Di rumah sakit terjadi ketegangan antara Hidayat dan Andy.
Hidayat dan Andy saling dorong di depan kasir rumah sakit, kedua pria itu bersikeras ingin mengambil tanggung jawab pengobatan Realita. "Realita istriku, aku yang bertanggung jawab atas dirinya!" Andy menunjukkan sikapnya
"Mantan! Kalian sudah bercerai!" Hidayat menyindir. "Perceraian itu tidak sah!" Andy tersinggung.
"Dia hamil anakku. Lagi pula kami saling mencintai! Harusnya kamu sadari itu!" Hidayat meninggalkan tempat itu, tak peduli Andy membayar biayanya, yang jelas Realita miliknya.
Sekarang Realita mengandung anaknya. Itu sudah cukup menjelaskan siapa berhak memilikinya.
Ketika ingin kembali ke ruang tempat Realita di rawat, Hidayat mendengar percakapan dua orang perawat yang sedang berbicara di depan kamar mayat, mereka berdebat tentang pasien perempuan yang meninggal karena kanker payudara.
"Kita harus segera mengurus jenazah ini!" kata salah satunya.
"Siapa namanya?" Tanya yang lain.
"Relina Yusuf!"
Hidayat menghentikan langkahnya dan berbalik menghadap kedua perawat.
"Maaf boleh saya bertanya, bolehkah saya melihat jenazah ini, sepertinya saya mengenalnya!" Kedua perawat mengangguk mempersilahkan.
"Dia bernama Relina Yusuf. Sakit kanker payudara, tidak memiliki keluarga!" Perawat itu menjawab pertanyaan Hidayat dengan baik. Hidayat membuka kain penutup jenazah. Sekilas dia memang mirip dengan istrinya itu. Tetapi dia bukan istrinya.
Hidayat merasa lega. Setidaknya dia bisa memastikan kalau Relina masih hidup. Dia harus bertanggung jawab atas kekacauan yang dia buat.
Realita tersadar. Dia melihat seorang wanita paruh baya duduk di depan ranjang. Matanya memperlihatkan rasa sakit dan penyesalan yang dalam. Matanya sembab karena habis menangis.
"Realita... kamu sudah sadar sayang", wanita itu berkata diantara isak tangisnya.
Realita menatap wanita disisinya. Dia tidak mengenalnya.
"Lita...maaf kalau ibu baru datang sekarang, sudah lama ibu mencarimu, aku Yasmin ibu kandungmu!" Yasmin kembali menangis.
Hidayat dan Andy baru tiba ke ruangan itu terkejut. Dia Yasmin ibu Realita dan Relina. Wajah Yasmin mirip dengan kedua anak kembarnya itu. Realita tak mampu bicara. Terlalu banyak peristiwa yang tidak diketahuinya.
Realita merasa kepalanya sakit luar biasa. Perawat mengusir tamu di ruangan itu. Pasien perlu istirahat.
Andy mendekati ibu mertuanya. "Saya Andy suami Realita!" Andy mengulurkan tangan menyalami Yasmin. Hidayat maju mendekat.
"Ibu!", Hidayat mengenal baik ibu mertuanya. Yasmin memeluk Hidayat. Ia menangis di pelukan Hidayat menantunya, suami Relina.
"Maafkan ibu nak Dayat, ibu tidak cerita kalau Relina punya saudara kembar", Ibu Yasmin menangis lagi. Hanya air mata yang bisa mewakili luka hati dan penyesalannya.
Sementara kekacauan yang diciptakan Relina belum berakhir, Relina traveling melakukan perjalanannya dari Singapura, ke Thailand di sana dia melakukan operasi rekonstuksi wajahnya, operasi plastik.
Wajahnya sudah semakin berubah, Dagunya menjadi lebih lancip, hidungnya menjadi lebih mancung sempurna seperti artis Korea, kulitnya putih bersih dan payudaranya semakin montok dan berisi, dia terlihat lebih muda 7 tahun dari umur yang sebenarnya. Ia menjelma menjadi wanita cantik bak boneka barbie.
Revaline bersenang-senang dengan uang hasil penjualan rumah dan mobilnya di Jakarta.
Hampir semua orang yang pernah mengenalnya, tidak akan bisa mengetahui kalau dia adalah Relina Yusuf, saudara kembar Realita.
Dia adalah wanita baru yang lahir dari meja operasi. Dengan penampilan yang seksi dan wajah cantiknya sangat mudah baginya menarik perhatian lawan jenis.
Relina berkenalan dengan duda asal Batam. Dalam waktu singkat mereka sudah akrab dan berencana menikah dengan duda kaya tersebut.
Terbuat dari apa hati Relina, ia tidak pernah berfikir bahwa tindakannya dapat merugikan orang lain atau melukai orang lain, dia tidak peduli. Entah apa yang ia cari, ia berkelana seorang diri menikmati uang dari harta rampasan dari Realita, dia sekarang mengincar Yanuar, seorang pengusaha kaya asal Batam.
Yanuar pria baik. Istrinya meninggal setahun yang lalu. Ia memiliki anak perempuan yang manis, berumur 13 tahun yang saat ini sekolah di pesantren. Pertemuannya dengan Revaline terjadi ketika secara tak sengaja, Revaline hampir saja tertipu membeli jam tangan palsu dari seorang pedagang India di Mustofa.
Yanuar menyelamatkan Revaline agar tidak tergiur dengan barang KW dengan harga tak wajar. Yanuar mengajak Revaline ke Central, belanja jam tangan di toko langganannya.
Sejak itu mereka akrab. Yanuar berniat menikahi Revaline yang ingin memulai usaha di Riau. Tapi karena ingin menikah dengan Yanuar, Revaline membatalkan rencananya berdagang di Pekanbaru. Yanuar punya niat tulus terhadap Revaline alias Relina, tetapi Relina hanya ingin menjadikan Yanuar sebagai lompatan kehidupan ke sebuah kota yang tidak pernah di pijaknya.
....
Yasmin, akhirnya menikahkan putrinya Realita dengan Hidayat, sebelumnya Hidayat mengurus perceraiannya dengan Relina. Hidayat meyakini, suatu saat nanti, Relina pasti kembali, dan membuat masalah lagi di kehidupan mereka.
Adapun Andy, dengan hati terpaksa merelakan Realita menikah dengan Hidayat. Bagaimanupun korban kejahatan Relina yang sebenarnya adalah Realita. Rumah tangganya dengan Andy telah hancur, dia juga kehilangan banyak harta peninggalan ibu tirinya, Realita bahkan hampir kehilangan nyawanya, di tambah lagi Realita terpaksa hamil dari seorang pria yang dikira suaminya.
Andy menahan tangisnya ketika mantan istrinya itu menikah dengan mantan suami adik kembarnya. Meskipun Hidayat adalah seorang pria yang baik dan bertanggung jawab. Dia sungguh-sungguh mencintai Realita. Cintanya tumbuh kembali kepada Realita yang disangkanya Relina. Perkawinannya dengan Relina tak pernah bahagia. Bahkan Hidayat jatuh miskin dan bangkrut gara-gara Relina terjebak bisnis Money Game. Hidayat terpaksa kehilangan hartanya karena tak ingin Relina masuk penjara, dan tiap hari di kejar-kejar rentenir Relina juga menipu orang dengan jual beli berlian yang ternyata hasil barang curian. Hidayat akhirnya pergi ke tepi hutan dan bertani. Tetapi rupanya, Relina belum bertobat juga. Dia malah menghancurkan kehidupan Realita kakak kandungnya dan mereka bahkan tidak pernah saling mengenal sebelumnya.
Relina merencanakan hal itu sejak lama, ia bahkan melakukan penyelidikan bagaimana kehidupan Realita. Hidayat tidak tahu lagi apa rencana Reluna. Satu hal yang pasti, cepat atau lambat Relita pasti kembali. Relina hanya menunggu. Menunggu orang lupa akan kasusnya. Saat ini, Relina pasti mempunyai korban baru.
Menurut perhitungan Hidayat, dengan gaya hidupnya, harta rampasan yang di peroleh Relina dari Realita, sudah hampir habis.
Hidayat mulai membuat recana preventif untuk melindungi keluarganya dan ibu mertuanya. Benar saja. Yasmin ibu mertuanya, akhirnya mendapat telpon dari Relina.
Ponsel ibunda Realita, Yasmin berdering. Private number. Yasmin bingung kenapa ponselnya tidak dapat bisa menampilkan nomor si penelrpon. 'Halo siapa ini?" tanya Yasmin lugu. "Ibu ini aku!" Yasmin terkejut. Relina. "Kamu!" Kemarahannya naik ke ubun-ubun kepalanya. Tapi ia menahan amarahnya dan menurunkan suaranya, agar tidak terdengar orang lain. Saat ini ia tinggal bersama Realita yang sedang hamil besar. Seperti apapun marahnya dia kepada Relina, tetaplah Relina anak kesayangannya yang dibesarkannya dengen susah payah. Sejak bayi Relina sakit-sakitan. Itulah sebabnya ia memilih Relina ikut dengannya, karena Realita lebih kuat dari adik kembarnya. Tentu saja sebagai seorang ibu ia mempunyai cinta kasih yang besar dan mampu memaafkan sebesar apapun kesalahan anaknya. Yasmin bergerak ke halaman rumah, takut percakapannya " terdengar Realita dan suaminya. "Ibu tolong aku?" Suara Relina merendah, dia selalu seperti itu bila ada maunya.
Menolongmu? Heh! Untuk apa?' Yasmin berkata keras tanpa sadar.
"Ibu, jangan begitu, Lina sayang Ibu", Relina pura-pura terisak di seberang sana. "Apa maumu!" bunya terpengaruh, Relina tersenyum di belahan telpon yang lain. "Ibu, bujuk Hidayat menceraikanku!" Yasmin tertawa. Pasti Relina ingin menikah lagi, takut dia poliandri. Baguslah. Dia sadar hukum. "Tidak perlu!" jawabnya ketus di suaranya. Tersenyum bibirnya." Ibu...! aku mau menikah lagi" Benar dugaan Yasmin. Anak bengal itu mau menikah lagi. "Hidayat sudah menceraikanmu!" Jawabnya dingin. "Oya!" Relina melonjak gembira. Lupa kalau dia tadi berpura-pura menangis. "Hmm!" Ibunya mendehem. Relina kembali kalem. Ia takut deheman ibunya. Tapi tak lama Relina tertawa geli. Keluar lagi sifat aslinya. "Terus Hidayat bagaimana nasibnya. Relina membaca berita. Hidayat di tuduh menculik Realita. Dia pasti di penjara! Relina menduga. "Dia menikah lagi,". Relina terkejut, seketika dia berdiri dari duduknya di seberang telepon. Kurang ajar Hidayat. Cepat banget menikahnya, mengalahkan dia. "Dengan siapa dia menikah?" Suara Relina terdengar geram. "Kakakmu,!" Jawab ibunya, Yasmin yakin Relina tidak terima. "APA!" Relina berteriak di telpon. Suaranya full habis. Yasmin menjauhkan ponsel dari telinganya. Telinganya sakit. Kurang ajar kamu Hidayat. Kamu menikahi su***l itu. Pekiknya dalam hati. Bagaimanapun Relita tidak ingin dikalahkan Realita. Tapi mengapa mereka menikah. Relina menduga-duga. Hidayat seperti Andy juga tak mampu membedakan mereka berdua. Tapi mengapa Realita mau menikahi bekasnya. Relina mencibir. Dasar Su***l bolong. "Mengapa Realita mau menikah dengannya?" Relina kepo. "Realita amnesia!" Begitu rupanya. "Sudah mau tutup telponnya, nanti Lita mencari ibu!" Relina kaget. "Ibu di rumah gubuk itu bersama mereka!" Relina kesal. Ibunya bersama musuhnya. "Realita hamil besar, ibu menjaganya. Sudah!" Klik. Telpon ditutup. Relina kesal. Dia menendang-nendang pinggir ranjang. Hingga kuku kakinya patah dan berdarah. Realita hamil anak Hidayat. "Terkutut kamu Lita. Kurang ajat kamu! Anj**g kamu!' Relina terus mengamuk sendiri. Ia telah dikalahkan. Dia masih mencintai mantan suaminya itu.
Bagi Relina, Hidayat luar biasa, tidak ada laki-laki sehebat Hidayat di ranjang. Dia lawan tangguh Relina dalam bercinta. Yang lain tidak ada apa-apanya. Dalam hatinya ia ingin mantannya itu mengemis cinta dengannya. Seperti dulu. Hidayat tak berdaya dengan cintanya. Ia rela berkorban untuknya. Tapi sekarang, Realita merebutnya. Bang**t! Realita terkutuk. Relina menangis di ranjang hingga rahangnya sakit.
Relina mengusap-usap wajahnya. Oplas itu membuatnya tersiksa. Wajahnya masih sering nyeri bila terlalu menarik otot wajahnya. Wajahnya sangat mahal. Dia menghabiskan uang ratusan juta asal tidak mirip dengan Realita. Gara-gara Realita ia harus menjalani ini. Gara-gara Realita, dia jadi buronan sekarang.
Relina lupa semua terjadi karena ulahnya sendiri. Keserakahan dan kedengkian membuatnya terjerumus semakin dalam. Realita sudah memenjarakan kehidupannya. Awas kamu Realita. Suatu saat aku pasti kembali. Mengambil milikku kembali. Relina bersumpah atas dendamnya.
....
Hidayat melihat ponselnya dari tadi. Ibu mertuanya tidak tahu, kalau dia telah memasang CCTV di sekitar rumah. Ia melihat dsn mendengar ibu mertuanya berbincang dengan Relina di telpon. Tapi ia memakluminya. Ibu pasti sangat menyayangi Relina. Bagaimanapun hati seorang ibu tidaklah berubah, meski anaknya berbuat salah.
Hidayat menyimpan kembali ponselnya. Demi Realita dia berubah. Semakin hari semakin besar cintanya pada Realita. Sedikit demi sedikit, Ingatan Realita pulih. Hidayat meninggalkan kehidupan skeptis. Ia bangkit kembali. Realita telah menyadarkannya.
Sekarang hidupnya semakin berarti. Ia hidup bukan untuk dirinya sendiri. Ada anak dan istri yang memerlukan kehidupan yang layak. Separuh harta Realita sudah di kuras Relina. Mantan istrinya itu tidak tahu. Kalau dirinya lebih kaya dari Realita. Selama ini dia menginvestasikan uangnya bisnis batubara. Waktu bersama Relina, bisnis itu memang belum ada hasilnya. Tapi setelah Relina pergi, usahanya membuahkan hasil. Bahkan kebun yang dikelolanya selama ini, luasnya ribuan hektar, akan di jadikan sumber pendapatan baru lagi, kandungan batubara menurut hasil anilisis secara umum, parameter kualitas kalori batubara yang terbaik. Itu berarti kehidupannya akan lebih meningkat lebih kaya lagi.
Relina akan menangis darah bila ia mengetahui mantan suami dan saudarinya semakin sulit dikalahkan, semakin menderita Relina jadinya.
Selama ini dia menahan diri, dan berpura-pura miskin, supaya Relina insyaf. Tapi rupanya Relina tidak sabar. Dia malah merampok kekayaan Realita dengan cara yang mengerikan. Ia bersyukur menemukan Realita malam itu. Hidupnya malah berubah. Takdir mempertemukan mereka.
Realita masuk kamar. Wangi tubuhnya membangkitkan gairahnya. Realita merasakan hal yang sama. Wanita cantik itu memeluk suaminya. Tapi kemudian mereka tertawa bersama. Perut besar Realita menghalangi kemesraan mereka dari depan. Hidayat mencium perut Realita. Bayi di dalam merespon. "Bayi ini kangen ayahnya!" Hidayat beralasan. Hidayat menciumi seluruh tubuh istrinya. Realita bergairah. Hidayat menghentikan aksinya. "Mengapa!' Realita mengharap lebih. "Aku takut melukaimu dan bayi kita!" Hidayat meringis. Realita tertawa. Dokter telah memberi tip yang aman bercinta saat hamil. "Pelan-pelan ya!" bujuknya. Dia juga pengen. Hidayat tersenyum. Si bayi di dalam sana berenang gembira. Ayahnya rajin menengoknya. Gairah cinta memanaskan ruangan yang dingin itu.
Sepasang suami istri itu, larut dalam membahagiakan si kecil. Rasa cinta kasih diantara mereka seakan balasan bagi Relina yang mulai kehilangan jati dirinya. Relina terpaksa ke dokter spesialis, operasi bedah kecil, mencabut kuku kakinya yang patah. Sakit sekali. Tapi lebih sakit menahan dendamnya kepada Hidayat dan Realita.
Di tempat lain, Andy dan kedua anaknya berencana mengunjungi Realita. Rama dan Shinta masih trauma dengan kekejaman ibu palsunya, yang mereka kira ibu kandungnya. Andy perlu menjelaskan panjang lebar kepada anak-anaknya. Ibu kandung mereka bukan orang yang kejam. Ia hanya sakit saat itu. Kedua anak itu susah mengerti. Sementara Andy sendiri masih gagal move on.
Wajah kedua anak Realita, Rama dan Shinta itu menunjukkan kebingungan, dia melihat sosok yang berbeda dengan mamanya. Realita, meski belum bisa mengingat dua anak yang diceritakan bahwa mereka anak-anaknya dengan suami pertamanya Andy. Dia menyambut hangat kedua anak itu dalam pelukannya. Rasa keibuannya secara alami hadir dan memberikan rasa hangat dan nyaman kedua anak itu. Rama dan Shinta dapat merasakan mamanya ini rasanya sama dengan mamanya yang dulu, ini mama yang sama, bukan mama (Relina) yang pemarah, gemar berdandan dan sering pergi keluar rumah, dan melupakan mereka.