Selamat datang di chapter 4
Buat diri kalian senyaman mungkin saat membacanya
Tinggalkan jejak dengan vote dan komen
Tandai jika ada typo (biasanya suka gentayangan)
Thanks
Happy reading everyone
Hope you like it
❤❤❤
________________________________________
I'm constantly torn between 'I don't need anyone' and 'hey you please fall in love with me'
••Kushandwizdom••
________________________________________
Jakarta, 5 Agustus
10.00 a.m
Sudah berapa lama sejak nama Jayden Wilder di sebut kak Brian? Aku kadang hanya tidak sengaja memikirkannya. Maksudku, ia sangat cocok menyandang nama itu, sesuai penggambaran dari apa yang telah kulihat beberapa waktu lalu.
Kau tahu? Padahal kami hanya bertatapan satu kali dalam rentan waktu beberapa detik, kemudian aku lebih dulu memutus kontak mata tersebut karena berdebar tidak karuan-mungkin karena takut-namun sampai sekarang aku masih belum bisa melupakan tatapan mata itu. Sekali lagi aku tidak sengaja melamunkan tatapan mata Jayden Wilder ketika tidak menyadari ponsel dalam tasku bergetar.
Karina yang terusik melirikku sekilas, menyenggol lenganku pelan serta menggumamkan sesuatu-mengkode bunyi getaran di dalam tasku-di tengah pelajaran bahasa Indonesia saat ini. "Psssttt, hp lo geter," bisiknya.
Aku yang masih memperhatikan guru dengan tatapan menerawang karena melamun pun menoleh beberapa derajat-bahkan nyaris tidak terlihat menoleh-ke arah Karina.
"Hp lo," bisiknya lagi sambil menunjuk tasku menggunakan pelototan matanya.
Paham bahasa Karina, perlahan aku menelusupkan tangan ke dalam tas untuk mengambil ponsel itu dengan satu tangan, lalu membaca notification yang masuk di instagramku di bawah bangku. Sebuah direct message dari kak Jordan!
From : Jordan Michelle
To : Berlian Melody
Sebenernya gue uda putus beberapa bulan lalu
Mataku terbelalak girang, mengatubkan bibir rapat - rapat agar tidak memekik. Setelah berhasil tenang, sambil menyenggol kaki sahabatku, aku berbisik. "Kar, baca nih."
Ponsel yang masih menyala menampilkan direct messagge dari kak Jordan kuserahkan pada Karina di bawah bangku. Sesaat ia menerima dan membaca itu lalu ikut tersenyum senang.
"Tuh kan bener prediksi kita, emang doi uda putus, saatnya misi selanjutnya!" serunya masih dengan berbisik. Mengepalkan tangan di bawah bangku tanda semangat.
Well, terima kasih kepada kakakku yang paling menyebalkan di dunia, yang telah membajak instagramku, berkat kejahilannya yang berfaedah tersebut aku jadi ada bahan obrolan dengan kak Jordan.
~~~
Jakarta, 5 Agustus
12.03 p.m.
Saat istirahat kami tidak ke kantin, melainkan membaca buku yang kata kak Brian keramat itu di dalam kelas. Membaca BAB per BAB-nya, ramai sendiri seperti orang gila aneh tidak jelas. Kami membolak - balik halaman dari buku tersebut. Membaca dan memahami isinya dengan hati - hati tentang apa saja yang diperlukan jika ingin membuat tambatan hati menyukai kita.
Secara garis besar buku itu berisi tentang membangun frekuensi interaksi dengan orang yang di sukai melalui informasi - informasi yang sudah kita dapatkan darinya, lalu mengajaknya jalan dengan cara yang aman seperti merekomendasikan cafe baru-contohnya, serta berpenampilan menarik seperti ; memakai parfum yang loveable dan memakai make up sewajarnya. Untuk urusan yang satu ini akan aku serahkan pada ahlinya ahli, intinya inti, cor of the cor, yaitu Karina Nasution-my best friend ever.
Pasca membaca dan memahami isi buku tersebut, Karina memicingkan mata sambil meletakkan tangannya di dagu. Memperhatikanku secara menyeluruh. Dari atas kepala sampai ujung kaki lalu manggut - manggut.
Tangan Karina menunjuk rambutku. "Rambut lo, bisa nggak sih di urai aja? Kuncir kuda mulu, kayak anak Tk tau nggak?" tukasnya lalu memegangi rambut ikalku.
"Sumpeh lo Kar gue kayak anak TK?" tanyaku meyakinkan diri tentang pendapatnya yang ternyata sama dengan pendapatku.
Sahabatku itu mengibaskan tangan memberi isyarat padaku agar tidak perlu memikirkan hal tersebut karena sebentar lagi dirinya akan beraksi. "Sini gue dandanin ala ala messy hair," ucapnya seraya membalikkan badanku dan menarik kuncir orange kumalku.
"Ntar gue kayak boneka santet Kar," gerutuku.
"Udah diem aje, besok - besok gue make up-in."
Aku menuruti kata Karina, diam saja ketika ia mulai menata rambutku sedemikian rupa hingga menghasilkan sesuatu yang lain, yang membuatku nampak lebih mempesona dari beberapa waktu lalu ketika sahabatku ini menarik kuncir saat jalan ke kantin. Dan aku sangat menyukainya.
Well, selama lima hari ini, aku kursus make up kilat pada Karina. Hasilnya aku lumayan bisa tapi belum jago.
Oh ya sejak saat kak Brian membajak instagramku, obrolanku dengan kak Jordan jadi semakin lancar. Kami mulai rutin saling mengirim pesan satu sama lain. Suatu kemajuan bukan? Kadang kami juga ke kantin mang Ujang bersama tapi tentu tidak sendiri. Aku selalu mengajak Karina, kak Jordan juga selalu dengan dua temannya itu yang belakangan ini kutahu nama mereka adalah Rico dan Henry.
Jika di kantin mang Ujang kami selalu mengobrol dengan santai seperti kawan lama yang sudah mengenal satu sama lain. Lalu secara kebetulan ada cafe baru yang buka. Dengan modus-menurut buku tersebut-aku mengajak mereka semuanya hang out ke cafe itu pada hari minggu ini.
~~~
Jakarta, 12 Agustus
14.04 p.m.
Dengan berbekal gucci floral dress embroidered hitam selutut, leather chlutch bag Dolce and Gabana merah, serta nomad sandalnya Luis Vuitton hitam ceper-aku masih membantah Karina untuk menggunakan wedges karena menurutku tidak nyaman-plus kepangan rambut menyerupai bando yang membuatku tampak lebih manis hasil karya sahabatku itu, menyempurnakan tampilanku untuk pergi Hivdworks Co - Works di Jakarta Pusat-tempat janjian kami bertemu hari minggu siang ini.
"Pinter juga modus lo," kata Karina sambil menyetir mobilnya membelah jalanan yang sedikit macet.
"Sesuai anjuran buku Kar, hehe," jawabku sambil cengengesan. Sahabatku menanggapi dengan senyum penuh semangat.
Membunuh kebosanan di tengah kemacetan, aku dan Karina memutar musik dan menyanyikan lagu bersama - sama sambil joget tidak jelas. Ya begitulah jika aku bersama sahabatku inu, selalu menggila di mana saja. That's way I chose her to be my best friend. Karena kami dasarnya memang sama - sama gila.
Setengah jam kemudian Karina sudah memarkir mobilnya di depan cafe. Saat kami masuk sudah ada kak Jordan dan kak Rico yang duduk di salah satu meja pojok ruangan. Aku bisa melihat di atas meja depan mereka duduk sudah ada dua cangkir kopi dan sebuah mac book pro.
Menyadari jika mereka sedang sibuk, aku sedikit bersingkut. Sedangkan Karina yang menemukan gelagat anehku segera menenangkan. "Santai Mel, jangan gitu, jaga igame!"
Sembari membenahi sikapku dan memasang senyum tiga jari, kami berjalan beberapa langkah ke meja kak Jordan dan kak Rico, sedangkan kak Hendry? Aku tidak tahu ia kemana, mungkin ke toilet.
Tepat di depan mereka Karina lebih dulu menyapa. "Hhaaiiii."
"Heii Karina, Melody, duduk aja," kata Kak Jordan yang sekarang mendongak melihat kedatangan kami lalu mempersilahkan kami duduk di depan mereka.
"Sorry ya bawa laptop, sekalian ngerjain tugas," kata kak Rico yang masih menatap layar laptopnya.
"Maaf kak malah jadi nggak enak, ganggu gini," kataku yang sedikit tidak enak hati. Jika tahu mereka sedang sibuk tentu aku tidak akan mengajaknya nongkrong.
"Nggak papa santai aja, ini juga udah kelar," jawab kak Jordan. "Lagian ngerjain di cafe lumayan enak juga, makanya tadi kami berangkat lebih awal, oh ya Henry nggak bisa ikut, lagi ada urusan," lanjutnya kemudian menyeruput kopi.
Aku dan Karina mengangguk, kemudian duduk. Aku menunduk membenarkan dress yang kukenakan, saat mendongak aku mendapati Kak Jordan menatapku sekilas dengan tatapan hangat di selingi senyum, berbeda dengan-tunggu, kenapa gue malah bandingin tatapan kak Jordan ama Jayden Wilder?
"Ngomong - ngomong soal tugas, apa kabar tugas MOS lo Mel?" tanya Karina implusif sambil menyenggol lenganku, membuyarkan aktivitas melamunku sekilas.
Aku menghembuskan napas berat sebelum menjawab, "nggak taulah Kar pusing gue, salah mulu."
Kak Jordan yang mendengar obrolan kami ikut bertanya, "tugas MOS apa? Kan uda kelar sebulan lalu." Raut wajahnya bingung, begitu juga dengan kak Rico.
"Kata kak Novem tugas Melody salah, makanya suruh ngerjain ulang, uda tiga kali lho kak, salah terus." Keterangan Karina ini dapat merubah raut wajah kak Jordan menjadi serius.
"Eh, kalian pesen aja dulu, nggak haus baru dateng?" tukas kak Rico seperti dapat membaca gelagat sahabatnya, maka dari itu ia menengahi.
Siang itu kami nongkrong sampai jam lima sore. Aku dan Karina pamit pulang terlebih dahulu karena takut terjebak macet. Dan duo jahilun itu pasti akan berceramah panjang kali lebar jika aku terlambat.
Di tengah perjalanan, kak Jordan mengirim pesan kepadaku.
From J.❤ :
Besok kalo Novem masih nyalain tugas lo nggak usah di kerjain. Uda gue kasih tau juga dianya.
Aku menunjukkan pesan itu pada Karina ketika berhenti di lampu merah. Ia pun menanggapi dengan senang. "Cowok idaman bet dah."
Aku mengangguk setuju sambil membalas ucapan terima kasih.
~~~
Jakarta, 12 Agustus
17.28 p.m.
Karina hanya mengantarku sampai depan rumah karena hari sudah mulai gelap. Selepas turun dari mobil, aku berterima kasih dan melambai padanya. Setelah melihat mobil Karina jalan, aku berbalik hendak masuk rumah tapi seseorang mengagetkanku. Laki - laki itu lagi!
Jayden Wilder ada di depan rumahku. Ia sedang duduk di undakan tangga depan pintu masuk utama sambil merokok. Memakai kaos hitam gambar tengkorak besar yang lengannya di gulung jadi jankis, ripped jeans as always, dan sneakers hitam. Kali ini ia tidak memakai topi, aku bisa melihat rambut hitamnya yang sedikit berantakan.
Tunggu sebentar. Kenapa aku jadi memperhatikannya?!
Jika masuk rumah aku harus melewatinya. Itu satu - satunya akses yang terdekat, atau harus lewat samping yang jaraknya lumayan jauh sedangkan diriku sendiri sudah sedikit lelah.
Dengan takut - takut aku berjalan pelan mendekatinya yang masih tidak menggubris keberadaanku-seolah hanyalah angin lewat-matanya tetap memandang ke arah taman. Saat jalanku sudah di depannya aku semakin gemetar karena aura Jayden sangat dingin dan suram.
Ya Tuhan dari mana sih kak Brian dapet temen kayak preman kek dia?
"Pe-permisi," ucapku gugup. Mendebgar suaraku ia baru melihatku dengan tatapan itu lagi.
Astaga, jantung gue, tolong...
Jantungku rasanya ingin melompat keluar akibat melihat tatapan tajamnya. Demi neptunus! Padahal ia hanya diam saja dengan ekspresi datar.
"Nggak jadi lewat?" tanyanya karena masih melihatku berdiri di depannya.
Dan kau tahu suaranya? Berat dan dalam, seperti penyanyi George Erza. Menambah kesan menakutkan bagi yang mendengarnya.
"Oh i-iya," tukasku masih gelagapan lalu perlahan berjalan melewatinya yang di penuhi asap rokok. Aku sedikit mengibasnya dengan satu tangan lalu berlari cepat ke dalam rumah menuju dapur untuk mengambil minum sambil berusaha menetralakan degub jantungku.
Ini mengerikan, sungguh mengerikan. Sekali lagi aku bertanya dalam hati, dari mana kak Brian dapet temen kek preman itu? Lalu meneguk banyak - banyak air putih yang sudah ada dalam gelas genggamanku. Setelahnya terlintas tentang suara beratnya.
Hanya satu kalimat yang ia ucapkan. Tapi kenapa rasanya Jayden Wilder seperti membisikkanya berulang - ulang di telingaku?
Sepertinya aku sudah mulai gila. Mungkin ini efek seperti menonton film horor atau triller, setelahnya jadi terbayang - bayang dengan hantu atau pembunuhnya. Iya mungkin aku hanya seperti itu. Yakinku.
"Ngapain lu dek ngelamun kek gitu?" tanya kak Brian, sekali lagi sukses membuatku kaget.
Aku merutuk dalam hati. Harus ada berapa kali kejutan sih dalam satu menit ini?
"Siapa juga yang ngelamun," elakku tapi kak Brian tidak percaya karena katanya ia tadi sudah memanggilku berulang - ulang tapi tidak menyahut. "Btw kak, kok kakak bisa temenan sama preman itu sih?"
"Preman?"
"Itu Jayden Wilder," aku menunjuk ke arah depan rumah tempat laki - laki itu duduk di undakan tangga.
"Mau tau aja lo ursan cowok."
„Ck, serem tau orangnya," ungkapku jujur. Tapi Kak Brian malah tertawa kencang mendengar pengakuanku lalu pergi meninggalaknku yang masih bingung dengan tingkahnya.
Sudahlah aku tidak peduli. Sebaiknya masuk ke kamar saja, berendam air hangat yang lama. Tapi lagi - lagi saat kupejamkan mata menikmati aroma terapi lotus dalam jacuzzi kamar mandiku, bayangan tatapan mata dan suara Jayden Wilder yang muncul.
________________________________________
Sampe parno gitu ya di Melody ama Jayden
Yuk mari kita liat sampe di mana Melody parno sama Jayden Wilder
Thanks for reading this chapter
Terima kasih juga yang uda nyempetin baca, vote dan komen
See you next chapter teman temin
With Love
Chacha Nobili
👻👻👻
Post : 20 Juli 2019
Revisi : 23 Maret 2020