba terjatuh begin…."
…
…
"Bu..bu Helda?" kata Akbar kepada kepala sekolahnya yang sedang berdiri tepat dihadapannya itu.
"Eh, Akbar?! Why kamu ada in he...…OH MY TUHAN!! KENAPA YOUR MATA BERDARAH BEGITU?!" kata bu Helda yang terkejut melihat dahi dan mata kiri si Akbar mengalirkan darah segar.
"Ah ini, walaupun kepalaku memang masih pusing, tapi ini bukan luka yang serius kok, jadi ibu tidak usah khaw…"
"NOT LUKA SERIUS YOUR HEAD!! MANA MUNGKIN THAT BUKAN LUKA SERIUS IF SAMPAI MEMBUAT KEPALAMU BERDARAH BEGITU WOI??!! AYO IKUT I!! AKAN KUANTARKAN KAU WITH MY CAR KE HOSPITAL!" kata bu Helda sambil mengendong Akbar layaknya seorang princes dan mulai berlari kembali menuju ke mobilnya.
!!!
"AAAH, STOP!! TURUNKAN AKU BU!! DI DALAM SANA MASIH ADA MONA DAN ADIKNYA YANG…"
"JANGAN WORY ABOUT MEREKA, PARA POLISI SEDANG DALAM PERJALANAN IN HERE UNTUK MEMBERESKAN PROBLEM INI, JADI POKOKNYA SEKARANG SHUT UP DAN LET ME MENGGENDONGMU DENGAN TENANG!! MINGGIR KALIAN LOSER!! TIDAK SEE ADA ORANG SICK DISINI APA?! BERI WAY WOI!!" kata bu Helda yang masih bersikeras membawa Akbar ke RS itu sambil menendang semua orang yang menghadangnya.
"(Polisi? Oh, mungkin si Bela yang ...ADUH!!!) HEI HEI!! KENAPA IBU TIDAK BISA LARI DENGAN NORMAL SIH?! (Weeell aku tahu sih kalau ibu itu orang yang jauh dari kata normal, jadi ya tidak salah juga kalau…) …..EH NGAWUR!! NGELINDUR APA SIH AKU INI?! POKOKNYA JANGAN MAIN KASAR BEGITU BU HELDA!!" kata Akbar kepada sikap bu Helda yang barbar dan tidak mencerminkan seorang pendidik itu.
----
Saat ini.
Setelah selesai bercakap dengan kakaknya dan mengetahui kalau kondisinya saat ini aman, Bela hanya terdiam saja sambil menatap nomer HP kakaknya di kontak teleponnya itu, dan Mona yang daritadi melihat ai Bela berbincang-bincang itu mulai merasa tidak enak melihat sikap Bela barusan.
"(Waduh, aku tidak tahu kenapa, tapi aku rasa dia jadi makin kesal setelah selesai mendapatkan panggilan itu deh)" kata Mona yang hanya menatap Bela dari kajauhan.
"Cih, ini bukan saatnya mempermasalahkan masalah perasaan yang sepele tahu, HEI BELA!! MAAF KALAU AKU MENGGANGU KEBAPERANMU!! TAPI APA KAU BISA DATANG KE SINI UNTUK MEMBANTU…"
Tapi, bukannya mendengarkan panggilan ibunya itu, si Bela yang bahkan tidak melirik secuil pun kearahnya itu malah pergi berjalan menuju arah sepeda motornya, dan melihat manusia kampret yang membawanya ke tempat itu malah pergi meninggalkannya sendiri seolah-olah dirinya itu tidak penting, Mona pun hanya mengatakan pantun singkat bersajak AAAA.
"Eh…...eh…eh…..eeehhhhhhhhhh" kata Mona yang "eeehhhhh"
"(Dasar anak keparat, kenapa sih dia selalu menjadi lebay setiap bicara soal kakaknya itu? Apa dia masih berharap kalau keajaiban akan terjadi lagi dan membuat hidupnya jadi bahagia? Cuih, dasar menjijikan, hanya pecundang yang hidup dengan harapan yang tidak pasti Bel)" kata bu Irwati yang mengomentari sikap anaknya barusan.
"Waaah, informan kita pergi tanpa alasan yang jelas, jadi apa yang harus kita lakukan sekarang nyonya Irwati?" tanya sang polisi kemudian.
"Tentu saja kita akan melakukan pekerjaanmu dasar tolol, hei kau, katanya kau pergi ke sini dengan anakku itu kan?" tanya Irwati kemudian kepada Mona.
!
"(Eh?! WADUUUUH!! DI..DIA MENDADAK MENGAJAKKU BICARA DONG!! A..AKU HARUS BERSIKAP TEGAS) A..AH IYA KOMANDAN!!, SA..SAYA TADI KESINI BERSAMA BELA UNTUK MENCARI ADIKKU YANG KATANYA DICULIK DAN DISEKAP DI TEMPAT INI KOMANDAN!" kata Mona sambil memberikan sikap hormat kepada bu Irwati.
"(Kenapa dia beri aku salam hormat begitu? Memangnya ini upacara bendera?) Baiklah, kalau kau bilang begitu, artinya kau sudah masuk bersama si Bela kedalam sanakan?"
"Iya komandan!"
"Ok, sebagai ibu anak itu, aku akan bertanggung jawab dengan mengantarkanmu pulang, tapi sebelum itu, kau akan kusewa untuk menjadi pemandu sementara."
"Eh, pemandu sementara? A…apa maksudnya itu?"
"Well simple sih, karena kau sudah pernah masuk, berarti kau sudah tahu lokasi-lokasi didalam bangunan inikan? Karena itu aku ingin kau membawaku ke tempat mereka melakukan kejahatan mereka."
?!
"Apa?! Ke..kenapa koman…"
"Panggil saja aku nyonya atau ibu, soalnya aneh saja kalau anak kecil yang memanggilku komandan," kata bu Irwati yang akhirnya merasa tidak enak terus-terusan dipanggil Komandan oleh Mona.
"Ah…ba..baik…a..anu tadi itu…ah iya, kenapa nyonya bisa mengira sejauh itu? Tadi saya dan anak nyonya hanya masuk sampai di tempat minum saja, jadi tentu saja kami berdua tidak tahu detail bangunan ini lebih dalam lagi."
"Oh, begitu ya rupanya, aku pikir kalian nekat menerobos dan membantai semua orang di dalam sana untuk menyelamatkan adikmu. Well, ternyata aku berpikir terlalu jauh ya? Ahahaha," kata bu Irwati sambil tertawa kecil.
"(Astaga, kenapa juga dia berpikir aku dan Mona akan melakukan hal itu? Apa ini karena anak dan ibu ini suka melihat film aksi yang aneh-aneh sampai pola pikir mereka akhirnya juga ikutan aneh?)" kata Mona yang heran dengan kemiripan Bela dan ibunya itu.
"Baiklah kalau begitu, walau kau memang tidak bisa jadi pemandu, tapi paling tidak tolong tetap ikut denganku kedalam ya, karena sekalian saja aku ingin kau menjadi saksi kasus ini dengan membantuku menemukan adikmu yang rencananya nanti akan kujadikan bukti kejahatan yang sudah dilakukan oleh pemilik gedung sialan ini," kata bu Irwati sambil menendang tembok gedung maksiat itu.
"(Menjadi saksi penting suatu kejahatan ya? Aku tidak mengira kalau hal ini akhirnya benar-benar akan terjadi padaku sejak aku menjadi … eh, se..sebentar, ke..kenapa tiba-tiba kepalaku…)"
"Nah, kalau begitu ayo cepat kita segera masuk dan mulai … "
BRUUUK
…
…
?
"Ha? Kau kena...…..AAHHH!! KAU KENAPA BOCAH?! KE..KENAPA TIBA-TIBA KAU JATUH DIJALAN BEGINI" kata bu Irwati sambil menghampiri Mona yang tiba-tiba saja terjatuh ke tanah.
"(A..ada apa ini? Ba..ba..badanku, badanku tidak bisa bergerak, da…dan kepalaku juga terasa peni…)"
"Bangsat, tubuhmu panas banget lho, kau ini sebenarnya sedang sakit ya? Hei, apa kau dengar aku? Woi bocah! Tetap buka matamu woi!" kata bu Irwati sambil menampar pelan pipi si Mona.
"Hei ngawur!! Jangan perlakukan orang sakit seperti itu tahu!!" kata si anggota geng yang agak terkejut melihat perlakuan lembut bu Irwati kepada si Mona.
"(Ga..gawat!! Ba..bakal repot kalau aku pingsan disini dan ketahuan kabur dari RS, a..aku harus cari cara agar aku bisa kembali kesana lagi) Ma..maaf bu, ta..tapi..a..apa ibu bisa tolong bawa saya ke RS Harapan Indah? Karena se..sebenarnya saya pasien dari RS itu," kata Mona yang berusaha meminta tolong kepada bu Irwarti dengan tenaga-tenaga terakhirnya yang tersisa.
"Apa? Kau pasien dari RS??!!! KENAPA KAU ENGGAK MIKIRIN KONDISI TUBUHMU SENDIRI LEBIH DULU DASAR BODOH?!!"
"Ma..maaf, maaf sekali kalau merepotkan, ta..tapi tolong bawa saya ke san …."
BRUUUK
…
…
"AAAAAAAHH!! BOCAH!! KAU TIDAK MATIKAN?! WOI!! JAWAB AKU WOI!! BOCAAAAAAAHH!!" kata bu Irwati yang panik melihat Mona pingsan itu.
----
Sedangkan itu, di sisi lain.
"Apa kalian sudah selesai bertengkar?" tanya Akbar.
"Sebenarnya I masih bisa continue
demi pride sih, tapi melihat you tak bisa rest dengan tenang, aku sih yes saja, bagaimana with you nyonya Psikopat?"
"Bacot, akan aku ganti akun bankmu nanti, dan yang benar itu bukan Psikopat, tapi Psikolog."
"Baiklah, karena kalian sudah tenang, apa diantara kalian berdua ada yang bisa memberitahuku soal sebab kalian ada ditempat itu?" tanya Akbar yang tiduran di kursi penumpang itu kepada 2 perempuan yang kondisinya berantakan karena sempat bertengkar.
"Tidak masalah kalau orang-orang dewasa seperti kami datang kesana, justru yang masalah adalah kau yang ada ditempat itu tahu? Memangnya apa yang kau lakukan di dalam sana sampai kau bisa terluka seperti itu? Menggangu orang membuat "orang"?" tanya bu Saraswati sambil melihat Helda yang memberikan isyarat untuk "menjaga rahasia" mereka.
"Bukan, tapi aku berusaha menyelamatkan salah satu murid sekolah kalian yang di culik oleh murid kalian".
"Oh, saya surprised! Aku tidak mengira kalau student di school ku ternyata seorang criminal."
"Jangan akting, dari nada bicaramu yang sok kaget, aku tahu kalau semua ini bukan kebetulan, kalian tiba-tiba bisa muncul ditempat aku bertemu akan bertemu dengan Bela walau aku tidak mengatakan lokasinya, lalu tadi bu Helda juga bisa menebak polisi akan datang ke tempat itu tanpa alasan yang jelas, dilihat darimanapun sudah bisa ditebak kalau kalian sudah tahu kalau semua ini akan terjadi, dan untuk mendapatkan info-info tertentu, pasti kalian memasang semacam penyadap atau pelacak di HP pemberian kalian dulu inikan?" kata Akbar yang bisa menebak sebuah fakta tersembunyi itu sambil menunjukan ponselnya yang merupakan pemberian 2 orang tua itu dulu.
...
...
"Apa kau renkarnasi Aritoteles? Boleh aku tanya kenapa 1+1 itu hasilnya 2?" tanya bu Saraswati yang tercengah dengan tebakan Akbar yang tepat itu.
"Karena kalau 3 berarti kau goblok."
"(Bangsat, bodohnya aku bertanya ke manusia laknat ini)"
"Dan bukan hanya itu, ada juga pertanyaan penting lain yang mengangguku beberapa saat yang lalu."
"Kenapa laki-laki has a pentil?"
"Bukan bangsat, kenapa kalian bisa tahu kalau si Jupri itu keluarga dari pengusaha mucikari ha? Karena rasanya enggak mungkin pihak sekolah bisa tahu informasi yang kesannya rahasia begini kan?"
...
...
Mendengar pertanyaan Akbar barusan, bu Helda hanya tersenyum lebar saja, karena dia memang sudah menduga kalau Akbar pasti akan menanyakan masalah itu cepat atau lambat, karena itulah dia pun memutuskan untuk mengatakan sedikit "fakta" soal sekolahnya itu.
"Hohoho, mungkin you tidak tahu Akbar, tapi sebenarnya school kita itu punya banyak rahasia dark lho soal guru dan studentsnya, jadi u can say masalah si Jupri dan cara we know soal usaha haramnya itu only bagian kecil dari rahasia sekolah kita, ahahahaha," kata bu Helda sambil tertawa riang.
"Hei, apa sebenarnya kalian ini semacam teroris atau organisasi jahat lainnya seperti negara Api yang berkedok sekolah begitu? Kalau iya bagaimana kalian akan ... "
"Tenang, kami are profesional, kami tidak will membiarkan murid-murid kesayangan kami terlibat masalah people dewasa ini, jadi sebagi anak small yang polos and cerdas, sebaiknya kau tidak terlalu involve atau malah membahas hal ini again ke kenalanmu ya."
"Pffft, jangan bercanda, hal serius seperti ini ... "
"Kalau ucapanku tadi di make jadi bahasa simple sih, hnmmmm, apa ya arti ... oh ya!! That means "Anggap this all tidak pernah terjadi" ya Akbar," kata bu Helda sambil mengarahkan pistolnya ke arah kepala Akbar.
...
...
Akbar tertegun, dia tidak mengira kalau bu Helda akan memainkan senjata api seperti itu, dan tahu kalau dia berada di dalam kondisi tidak bisa bernegosiasi, mau tidak mau Akbar pun hanya menuruti saja perintah dari kepala sekolahnya itu.
"(Sumpah dah, pistol itu terlalu detail cuma untuk sekedar mainan, sebenarnya aku ini terlibat dengan masalah apa sih sampai kepala sekolahku ini menodongkan pistol sungguhan ke arah muridnya seperti ini?) Baik, aku mengerti, walaupun jujur saja aku penasaran dengan ini semua, tapi karena saat ini aku lagi sakit, tidak mood, dan lainnya, aku akan membiarkan kalian tutup mulut kali ini."
"(Dia tidak tahu posisi ya?) Terima kasih atas perhatiannya dasar bedebah cilik."
"Ahahaha, suasananya jadi tegang for while ya, jadi ketimbang talk dan kepikiran tentang hal yang useless begini, kenapa you tidak membicarakan masalahmu saja bar? Misalnya like.... apa yang sudah happen di dalam sana saat kau mau protect temanmu or something like that gitu?" tanya bu Helda yang mengalihkan topik pembicaraan ke topik lainnya.
!!!
Mendengar pertanyaan dari bu Helda barusan, si Akbar langsung saja teringat dengan semua bencana yang terjadi hari ini yang dimana hari ini pasti menjadi hari yang amat memilukan bagi pelanggannya, karena itulah, Akbar yang memiliki rasa tanggung jawab tinggi itu merasa amat kesal sekaligus sedih karena gagal melindungi orang yang meminta pertolongan kepadanya, harga dirinya sebagai ketua "Helper Club" seolah-olah tercoreng keras saat dirinya membayangkan wajah si Lisa ketika mereka saling bertemu di massa depan.
"Ya, aku benar-benar tidak menduga kalau orang itu beneran seorang penjahat, karena sebelumnya aku sempat mengikutinya dan mengira kalau dia orang yang baik karena memperlakukan seorang wanita dengan baik. Hahaha, hina banget sumpah, gara-gara kecerobohanku itu, pasti si Lisa akan trauma berat dengan laki-laki, andai saja aku lebih cepat peka dan tidak teledor, pasti dia...pfft…ahahahaha, sialaaaaan! Kenapa pakai acara nangis begini juga sih?! Mataku jadi perihkan dasar bangsat, " kata Akbar sambil menutupi matanya yang perig karena mengelinangkan sedikit air mata ketika dia memikirkan perasaan si Lisa saat diculik itu.
!
Melihat sikap Akbar barusan yang tidak stabil itu, bu Helda dan Saraswati sempat saling melirik satu sama lain, dan karena mereka merupakan orang-orang yang "berpendidikan" secara harfiah, mereka pun melakukan hal yang harusnya mereka lakukan ketika siswa mereka mengalami depresi berat.
"Jangan tutupi air matamu itu bocah sialan, karena dengan air mata itu kau sudah membuktikan kalau kau itu sebenarnya sudah berusaha keras untuk memberikan yang terbaik kepada cewek yang kau tolong itu, jadi jangan sedih dan banggalah, karena faktanya tidak semua orang akan menangis seperti itu ketika mereka tidak bertanggung jawab soal perbuatan mereka sendiri," kata bu Saraswati yang memotivasi si Akbar dengan kata-kata keren.
"Right right right, lagipula kita memang tidak bisa menebak hal bad datang karena kita bukan God yang all mighty, jadi semua ini bukan your mistake 100% kok, karena itu, dengarkan song yang happy-happy ini agar you tidak terlalu sedih so deep ya!" kata bu Helda sambil memutarkan lagu "Lengser Wengi" dari MP3 mobilnya itu.
Langsung saja bu Saraswati yang kesal dengan candaan bu Helda yang tidak tahu tempat dan tidak ada habisnya itu mematikan pemutar lagunya, tentu saja hal ini membuat bu Helda yang sebenarnya mempunyai niat baik cuma salah perbuatan itu juga ikut kesal dengan Saraswati yang menurutnya seenaknya sendiri itu, dan tanpa basa-basi, perjanjian damai mereka yang baru dibuat beberapa detik itu pun mereka langgar dengan saling ejek seperti bocah.
"(Pfftt, aku tidak tahu kalau mereka ini sebenarnya sengaja menghiburku atau tidak)" kata Akbar sambil tersenyum kecil melihat tingkah bocah 2 orang dewasa itu.
"Kenapa kau senyum-senyum begitu? Memangnya kau pikir memutar lagu angker di situasi suram itu hal yang lucu? Mau aku blokir juga akun ATM mu?" kata bu Saraswati yang mulai emosional itu karena terlalu percaya dengah hal tabu.
"Tidak kok, lagian siapa juga yang tertarik melihat 2 orang tua bertengkar seperti…"
Bertengkar?
"Eh, tunggu sebentar, kenapa ya saat melihat kalian berdebat seperti anjing dan kuci…Psikopat begitu aku tiba-tiba jadi teringat dengan sesuatu yang penting, tapi apa ya itu?" kata Akbar yang saat ini kepikiran sesuatu yang menurutnya penting tapi terlupakan.
"Well, itu easy, kalau hal itu you lupakan, artinya that bukan hal yang penting for dipikirkan!! Karena itu jangan dipikirkan lagi dan lets go dengarkan song yang will membuatmu senang ini versi ke 2!!" kata bu Helda sambil memutarkan pemutar suara yang mengeluar suara merdu berupa suara …
AHH AAHH AAHHH ENAAK…AH AAH AAHH!!
!!!
DUAK DUAK DUAK!!!
"SUDAH CUKUP!!! AKU MENYERAAAAAH!" kata bu Saraswati sambil menjedorkan kepalanya berkali-kali ke setir mobil.
"(Hmm, apa memang mungkin ini cuma perasaanku saja karena kondisiku lagi kacau-kacaunya? Meh, mungkin saja begitu, kamu sudah terluka Akbar, jadi jangan memikirkan hal-hal tidak penting yang bisa membuatmu jadi tambah stress)" kata Akbar yang akhirnya massa bodoh dengan semua pikiran yang mengganggunya itu dan memutuskan untuk beristirahat sampai mereka tiba di RS dengan suara "merdu" yang mengiringi perjalanan mereka itu.
Sedangkan itu, di tempat yang "tidak penting", seorang wanita "tidak penting" yang akal sehatnya rusak karena ditinggal mendadak oleh temannya demi alasan yang "tidak penting" itu sedang melakukan hal yang "tidak penting"
"HEI TUKANG BAKSO!! YA KALIAN BER 5!! SINI!! AKU PESAN SEMUA BAKSO DAN BORAK KALIAN SEMUA!! BODOH AMAT SAMA PEKERJAAN!! TOH DIA BILANG PAKAI UANG INI SEPUASKU!! JADI AYO KITA PESTA SEMUANYAA!! GUA TRAKTIR!!" kata si Nita yang saat ini dikelilingi oleh banyak pengemis.
"HIDUP DIK NITAA!!"
"NGAWUR!! JANGAN PANGGIL DIA DIK NITA!! PANGGILA DIA "QUEEN NITA" DASAR BOCAH!!" kata sang pengendara motor yang motornya di ambil paksa oleh si Akbar yang saat ini sedang menikmati mangkok ke 5x makanan gratisnya.
"HIDUUUUP QUEEN NITA!!! HIDUPP QUEEN NITA!! HIDUUUP!!"
Dan akhirnya, karena ulahnya yang benar-benar tidak ada malunya itu, mulai hari itu juga si Nita menjadi amat terkenal baik dikalangan pengemis di daerah itu ataupun di media sosial dengan hastag #therealMISSQUEEN.